31/07/2020
Napak Tilas Perilaku dan Perjuangan Siti Hajar
Mari mengenal sosok perempuan tanggu Siti Hajar
Dikala harus di tinggalkan Nabiyullah Ibrahim AS.
bersama anaknya Ismail di lembah yang gersang
Siti Hajar merupakan sosok perempuan tangguh dalam menghadapi ujian hidup yang sangat keras. Dalam keadaan menyusui bayinya yang baru saja lahir, Ismail, ia ditinggal oleh suaminya di tengah padang pasir yang tandus dan gersang dan tiada penghuni di lembah Beka, sebuah kawasan lembah padang pasir dan bebatuan yang dikelilingi pegunungan yang sangat tandus, tanpa tanaman dan sumber air (QS Ibrahim [14]: 37). Ia ditinggalkan seorang diri, tanpa dibekali apapun untuk bertahan hidup bersama bayinya.
Sebagai seorang ibu muda, Siti Hajar tidak memperlihatkan kemanjaan. Ia tidak menolak dan keberatan ditinggalkan oleh suami tercintanya, yang entah ke mana dan kapan akan kembali. Dengan ikhlas ia melepas suaminya pergi, walaupun ia tidak tahu bagaimana bertahan hidup di tempat yang asing ini. Ia terima dengan tulus semata karena ia tahu itu merupakan perintah Sang Pengatur Kehidupan, Allah SWT, dan ketaatannya pada suami.
Tidak lama setelah ditinggalkan suaminya, cobaan besar telah datang. Di tengah terik matahari siang yang luar bisa panas dan keringnya, bayi kecilnya menangis keras karena kehausan, sementara satu-satunya minuman untuk bayinya, yakni ASI, sudah tidak keluar lagi. Sisa air setegukpun sudah tidak ada lagi. Sementara ia juga merasakan kehausan yang luar biasa.
Dalam keadaan darurat air ini, ia berlari ke sana kemari mencari air. Namun yang ia temukan hanyalah pasir dan bebatuan gersang, tanpa ada tanda-tanda kehidupan, air di sana. Ketika ia berada di puncak suatu bukit, ia melihat ada kilauan air di puncak bukit di seberangnya. Ia segera berlari ke sana. Sesampai di sana ia tidak menemukan apa-apa, kecuali bebatuan kering. Ketika ia berbalik melihat bukit yang tadi, ia melihat kilauan air yang jernih. Tanpa berpikir panjang iapun segera lari ke bukit tersebut. Air yang terlihat tadi lenyap, dan hanya bebatuan kering yang ia temui. Peristiwa yang sama terjadi sampai tujuh kali. Ia bolak-balik antar kedua bukit, tanpa menemukan air, karena sebenarnya yang ia lihat adalah fatamorgana, yang muncul karena adanya panas matahari.
Tanpa hasil apapun, ia sangat mencemaskan anaknya yang kehausan. Sebelum melanjutkan, ia melihat anaknya dari kejauhan. Betapa terkejutnya, ia melihat ada luberan air di kaki bayinya, yang terlihat keluar dari dalam tanah. Ia segera menghampiri bayinya, dan betul ia menemukan air di sana. Sambil membendung dan menciduk air dengan tangannya, ia berseru: Zam-zam, karena saking gembiranya. Itulah cikal bakal air zamzam, yang aliranya tidak berhenti sampai saat ini. Air itu tidak hanya memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga orang-orang yang lewat di situ, bahkan selanjutnya banyak yang tinggal di sekitar sumber air tersebut. Ia meneruskan hidupnya membesarkan anaknya sampai remaja, di saat suaminya kembali menemuinya.
Cobaan besar datang lagi. Ibrahim yang baru saja kembali diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail. Ketika perintah itu disampaikan kepada Ismail, ia berkata kepada ayahnya: lakukanlah ayah, Insyaallah saya termasuk orang yang sabar(QS Ash-Shaffat [37]:102). Betapa agung karakter remaja hasil didikan Ibu Siti Hajar tersebut.
Sejarah perjuangan Siti Hajar mencari air itu dijadikan peristiwa monumental yang diabadikan melalui ajaran Haji, yakni sa’i, lari kecil dari bukit Shofa ke Marwa, bolak-balik sampai tujuh kali. Hal ini tidak terlepas dari nilai perjuangan dan karakteristik yang agung dari Ibu Siti Hajar, perempuan yang sangat tangguh menghadapi cobaan hidup. Betapa tidak, ia begitu yakin akan Allah Sang pemberi kehidupan, ikhlas luar biasa menerima keadaan yang sangat tidak bersahabat, sampai berhasil menyelamatkan dan membesarkan putranya yang memiliki karakter yang sangat kuat, tanpa mengeluh sedikitpun.