02/02/2024
Bustan Al-Salatin: Karya Sejarah Dunia (Universal History)
Oleh Drs. Yulsafli, M.A.
Ketua Institut Kebudayaan Aceh (Aceh Cultural Institute) ACI;
Dosen Universitas Serambi Mekkah
Bustal Al-Salatin (Taman Raja-Raja) merupakan karya terbesar Nuruddin al-Raniri dan karya terbesar yang pernah wujud dalam kesusastraan Melayu klasik di Aceh. Karya tersebut ditulis atas perintah Sultan Iskandar Thani (1014 H/1637 M) dengan judul lengkapnya Bustan al-Salatin fi Dhikr al-Awwalin wal-Akhirin. Secara Umum, karya tersebut digolongkang sebagai karya ketatanegaraan, di samping Taj al-Salatin oleh Bukhari al-Jauhari dan Thamarat al-Muhimmah oleh Raja Ali Haji. Bustan al-Salatin merpakan gabungan antara sejarah dunia (universal history) dan nasihat untuk raja-raja, yang dipengaruhi oleh penulisan sejarah dan adab dari tradisi Parsi.
Karya ini dikarang oleh Nuruddin ketika di Aceh sudah ada Taj al-Salatin (1603), Sulalat al-Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606). Melihat bentuk dan isi dari Bustan al-Salatin diperkirakan Nuruddin dipengaruhi oleh ketiga karya sastra tersebut. Terutama oleh Sulalat al-Salatin, dan besar kemungkinan beliau telah bertemu dengan pengarang Sulalat al-Salatin tersebut, yaitu Paduka Raja atau Tun Seri Lanang.
Di samping itu, Bustan al-Salatin ini dalam pembagian bab-babnya sangat mirip sekali dengan pembagian bab-bab Taj al-salatin. Nuruddin dalam mengarang karyanya ini tampak ingin manandingi kehebatan Taj al-salatin, Sulalat al-Salatin, maupun Hikayat Aceh. Karena itu, Nuruddin memulainya dengan kejadian langit dan bumi serta diakhiri dengan sejarah Aceh dengan penutupnya Sultan Iskandar Thani.
Nuruddin Al-Raniri merupakan seorang ulama, pengarang ahli tasawuf yang berasal dari Rander, Gujarat, India. Dia tiba di Aceh sekitar 1637 dan ditabalkan sebagai penasihat di istana Aceh oleh Sultan Iskandar Thani (1636—1641). Karya-karya Nuruddin al-Raniri yang lain di antaranya Sirat al-Mustakim (1634—1644). Pemahamannya dalam bidang tasawuf dapat dibaca dalam beberapa kitab tasawuf karangannya, termasuk kitab-kitab yang ditulis khusus untuk mentang paham wujudiyyah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumaterani yang telah mencetuskan polemik intelektual di Aceh ketika itu.
Nuruddin al-Raniri kembali ke India secara tergesa-gesa pada tahun 1644 sewaktu polimik tentang Wujudiyyah sedang memuncak di Aceh. Seorang ulama baru bernama Saifulrijal yang berasal dari Minangkabau telah berhasil mengumpulkan pengikut-pengikut Wujudiyyah dan selanjutnya melakukan serangan balasan terhadap hujah-hujah Nuruddin al-Raniri dalam beberapa sesi perdebatan di istana Kerajaan Aceh. Nuruddin al-Raniri akhirnya terpaksa mengalah dan meninggalkan Aceh, p**ang ke tanah airnya. Nuruddin al-Raniri meninggal dunia di India pada 22 Zulhijjah 1068 atau 21 September 1958.
Bustan al-Salatin merupakan karya paling panjang yang pernah dihasilkan dalam sejarah kesusastraan Melayu klasik. Karya tersebut ditulis dalam bahasa Melayu dengan tulisan Jawi. Bustan al-Salatin terbagi dalam tujuh bab. Setiap bab terdiri p**a atas beberapa fasal. Dalam bab satu diceritakan kejadian tujuh petala bumi dan tujuh petala langit, terbagi atas tiga puluh fasal. Dalam bab dua diceritakan segala ambia dan raja-raja, terbagi atas tiga belas fasal. Dalam bab tiga diceritakan raja-raja yang adil dan wazir yang berakal, terbagi atas enam fasal. Dalam bab empat diceritakan segala raja-raja yang pertapa dan segala ambia yang salih, terbagi atas dua fasal. Dalam bab lima diceritaka kelakuan raja-raja yang zalim dan wazir yang aniaya, terbagi atas dua fasal. Dalam bab enam diceritakan orang-orang yang sakhi yang mulia dan orang yang berani dan tinggi-tinggi kedudukannya. Dalam bab tujuh dinukilkan akal dan ilmu firasat dan penyakit dalam ilmu tabib, terbagi atas lima fasal.
Pada bagian pengantar teks tersebut, Nuruddin al-Raniri menulis tentang asal-usulnya dan memberitahukan bahwa Bustan al-Salatin ditulisnya atas permintaan Sultan Iskandar Thani. Pada bagian ini juga dia mencatat bahwa dia mulai menulis teks berkenaan pada 17 Syawal 1047 (4 Maret 1638).
Dari segi genre, Bustan al-Salatin tergolong sebagai karya ketatanegaraaan yang berfungsi sebagai wadah pengajaran yang membentuk moral dan adab raja-raja melalui cerita-cerita nasihat dan peristiwa-peristiwa sejarah. Bustan al-Salatin merupakan satu-satunya karya sejarah dunia dan sastra adab yang terdapat dalam kesustraan Melayu tradisional.
Sampai saat ini manuskrip asal Bustan al-Salatin belum diketahui keberadaannya, kemungkinan besar telah hilang. Manuskrip yang ada sekarang hanyalah salinan yang telah dibuat oleh beberapa orang penyalin. Manuskrip tersebut kini tersimpan di beberapa perpustakaan di beberapa negara. Sekurang-kurangnya ada tiga puluh tiga buah manuskrip Bustan al-Salatin yang dapat diketahui keberadaannya yaitu: 1 di Aceh, 2 di Berlin, 1 di Brussels, 1 di Cape Town, 1 di Colombo, 1 di Franfurt, 3 di Jakarta, 2 di Kuala Lumpur, 13 di Leiden, 5 di London, dan 3 di Paris. Dari ketiga puluh tiga manuskrip tersebut tidak satu pun memiliki salinan yang lengkap, yang mengandung ketujuh bab Bustan al-Salatin. Oleh karena itu, setiap kajian atau penelitian yang akan dilakukan terhadap keseluruhan teks tersebut haruslah dengan cara mengabungkan beberapa buah manuskrip yang berlainan.
(Telah dipublikasikan pada surat kabar Serambi Indonesia, kolom kerja sama Balai Bahasa Provinsi Aceh, 11 September 2016)