05/09/2023
Lanjutan........wanita penghuni syurga
RUMAYSHO....KESABARAN YANG LUAR BIASA.
Setelah Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah maka dari pernikahan tersebut lahirlah seorang anak laki - laki yang sangat disayang oleh Abu Thalhah. Namun demikian rasa sayang Abu Thalhah kepada anaknya tidak bisa mengalahkan kecintaannya kepada Allah dan RasulNya. Hal ini tercermin dari kisah yang diceritakan oleh Anas bin Malik,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – قَالَ كَانَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ يَشْتَكِى ، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ ، فَقُبِضَ الصَّبِىُّ فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ قَالَ مَا فَعَلَ ابْنِى قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ هُوَ أَسْكَنُ مَا كَانَ . فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ فَتَعَشَّى ، ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ وَارِ الصَّبِىَّ . فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ « أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ » . قَالَ نَعَمْ . قَالَ « اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا » . فَوَلَدَتْ غُلاَمًا قَالَ لِى أَبُو طَلْحَةَ احْفَظْهُ حَتَّى تَأْتِىَ بِهِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَأَتَى بِهِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَرْسَلَتْ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ ، فَأَخَذَهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « أَمَعَهُ شَىْءٌ » . قَالُوا نَعَمْ تَمَرَاتٌ . فَأَخَذَهَا النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَمَضَغَهَا ، ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا فِى فِى الصَّبِىِّ ، وَحَنَّكَهُ بِهِ ، وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ .
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa putra Abu Tholhah sakit. Ketika itu Abu Tholhah keluar, lalu putranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Tholhah kembali, ia berkata, “Apa yang dilakukan oleh putraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah menjawab, “Ia sedang dalam keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan makan malam untuk suaminya, ia pun menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Tholhah menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar meninggalnya putranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang hal itu. Rasulullah pun bertanya, “Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu Tholhah menjawab, “Iya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendo’akan, “Allahumma baarik lahumaa, Ya Allah berkahilah mereka berdua.”
Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu Tholhah berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengannya.” Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu Sulaim juga menitipkan membawa beberapa butir kurma bersama bayi tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengambil anak tersebut lantas berkata, “Apakah ada sesuatu yang dibawa dengan bayi ini?” Mereka berkata, “Iya, ada beberapa butir kurma.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mengunyahnya. Kemudian beliau ambil hasil kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut bayi tersebut. Beliau melakukan tahnik dengan meletakkan kunyahan itu di langit-langit mulut bayi. Beliau pun menamakan anak tersebut dengan ‘Abdullah. (HR. Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144).
Dalam hadits lainnya,
عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَاتَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ لأَهْلِهَا لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ – قَالَ – فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وَشَرِبَ – فَقَالَ – ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ فَوَقَعَ بِهَا فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ فَغَضِبَ وَقَالَ تَرَكْتِنِى حَتَّى تَلَطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبَرْتِنِى بِابْنِى. فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا ». قَالَ فَحَمَلَتْ
Dari Anas, ia berkata mengenai putra dari Abu Tholhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata pada keluarganya, “Jangan beritahu Abu Tholhah tentang anaknya sampai aku yang memberitahukan padanya.” Diceritakan bahwa ketika Abu Tholhah p**ang, istrinya Ummu Sulaim kemudian menawarkan padanya makan malam. Suaminya pun menyantap dan meminumnya. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik yang belum pernah ia berdandan secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya telah puas dan telah menyetubuhi dirinya, ia pun berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi, apakah tidak dibolehkan untuk diambil?” Abu Tholhah menjawab, “Tidak.” Ummu Sulaim, “Bersabarlah dan berusaha raih pahala karena kematian putramu.” Abu Tholhah lalu marah kemudian berkata, “Engkau biarkan aku tidak mengetahui hal itu hinggga aku berlumuran janabah, lalu engkau kabari tentang kematian anakku?” Abu Tholhah pun bergegas ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang terjadi pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendo’akan, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua dalam malam kalian itu.” Akhirnya, Ummu Sulaim pun hamil lagi. (HR. Muslim no. 2144).
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
1. Dari hadits diatas kita dapat mengetahui dan mengambil pelajaran yang luar biasa dari sahabat Abu Thalhah. Kecintaannya kepada anaknya tidak sampai menjadi penghalang baginya untuk senantiasa taat kepada Allah dan RasulNya. Bahkan ketika anak tercintanya sakit keras pun ia tetap keluar ke masjid untuk shalat jamaah (satu riwayat ), atau mendampingi safar Rasulullah SAW ( riwayat lain ).
2. Dari hadits ini p**a kita bisa mengetahui betapa luar biasanya kesabaran Ummu Sulaim. Sebagai seorang ibu yang anaknya sedang sakit keras dan suaminya pamit keluar rumah maka ia tetap sabar dan ihlas. Coba bandingkan jika kasus ini terjadi pada emak - emak zaman now, kira - kira apa yang akan terjadi ??? Demikian p**a ketika dia mendapatkan anaknya sakaratul maut dan akhirnya meninggal dunia, ia tetap sabar dan ihlas. Ia tidak meratap dan tidak p**a menyalahkan suaminya yang keluar rumah sementara anaknya dalam kondisi sakit. Bahkan ia melarang kerabatnya untuk mengkhabarkan kematian anaknya kepada Abu Thalhah dan ia sendiri yang akan memberi tahukan kepada Abu Thalhah. Coba bayangkan kalau hal ini terjadi pada ukhtii....kira - kira apa yang akan ukhtii lakukan ??? Menangis ????? Meratap ????? Ngamuk pada suami ???? Minimal pasti suaminya di marahin sampai berbulan - bulan.
3. Dari hadits ini p**a kita bisa mengetahui betapa lembutnya akhlak Ummu Sulaim. Untuk menyambut suaminya dari safar maka ia masih sempat masak dan berhias. Bahkan ketika suaminya p**ang, bukan omelan dan wajah garang yang diperlihatkan tapi justru kelembutan seorang istri yang luar biasa. Abu Thalhah diajak makan bersama dan berhubungan suami istri. Inilah cerdasnya Ummu Sulaim, sebagai seirang istri ia faham betul bahwa suaminya sep**ang safar pasti dalam kondisi capai. Yang dibutuhkan suaminya adalah senyuman dan sambutan hangat dari seorang istri yang akan menjadi obat yang paling manjur untuk menghilangkan penat. Yang dibutuhkan suaminya sesampai dirumah adalah hiburan bukanlah omelan, dan hiburan yang paling membahagiakan suami adalah senyuman dan sambutan hangat seorang istri dirumah. Coba ukhtii bayangkan, seorang suami ditengah perjalanan p**ang dari safarnya telah membayangkan istrinya menyambut dengan mesra dan bersyukur dengan oleh oleh yang ia bawa tapi setelah sampai dirumah justru mendapati emak lampir yang sedang murka !!!! Kira - kira apa yang akan terjadi dengan suami ukhtii ???? Bisa jadi langsung ngacir ke bini muda.
4. Dari hadits ini p**a kita jadi tahu betapa cerdasnya Ummu Sulaim. Untuk menjelaskan kepada suaminya bahwa anaknya telah meninggal duniapun ia tidak serta merta menyampaikan. Ia mencari bahasa yang bisa lebih mudah untuk diterima suaminya. Ia faham betul betapa cintanya Abu Thalhah kepada anaknya, karena ia anak pertama dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim. Ketika kabar kematian anaknya disampaikan secara lugas maka sudah pasti akan menjadi pukulan telak bagi Abu Thalhah. Ia menggunakan bahasa kiasan "Bagaimana pendapatmu jika ada satu kaum meminjamkan sesuatu kepada seseorang dan kemudian ia mengambilnya, bolehkah ia menahannya ???"
Coba ukhti bayangkan, sanggupkah kata - kata ini keluar dari lisan ukhti jika ukhtii sekalian pada posisi Ummu Sulaim ????
INILAH SEDIKIT GAMBARAN DARI SEORANG WANITA AHLI SYURGA, MUDAH - MUDAHAN KITA SEMUA BISA MENGAMBIL PELAJARAN DARI KISAH INI.