16/01/2020
TUJUAN UTAMA KITA APA?
Sebuah refleksi perjalanan Umrah Peradaban bersama Ilfa Tour
Sebelas hari yang lalu kita berkumpul di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta ini. Buat apa? Buat memulai perjalanan penuh berkah berkunjung ke Baitullah. Tujuan utama kita: umrah.
Kita juga berjalan memungut hikmah di negeri 'bekas' kekhilafahan terakhir yang dimiliki umat Islam. Duhai, betapa sesak menulis kata 'bekas' di sini.
Kita menyentuh dinding-dinding sejarah klasik dan abad pertengahan. Mengoles semangatnya untuk semangat menapaki masa depan.
Sekali lagi, sejarahlah, Tuan dan Puan, yang tidak boleh tercerabut dari kita. Agar kita bisa sama melihat bagaimana ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits memberi energi.
Al-Qur'an yang dibaca Mehmet Al-Fatih sama dengan Al-Qur'anmu hari ini. Hadits yang menjadi spiritnya juga sama. Tapi mengapa pada kita tidak berenergi? Mengapa?
Kamu tidak bisa menjawabnya? Saya juga. Untuk itulah kita membaca sejarah. Merasakan pengalaman sejarah. Membawa kesadaran yang sama dengan yang dimiliki Al-Fatih.
Di Madinah, kita berkunjung ke masjid Nabawi. Berziarah ke makam Rasulullah SAW. Dan juga, berkunjung ke masa emasnya. Menuturkan segala keletihan, kesakitan, dan kesempitan berjuang, yang berbuah sepanjang musim. Hingga kita merasakannya. Setelah terpisah belasan abad dan ribuan mil dari Rasulullah SAW.
Itu semua diantara sedikit yang kita pelajari bersama beberapa hari lalu. Tapi, ini pertanyaan pentingnya, jika kita melakukan itu semua dengan baik minus umrah, apakah berhasil perjalanan kita?
Tentu tidak. Kita menyediakan tenaga, uang, dan waktu, untuk ibadah umrah. Itulah tujuan utama kita. Kita optimalkan niat, talbiah, tawaf, dan sa'i. Kita mengemis-ngemis kepada Allah agar menerima amalan kita itu.
Sekarang kita pulang. Kembali menjalani kehidupan seperti biasa. Apa tujuan utama kita hidup?
Bayangkan lagi kalau perjalanan kemarin kita melakukan semua yang telah kita kerjakan tapi kita tidak umrah. Kita gagal. Tidak dapat melaksanakan tujuan utama kita.
Keluarga ditinggalkan. Bisnis. Pekerjaan. Dan sebagainya. Orang-orang juga mengira kita mendapat umrah yang maqbulah, tapi ternyata kita tidak umrah. Betapa sedih. Sekaligus malang.