Ubud Story Walks

  • Home
  • Ubud Story Walks

Ubud Story Walks Story Walks organizes walking tours for curious travelers in Ubud, Bali.

We’re passionate about charting out genuine experiences inspired by Bali’s unique history!

🦎In Bali, there’s a belief that if you hear the sound of a ‘cicak’ after speaking, you’re telling the truth!‘Cicak’ affe...
08/02/2025

🦎In Bali, there’s a belief that if you hear the sound of a ‘cicak’ after speaking, you’re telling the truth!

‘Cicak’ affectionately refers to the small geckos often found in Balinese homes and businesses. These creatures are more than just common geckos—they are also one of the traditional symbols of Saraswati, the Goddess of Wisdom and Knowledge. According to Balinese folklore, geckos can listen to secrets, silently observing their surroundings. The gecko’s voice is considered a validation of someone’s words, symbolizing the truth-telling nature of Saraswati.

📚Saraswati Day, celebrated biannually, sees Balinese Hindu honoring books and computers with special offerings. These include ‘sanganan’, rice cakes shaped like geckos, highlighting the creature’s spiritual sensitivity to both physical and metaphysical realms. Keep an eye out for these distinctive gecko-shaped additions in offerings during today’s Saraswati celebrations!
_________

🦎Di Bali, ada kepercayaan bahwa jika kamu mendengar suara ‘cicak’ setelah berbicara, itu berarti kamu berkata jujur!

Cicak sering ditemukan di rumah dan tempat bisnis di Bali. Hewan ini lebih dari sekadar hewan biasa—mereka juga merupakan salah satu simbol tradisional Saraswati, Dewi kebijaksanaan dan pengetahuan. Menurut cerita rakyat Bali, cicak dapat mendengarkan rahasia, dengan diam mengamati sekitar mereka. Suara cicak dianggap sebagai validasi dari kata-kata seseorang, melambangkan kebenaran yang tidak berujung, sifat dari Saraswati.

📚Hari Saraswati, yang dirayakan dua kali setahun, kamu akan melihat umat Hindu Bali menghormati buku dan komputer dengan persembahan khusus. Ini termasuk, kue beras berbentuk cicak, yang melambangkan sensitivitas spiritual makhluk ini terhadap dunia fisik dan metafisik. Perhatikan tambahan berbentuk cicak yang khas dalam persembahan selama perayaan Saraswati hari ini!

On January 31, 1954, Prime Minister Ali Sastroamidjojo laid the cornerstone for Museum Puri Lukisan, marking the beginni...
01/02/2025

On January 31, 1954, Prime Minister Ali Sastroamidjojo laid the cornerstone for Museum Puri Lukisan, marking the beginning of its construction. The museum was completed and inaugurated on January 31, 1956, by Minister of Education and Culture Mohammad Yamin.

The museum traces its roots to the Pita Maha Association, an organization established to support Balinese artists. However, the association was disbanded during World War II. In 1953, the Ratna Wartha Foundation was founded to carry on the ideals and mission of Pita Maha and preserve its heritage by founding the museum.

Today, Museum Puri Lukisan consists of four buildings showcasing traditional and modern Balinese art from different generations, ranging from wayang-style paintings dating back to the 1700s to contemporary works from the 20th century.
_________

Pada 31 Januari 1954, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo meletakkan batu pertama untuk Museum Puri Lukisan, menandai dimulainya pembangunan museum. Museum ini selesai dibangun dan diresmikan pada 31 Januari 1956 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Yamin.

Museum Puri Lukisan berakar dari Asosiasi Pita Maha, sebuah organisasi yang didirikan untuk mendukung seniman Bali. Namun, organisasi ini dibubarkan selama Perang Dunia II. Pada tahun 1953, Yayasan Ratna Wartha didirikan untuk melanjutkan cita-cita dan misi Pita Maha serta melestarikan warisannya dengan mendirikan museum.

Saat ini, Museum Puri Lukisan terdiri dari empat bangunan yang menampilkan seni Bali tradisional dan modern dari berbagai generasi, mulai dari lukisan bergaya wayang yang berasal dari abad ke-18 hingga karya-karya kontemporer dari abad ke-20.

Happy Lunar New Year! 🧧🏮As the year of the snake slithers in, did you know the Balinese regard them as the sacred guardi...
29/01/2025

Happy Lunar New Year! 🧧🏮

As the year of the snake slithers in, did you know the Balinese regard them as the sacred guardians of Tanah Lot Temple?

Perched on a rocky outcrop surrounded by the ocean, Tanah Lot is dedicated to the sea god, Dewa Baruna, and is part of a chain of coastal temples protecting Bali. According to legend, the 16th-century priest Dang Hyang Nirartha built the temple after sensing the site’s spiritual energy.

The myth says Nirartha created a magical snake from his sash to guard the temple. Another version tells of his battle with a giant sea snake that opposed the temple’s construction. After defeating it, Nirartha allowed the serpent to stay as its eternal protector.

Today, black-and-white sea snakes known as banded sea kraits are said to live in caves near the temple, believed to bring blessings and safeguard Tanah Lot.

📷 Boy Lawsi (1971). Tanah Lot. TropenMuseum, Collection No. TM-20002935
📷 Christian Gloor (2016). Banded Sea Snake. Wikimedia Commons
_________

Selamat Tahun Baru Imlek! 🧧🏮

Seiring kita memasuki tahun ular, tahukan kamu orang Bali juga memiliki kepercayaan bahwa ular menjaga Pura Tanah Lot?

Berdiri di atas batu karang yang dikelilingi lautan, Tanah Lot didedikasikan untuk dewa laut, Dewa Baruna, dan merupakan bagian dari rangkaian pura pesisir yang melindungi Bali. Menurut legenda, pendeta abad ke-16 Dang Hyang Nirartha membangun pura ini setelah merasakan energi spiritual di tempat tersebut.

Mitos mengatakan bahwa Nirartha menciptakan ular ajaib dari selendangnya untuk menjaga pura. Versi lain bercerita tentang pertarungannya dengan ular laut raksasa yang menentang pembangunan pura. Setelah mengalahkannya, Nirartha mengizinkan ular itu tetap tinggal sebagai pelindung abadi Tanah Lot.

Hingga kini, ular laut hitam-putih yang dikenal sebagai ular weling laut dikatakan hidup di gua-gua dekat pura dan diyakini membawa berkah serta melindungi Tanah Lot.

Although famous for its cultural tourism, Bali has a darker, less-discussed history, including its involvement in the o*...
22/01/2025

Although famous for its cultural tourism, Bali has a darker, less-discussed history, including its involvement in the o***m trade. When Bali was independent of Dutch colonial rule, its kingdoms freely traded o***m, which significantly supported their economies.

However, as Dutch control expanded, Bali’s autonomy waned, and the o***m trade became subject to colonial regulation. This little-known aspect of Bali’s past reveals a complex interplay between its economy and colonial influence, contrasting with its modern image as a cultural haven.
_________

Meskipun terkenal dengan pariwisata budayanya, Bali memiliki sejarah kelam yang jarang dibicarakan, termasuk keterlibatannya dalam perdagangan o***m. Ketika Bali masih independen dari penjajahan Belanda, kerajaan-kerajaan di Bali dengan bebas memperdagangkan o***m, yang secara signifikan mendukung perekonomian mereka.

Namun, seiring meluasnya kekuasaan Belanda, otonomi Bali mulai berkurang, dan perdagangan o***m di Bali mengikuti regulasi pemerintah kolonial. Aspek sejarah Bali yang kurang dikenal ini menunjukkan hubungan kompleks antara perekonomian Bali dan pengaruh kolonial, yang sangat kontras dengan citra modernnya sebagai surga dunia.

On January 19, 1942, the SS Van Imhoff, a Dutch merchant ship, was bombed by a Japanese aircraft off the coast of Sumatr...
19/01/2025

On January 19, 1942, the SS Van Imhoff, a Dutch merchant ship, was bombed by a Japanese aircraft off the coast of Sumatra while en route from Sibolga to Ceylon (Sri Lanka). The ship was carrying 478 German prisoners of war, suspected N**i sympathizers, as part of an effort to remove them from the Dutch East Indies, along with 62 Dutch soldiers and 48 crew members.

The bombing caused the ship to sink, and although the Dutch soldiers and crew managed to escape and were rescued by nearby vessels, the German prisoners were left behind to perish, with only about 65 surviving after reaching Nias Island or being picked up by other ships. Among the 413 victims was German artist Walter Spies. In 2021, the Netherlands Institute for Military History reopened an investigation into the incident, with results expected in the coming years.

📷 The S.S. Van Imhoff of the KPM in the Bay of Gorontalo. Tropenmuseum, Collection No. TM-60042488
_________

Pada 19 Januari 1942, SS Van Imhoff, sebuah kapal dagang Belanda, dibom oleh pesawat Jepang di lepas pantai Sumatra saat dalam perjalanan dari Sibolga menuju Ceylon (Sri Lanka). Kapal ini mengangkut 478 tahanan perang Jerman, yang diduga bersimpati dengan N**i, sebagai bagian dari upaya untuk memindahkan mereka dari Hindia Belanda, bersama dengan 62 tentara Belanda dan 48 anggota kru.

Pemboman tersebut menyebabkan kapal tenggelam, dan meskipun tentara dan kru Belanda berhasil melarikan diri dan diselamatkan oleh kapal terdekat, tahanan Jerman ditinggalkan dan sebagian besar tewas, dengan hanya sekitar 65 yang selamat setelah mencapai Pulau Nias atau diselamatkan oleh kapal lain. Salah satu korban dari 413 orang yang tewas adalah seniman Jerman, Walter Spies. Pada tahun 2021, Institut Sejarah Militer Belanda membuka kembali penyelidikan terhadap insiden ini, dengan hasil yang diharapkan akan diumumkan dalam beberapa tahun mendatang.

In Bali, the terms pemangku, pedanda, and balian refer to a person's role in religious and spiritual ceremonies. All thr...
17/01/2025

In Bali, the terms pemangku, pedanda, and balian refer to a person's role in religious and spiritual ceremonies. All three play important roles, but there are differences in their duties and functions. However, all of them have undergone a purification process before carrying out their tasks 🔔

In 1938, Swiss painter Theo Meier captured an iconic photograph of the N**i plane, an Arado 79 prototype, during its sto...
15/01/2025

In 1938, Swiss painter Theo Meier captured an iconic photograph of the N**i plane, an Arado 79 prototype, during its stopover in Buleleng, Bali. The photograph was taken between January 7–15, 1938, as part of the plane's journey from Germany to Sydney, Australia. The aircraft, bearing the registration code D-EHCR, was piloted by Pulkowski in a promotional long-distance flight showcasing German aeronautical innovation under the guise of sports aviation.

This journey was significant as it exemplified the competitive spirit of 1930s aviation, where nations used flights to demonstrate their technological advancements. Stops included several key locations in Southeast Asia and the Dutch East Indies. Unfortunately, the mission ended in tragedy when Pulkowski died in a demonstration flight in India on February 10, 1938.

📷 Hamel, Didier. Theo Meier: A Swiss Artist Under the Tropics. Didier Millet Publishing, 2012.
_________

Pada tahun 1938, pelukis asal Swiss Theo Meier mengabadikan sebuah foto ikonik pesawat N**i, prototipe Arado 79, saat sedang singgah di Buleleng, Bali. Foto tersebut diambil antara 7–15 Januari 1938, sebagai bagian dari perjalanan pesawat itu dari Jerman ke Sydney, Australia. Pesawat dengan kode registrasi D-EHCR itu dipiloti oleh Pulkowski dalam penerbangan jarak jauh promosi yang menunjukkan inovasi aeronautika Jerman dengan kedok penerbangan olahraga.

Perjalanan ini memiliki makna penting karena mencerminkan semangat kompetitif dunia penerbangan tahun 1930-an, di mana negara-negara menggunakan penerbangan untuk memamerkan kemajuan teknologi mereka. Perhentian pesawat ini mencakup beberapa lokasi penting di Asia Tenggara dan Hindia Belanda. Sayangnya, misi ini berakhir dengan tragedi ketika Pulkowski tewas saat melakukan penerbangan demonstrasi di India pada 10 Februari 1938.

🔔 Have you ever wondered about the rhythmic bell sounds that resonate during Balinese ceremonies?The genta is a special ...
13/01/2025

🔔 Have you ever wondered about the rhythmic bell sounds that resonate during Balinese ceremonies?

The genta is a special bell-shaped instrument used in Balinese Hindu rituals. It comes in two types: the genta used by regular priests and the bajra used by high priests. This sacred tool serves as a medium of communication between worshippers and deities. When priests ring the genta, they’re sending messages about offerings and inviting the gods to join the ceremony.

The genta’s sound is one of five essential elements in Balinese rituals, alongside the kulkul (wooden gong), mantras, kidung (sacred chants), and gamelan (traditional Balinese orchestra). Together, these create a peaceful, spiritual atmosphere for devotees. Before use, the genta must be purified and is typically accompanied by mantra recitations.

👹 Fun fact, the bell’s tone changes depending on who the ceremony is for - whether it’s for humans, ancestors, or spirits!
_________

🔔 Tahukah Anda makna di balik suara lonceng yang terdengar saat upacara Bali berlangsung?

Genta adalah alat berbentuk lonceng yang digunakan dalam ritual Hindu Bali. Genta terdiri dari dua jenis: genta yang digunakan oleh pemangku (pendeta biasa) dan bajra yang digunakan oleh pedanda (pendeta tinggi). Alat sakral ini berfungsi sebagai media komunikasi antara umat dan dewa. Ketika pendeta membunyikan genta, mereka mengirimkan pesan tentang persembahan dan mengundang para dewa untuk menghadiri upacara.

Suara genta merupakan salah satu dari lima elemen penting dalam ritual Bali, bersama dengan kulkul (gong kayu), mantra, kidung (nyanyian suci), dan gamelan (orkestra tradisional Bali). Semua elemen ini menciptakan suasana damai dan spiritual saat upacara. Sebelum digunakan, genta harus disucikan dan biasanya disertai dengan pembacaan mantra.

👹 Fakta menarik, nada lonceng ini dapat berubah tergantung pada untuk siapa upacara itu dilakukan—apakah untuk manusia, leluhur, atau roh!

☔ Pawang hujan, or rain shamans, are a fascinating aspect of Balinese culture, particularly during the rainy season from...
09/01/2025

☔ Pawang hujan, or rain shamans, are a fascinating aspect of Balinese culture, particularly during the rainy season from December to February. These spiritual practitioners, known for their ability to control or divert rainfall, play a significant role in both traditional and modern events in Indonesia. In Bali, this practice is called "nerang" or rain repelling, derived from the word "terang" meaning bright.

Far from opposing nature, nerang represents local wisdom aimed at maintaining harmony between humans and the environment through spiritual means. This ancient practice is documented in palm leaf manuscripts, detailing specific procedures, mantras, offerings, and sacred scripts. Only select individuals, often from families with generational knowledge, are entrusted with this responsibility.

The practice gained widespread attention during the 2022 Mandalika MotoGP in Lombok, where a female rain shaman, Raden Rara Isti Wulandari, showcased this intriguing cultural phenomenon on a global stage (pictured above!)
_________

☔ Pawang hujan, atau shaman hujan, adalah aspek menarik dari budaya Bali, khususnya selama musim hujan dari Desember hingga Februari. Praktisi spiritual ini, yang dikenal karena kemampuannya untuk mengendalikan atau mengalihkan hujan, memainkan peran penting dalam acara tradisional maupun modern di Indonesia. Di Bali, praktik ini disebut "nerang" atau pawang hujan, yang berasal dari kata "terang" yang berarti cerah.

Meskipun terkesan menentang alam, namun nerang mewakili kearifan lokal yang bertujuan menjaga keharmonisan antara manusia dan lingkungan melalui cara spiritual. Praktik kuno ini tercatat dalam manuskrip daun lontar, yang menjelaskan prosedur, mantra, sesajen, dan tulisan suci tertentu. Hanya individu terpilih, yang biasanya berasal dari keluarga dengan pengetahuan turun-temurun, yang diberi tanggung jawab ini.

Praktik ini mendapatkan perhatian luas selama MotoGP Mandalika 2022 di Lombok, di mana seorang pawang hujan perempuan, Raden Rara Isti Wulandari, memperlihatkan fenomena budaya menarik ini di panggung global (terlihat pada gambar di atas!)

What are Pasar Senggol markets all about? These lively gathering spaces, named for the Indonesian word "senggol" (to bum...
27/12/2024

What are Pasar Senggol markets all about? These lively gathering spaces, named for the Indonesian word "senggol" (to bump), embody Bali's night market tradition. Originating in the early 20th century with the advent of electricity, Pasar Senggol evolved from temporary pop-up markets into established evening venues.

These markets primarily serve as food hubs, offering a variety of Balinese snacks and traditional dishes. They also provide affordable shopping for accessories and clothing. Operating from early evening until night, Pasar Senggol allows visitors to experience Bali's nightlife while sampling local cuisine.

Over time, these markets have transformed from narrow, chaotic spaces into more organized venues. Today, most Balinese cities and regencies host their own Pasar Senggol, making this cultural experience widely accessible to both locals and tourists eager to explore Balinese night life and cuisine.
_________

Pasar Senggol adalah istilah untuk pasar malam di Bali, dinamai karena suasananya yang ramai hingga pengunjung sering bersenggolan. Pasar senggol atau pasar malam merupakan kelanjutan dari pasar kaget, yang semakin populer setelah ditemukan listrik pada awal abad ke-20.

Pasar senggol dikenal sebagai pusat kuliner, menyediakan berbagai jajanan dan hidangan tradisional Bali. Selain makanan, pasar senggol juga menjual aksesoris dan pakaian dengan harga terjangkau. Beroperasi dari sore hingga malam, pasar senggol menyediakan ruang bagi pengunjung untuk menikmati suasana malam Bali sambil mencicipi kuliner lokal.

Seiring waktu, pasar senggol mengalami perubahan, dari kawasan sempit dan semrawut, menjadi lebih rapi dan teratur. Saat ini, sebagian besar kota dan kabupaten di Bali memiliki pasar senggol, sehingga lebih mudah diakses oleh penduduk lokal maupun wisatawan yang ingin menikmati suasana malam dan kuliner Bali.

As many as 14 paintings by Rudolf Bonnet are part of Indonesia's Presidential Palace collection, acquired by President S...
22/12/2024

As many as 14 paintings by Rudolf Bonnet are part of Indonesia's Presidential Palace collection, acquired by President Sukarno, a passionate art enthusiast. Sukarno developed a deep appreciation for Bonnet's works after an exhibition in Jakarta in 1951, especially for his depictions of Balinese life and culture. However, their relationship soured in 1957 when Bonnet declined Sukarno's request to sell one of his paintings. This, along with rising tensions between Indonesia and the Netherlands over West Papua, led to Bonnet's expulsion from Indonesia. Despite his departure, Bonnet remained committed to supporting Balinese art, co-founding the Museum Puri Lukisan in Ubud. He was later pardoned by President Suharto and returned to Bali in 1972.

📷 Rudolf Bonnet and President Sukarno, 1954. Mrs.de Roever-Bonnet, Amsterdam
📷 President Sukarno looks at the painting 'Sumilah' by the painter Sudibjo during a visit to a painting exhibition in Jakarta, ca. 1954 Tropenmuseum, Collection No. TM-10000199
_________

Sebanyak 14 lukisan karya Rudolf Bonnet menjadi bagian dari koleksi Istana Presiden Indonesia, yang dikoleksi oleh Presiden Sukarno, seorang penggemar seni yang antusias. Sukarno mengapresiasi karya-karya Bonnet setelah sebuah pameran di Jakarta pada tahun 1951, terutama karena penggambarannya tentang kehidupan dan budaya Bali. Namun, hubungan mereka memburuk pada tahun 1957 ketika Bonnet menolak permintaan Sukarno untuk menjual salah satu lukisannya. Hal ini, bersama dengan meningkatnya ketegangan antara Indonesia dan Belanda mengenai Papua Barat, menyebabkan Bonnet dikeluarkan dari Indonesia. Meski demikian, Bonnet tetap berkomitmen mendukung seni Bali dan ikut mendirikan Museum Puri Lukisan di Ubud. Ia kemudian diampuni oleh Presiden Suharto dan kembali ke Bali pada tahun 1972.

📷 Rudolf Bonnet dan Presiden Sukarno, 1954. Mrs. de Roever-Bonnet, Amsterdam
📷 Presiden Sukarno melihat lukisan 'Sumilah' karya pelukis Sudibjo saat berkunjung ke pameran lukisan di Jakarta sekitar tahun 1954. Tropenmuseum, Koleksi No. TM-10000199

How did Dutch colonial intervention shape Bali's cultural landscape through the controversial Baliseering policy? This s...
15/12/2024

How did Dutch colonial intervention shape Bali's cultural landscape through the controversial Baliseering policy?

This strategy, aimed at preserving Balinese traditions from external influences, became a double-edged sword in the hands of the colonial government. While it contributed to the enduring popularity of Balinese culture, Baliseering also served hidden political and economic agendas.

The Dutch molded Bali's image as an exotic "Island of Paradise," using this carefully constructed narrative to maintain colonial social stability. As a result, Balinese traditions persevered, but not without bearing the subtle imprints of colonial manipulation. Understanding Baliseering is important for understanding the nuanced history of Bali and the lasting impact of colonial interventions on its cultural identity.
_________

Bagaimana kolonial belanda membentuk Bali lewat kebijakan kontroversial Baliseering?

Kebijakan Baliseering yang bertujuan melestarikan tradisi Bali dari pengaruh luar, menjadi pedang bermata dua di tangan pemerintah kolonial. Di satu sisi, Baliseering berkontribusi pada popularitas budaya Bali yang bertahan hingga kini, namun di sisi lain, kebijakan ini juga dimanfaatkan untuk menyelubungi kepentingan politik dan ekonomi tersembunyi.

Belanda membentuk citra Bali sebagai "Pulau Surga" yang eksotis, melalui narasi yang dirancang dengan cermat demi menjaga stabilitas sosial kolonial. Meski tradisi Bali tetap lestari, bayang-bayang manipulasi kolonial secara halus masih terasa. Memahami Baliseering merupakan salah satu cara untuk mengungkap sejarah Bali yang kompleks, serta dampaknya terhadap identitas budaya Bali yang bertahan hingga kini.

Pura Melanting are temples dedicated to Dewi Melanting, the deity of prosperity and fertility in Balinese culture. These...
11/12/2024

Pura Melanting are temples dedicated to Dewi Melanting, the deity of prosperity and fertility in Balinese culture. These temples are commonly found in markets throughout Bali representing the intersection of spirituality and commerce. According to local lore Dewi Melanting was originally known as Dewi Mayasih, a name signifying the bestowal of material wealth. She received her title from Bhatara Rambut Sedana, the god of abundance.

In Ubud, a notable Pura Melanting is located within the Art Market opposite the palace. On auspicious days like Rambut Sedana, local business owners present offerings and seek blessings here. The temple still features traditional Balinese architecture with intricate stone carvings and meru towers.

Fun fact: it remained untouched during the Ubud Art Market renovation during the pandemic, preserving its original location. This temple plays an important role for local businesses, highlighting the link between religious practices and commerce in Ubud.
_________

Pura Melanting adalah pura yang didedikasikan untuk Dewi Melanting, dewi kemakmuran dan kesuburan dalam budaya Bali. Pura-pura ini umumnya ditemukan di pasar-pasar di seluruh Bali, melambangkan pertemuan antara spiritualitas dan perdagangan. Menurut cerita rakyat setempat, Dewi Melanting awalnya dikenal sebagai Dewi Mayasih, sebuah nama yang melambangkan pemberian kekayaan materi. Gelar tersebut diberikan kepadanya oleh Bhatara Rambut Sedana, dewa keberlimpahan.

Di Ubud, salah satu Pura Melanting yang terkenal terletak di dalam Pasar Seni, tepat di seberang Puri Ubud. Pada hari-hari suci seperti Rambut Sedana, para pemilik usaha lokal membawa persembahan dan memohon berkah di pura ini. Pura tersebut masih mempertahankan arsitektur tradisional Bali dengan ukiran batu yang rumit dan menara meru.

Fakta menarik: pura ini tidak mengalami perubahan selama renovasi Pasar Seni Ubud di masa pandemi, sehingga lokasi aslinya tetap terjaga. Pura ini memegang peran penting bagi para pelaku usaha lokal, menyoroti hubungan antara praktik keagamaan dan perdagangan di Ubud.

The Tjampuhan Hotel, one of Bali's oldest accommodations, originated from Walter Spies' residence in the late 1920s. Spi...
09/12/2024

The Tjampuhan Hotel, one of Bali's oldest accommodations, originated from Walter Spies' residence in the late 1920s. Spies, a German artist captivated by Balinese culture, built his home along the Campuhan ridge with support from Ubud princes Tjokorda Gde Sukawati and Raka Sukawati. The location, at the confluence of two rivers, holds deep spiritual significance in Balinese tradition.

Before he moved to Iseh in 1937, Spies' home became a cultural hub, hosting celebrities like American heiress Barbara Hutton and British writer Noel Coward. In 1936, he co-founded the Pita Maha Association to help promote Balinese art, often holding meetings at his residence.

Eventually, Spies' home evolved into the Tjampuhan Hotel, preserving the essence of early Balinese tourism. Today, the hotel offers traditional amenities in a serene setting, allowing guests to experience a glimpse of Bali's pre-tourism era while honoring Spies' artistic legacy.
_________

Hotel Tjampuhan, salah satu akomodasi tertua di Bali, berasal dari kediaman Walter Spies pada akhir tahun 1920-an. Spies, seorang seniman Jerman yang terpesona oleh budaya Bali, membangun rumahnya di sepanjang punggungan Campuhan dengan dukungan dari para pangeran Ubud, Tjokorda Gde Sukawati dan Raka Sukawati. Lokasinya, di pertemuan dua sungai, memiliki makna spiritual yang mendalam dalam tradisi Bali.

Sebelum pindah ke Iseh pada tahun 1937, rumah Spies menjadi pusat budaya, menjamu tokoh terkenal seperti pewaris kekayaan Amerika Barbara Hutton dan penulis Inggris Noel Coward. Pada tahun 1936, ia turut mendirikan Asosiasi Pita Maha untuk mempromosikan seni Bali, sering kali mengadakan pertemuan di kediamannya.

Akhirnya, rumah Spies berkembang menjadi Hotel Tjampuhan, yang mempertahankan esensi Bali pada masa- masa awal pariwisata. Saat ini, hotel tersebut menawarkan fasilitas tradisional dalam suasana yang tenang, memungkinkan tamu merasakan sekilas era Bali sebelum menjadi pusat pariwisata sembari menghormati warisan seni Spies.

 , the bombing of Pearl Harbor on December 7, 1941, was part of a coordinated Japanese offensive across the Pacific. Whi...
07/12/2024

, the bombing of Pearl Harbor on December 7, 1941, was part of a coordinated Japanese offensive across the Pacific. While President Roosevelt highlighted attacks on various U.S. territories, he omitted the invasion of Thailand, which had begun hours earlier.

Thailand quickly capitulated, forming an alliance with Japan and joining the Axis powers. This alliance dashed British hopes for Thai support and allowed Japan to use Thailand as a base for invading Malaya and Singapore. The Japanese offensive rapidly expanded, occupying six main Southeast Asian countries by May 1942, including Indonesia.

This occupation gave Japan control over a vast territory of 1.7 million square miles, nearly doubling its size. The conquest of Southeast Asia was crucial for Japan's war effort, providing essential resources to fuel its Pacific campaign.
_________

, pengeboman Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 merupakan bagian dari serangan terkoordinasi Jepang di seluruh Pasifik. Meskipun Presiden Roosevelt menyoroti serangan terhadap berbagai wilayah AS, ia tidak menyebutkan invasi Thailand, yang dimulai beberapa jam sebelumnya.

Thailand dengan cepat menyerah, membentuk aliansi dengan Jepang, dan bergabung dengan kekuatan Poros. Aliansi ini memupus harapan Inggris untuk dukungan dari Thailand dan memungkinkan Jepang menggunakan Thailand sebagai basis untuk menyerang Malaya dan Singapura. Serangan Jepang dengan cepat meluas, menduduki enam negara utama di Asia Tenggara pada Mei 1942, termasuk Indonesia.

Pendudukan ini memberi Jepang kendali atas wilayah luas seluas 1,7 juta mil persegi, hampir menggandakan ukurannya. Penaklukan Asia Tenggara sangat penting bagi upaya perang Jepang, menyediakan sumber daya penting untuk mendukung kampanye Pasifik mereka.

What’s your next movie night pick? 🍿🇮🇩_________Jadi, malam ini mau nonton film apa? 🍿🇮🇩
01/12/2024

What’s your next movie night pick? 🍿🇮🇩
_________

Jadi, malam ini mau nonton film apa? 🍿🇮🇩

Address


Opening Hours

Wednesday 09:00 - 16:00
Thursday 09:00 - 16:00
Friday 09:00 - 16:00
Saturday 09:00 - 16:00
Sunday 09:00 - 16:00

Telephone

+6281338754442

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Ubud Story Walks posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Ubud Story Walks:

Videos

Shortcuts

  • Address
  • Telephone
  • Opening Hours
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Videos
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Travel Agency?

Share