28/07/2019
• Tahun 1829: Letusan berupa abu dan batu dari Kawah Ratu dan Domas.
• Tahun 1846: Terjadi peningkatan kegiatan.
• Tahun 1896: Terbentuk fumarol baru di sebelah utara Kawah Badak dari Kawah Ratu.
• Tahun 1910: Kolom asam membumbung setinggi 2 Km di atas dinding kawah, letusan berasal dari Kawah Ratu.
• Tahun 1926: Letusan freatik di Kawah Ratu membentuk lubang Ecoma.
• Tahun 1935: Lapangan fumarol baru disebut Badak terbentuk, 150 m ke arah selatan baratdaya dari Kawah Ratu
• Tahun 1952: Letusan abu didahului oleh letusan hidrotermal freatik
• Tahun 1957: Letusan freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru
• Tahun 1961: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
• Tahun 1965: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
• Tahun 1967: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
• Tahun 1969: Letusan freatik didahului letusan lemah yang menghasilkan abu
• Tahun 1971: Letusan freatik
• Tahun 1983: Awan abu membumbung setinggi 150 m di atas Kawah Ratu.
• Tahun 1992: Peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dan letusan freatik kecil
• Tahun 1994: Letusan freatik di kawah baru
• Tahun 1999: Peningkatan aktivitas
• Tahun 2002: Peningkatan aktivitas
• Tahun 2005: Peningkatan aktivitas
• Tahun 2013: Beberapa kali terjadi peningkatan aktivitas (Februari, Maret, Oktober). Sejarah baru terjadi dengan 11 kali letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari (5-10 Oktober 2013)
• Tahun 2019: Gunung tangkubanparahu kembali mengalami erupsi jumat sore (26/7/2019) pukul 15:48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak (± 2.284 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durasi ± 5 menit 30 detik.