21/01/2016
WAJIB BACA:
Cinta Kasih Seekor Induk Trenggiling
Seorang pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika bermain di sebuah kota melihat pedagang kuliner di sana menyajikan proses penyembelihan trenggiling hidup sampai memanggangnya. Mereka tertarik dan ingin menyaksikan sendiri seluruh proses penyajian hidangan lezat itu.
Konon trenggiling setelah tertangkap karena ketakutan atau defensif, secara naluri & otomatis tubuhnya akan menggulung sendiri dengan sangat erat seperti sebuah lingkaran atau bola.
Umumnya proses penjualan daging trenggiling adalah sbb:
Setelah dipilih pembeli, penjual sekuat tenaga akan menarik lurus trenggiling yang meringkuk itu, selanjutnya dada dan perut dibelah, organ dalam dikeluarkan kemudian dicuci bersih, dijepit dengan jepitan besi dan dipanggang di atas bara api sampai semua sisik tebal di tubuhnya rontok.
Si pemuda penjual memilih trenggiling berbadan gemuk dan dengan ketrampilannya siap menarik lurus trenggiling yang dipegangnya itu. Namun walau sudah sekuat tenaga ia masih tidak mampu menarik lurus trenggiling itu.
Trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama semut dan rayap.
Orang-orang yang menyaksikan merasa heran, membuat si penjual muda itu kehilangan muka karena tidak berhasil melakukan 'demo'nya, maka akhirnya dibantinglah trenggiling malang itu ke lantai dengan keras, sambil menjelaskan bahwa si trenggiling akan membuka diri jika kesakitan.
Tidak disangka, bantingan berkali-kali itu malah membuat trenggiling meringkuk lebih erat. Dari mata sipit trenggiling yang semula terlihat ketakutan itu, kini telah tertutup dengan rapat. Dari moncongnya yang runcing mengalir darah segar,
akan tetapi tubuhnya tidak nampak menjadi lurus. Malah terkesan semakin melingkar dengan erat.
Rombongan penonton yang berada di tempat itu tidak tega menyaksikan kondisi trenggiling itu dan melambaikan tangan memberi isyarat agar 'demo' itu tidak perlu diteruskan lagi.
Sang pemuda penjual masih belum puas, diambillah jepitan besi lalu menjepit trenggiling malang tersebut, kemudian diletakkan di atas api panggangan. Sisik trenggiling yang keras mulai rontok dan menimbulkan bau terbakar yang menebar luas. Tetapi posisi trenggiling TETAP tidak berubah.
Si pemuda penjual kelihatannya sudah tidak berdaya lagi. Dia menggelengkan kepala sambil berkata trenggiling ini pasti bermasalah. Tidak layak dikonsumsi. Lalu ia membuang trenggiling tersebut ke lahan yang terletak di belakangnya.
Kemudian dipilihnya lagi dua ekor trenggiling yang lain, kali ini proses pengolahan berjalan lancar dan tidak sampai 5 menit selesai.
Secara tak sengaja, salah satu dari rombongan penonton aksi 'demo' tersebut melihat trenggiling bandel yang tadi dibuang oleh sang pemuda, perlahan-lahan meluruskan tubuhnya. Kelopak matanya terbuka sedikit, disusul oleh beberapa gerakan seperti kejang dan sejurus kemudian tubuh trenggiling malang tersebut akhirnya menjadi lurus, kaku dan akhirnya meregang nyawa.
Seiring tubuhnya menjadi lurus, para penonton 'demo' tadi dikejutkan oleh gerakan lembut dari perut trenggiling yang sudah mati itu. Muncullah seekor trenggiling kecil yang tubuhnya masih transparan, ukurannya hanya sebesar anak tikus.Perlahan ia membuka mulut kecilnya, seakan memanggil induknya yang kini sudah tak bernyawa.
Pemandangan tersebut membuat semua orang yang di sana menjadi terpana. Ada yang meneteskan air mata menyaksikan kejadian tersebut. Berat badan induk trenggiling itu tidak lebih dari 5 kg. Dan tubuhnya telah mengalami bantingan berkali-kali dan dibakar di atas panasnya api yang menyala. Tetapi sampai napas terakhirnya dia tetap berusaha melindungi anaknya.
Tubuh induk trenggiling yang telah terpanggang setengah matang, sisik tubuhnya pun sudah rontok semua, namun ia masih tetap berhasil melindungi keutuhan jiwa dan raga anaknya. Kekuatan semangat induk trenggiling tersebut telah jauh melampaui batas kehidupannya sendiri.
Silakan share jika Anda merasa tergugah oleh tulisan ini...