10/05/2015
TEMPO.CO, Yogyakarta - Spanduk itu terpasang antara lain di kawasan Titik Nol Kilometer, Jalan Ibu Ruswo, Jalan Kauman, Pasar Ngasem, dan Simpang Gondomanan.
Identitas pada spanduk itu hanya tertulis: Warga Kauman. Kauman merupakan kampung yang dihuni warga Muhammadiyah di Yogyakarta yang terletak berdekatan dengan Keraton Yogya.
Koordinator pemasang spanduk itu, Muhammad Muslih, 32 tahun, kepada Tempo mengaku spanduk itu sebagai protes terhadap Raja Keraton Yogyakarta yang dianggap menyalahi adat-istiadat keraton.
"Raja yang menghapus khalifatullah dalam gelarnya seperti menurunkan wibawanya sendiri," ujar Muslih, yang berprofesi sebagai koordinator paguyuban parkir di area Alun-alun Utara itu.
Sultan Hamengku Buwono X mengubah nama dan gelarnya. Hal itu dia umumkan di Keraton Yogyakarta pada Kamis, 30 April 2015, salah satunya dengan menghilangkan kata khalifatullah.
Muslih mengaku setidaknya berhasil mencetak 200 spanduk sejenis untuk melawan dan memprotes Sabda Raja itu. "Kami pasang di seluruh kabupaten dan kota DIY biar warga tak cuma diam, tapi gumregah saat ada masalah seperti ini," ujarnya.
Muslih mengakui dana untuk membikin seluruh spanduk itu adalah dari patungan masyarakat, terutama kampungnya di Kauman. Ada yang menyumbang Rp 20 ribu sampai Rp 1 juta. "Ini inisiatif kami sebagai warga yang peduli nasib keraton sebagai sumbu budaya Yogya. Raja juga manusia yang bisa salah, harus diingatkan," ujarnya.
Muslih menuturkan gerakan melawan Sabda Raja Sultan ini akan terus digencarkan dalam aksi lebih besar ke depan. "Kami sadar Sabda Raja tak mungkin dicabut, tapi tak boleh juga terlaksana," ujarnya.
Awal pekan ini Muslih akan mengumpulkan perwakilan dari 60 pondok pesantren di DIY untuk menggelar aksi menolak Sabda Raja. "Kami tak setuju sama sekali lima poin Sabda Raja itu. Semua menyalahi paugeran keraton, termasuk wacana raja perempuan," ujarnya.
Informasi Tempo, pada Ahad, 10 Mei 2015 mulai pukul 09.00 WIB sejumlah elemen masyarakat akan menggelar Pisowanan Agung di komplek Pagelaran Keraton Yogya. Massa terdiri atas perwakilan masing-masing kabupaten-kota DIY yang berjumlah sekitar 100 orang.
Dalam selebaran pesan yang diterima sejumlah awak media, aksi pisowanan itu dipimpin kerabat keraton, Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat atau Romo Tirun. Tujuan aksi adalah mendesak Raja agar tak mengubah paugeran.
PRIBADI WICAKSONO