07/05/2014
MATARAM-Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH M Zainul Majdi meluncurkan program "Tambora Menyapa Dunia 1815-2015" atau peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora, yang puncak peringatannya diagendakan 11 April 2015.
"Pak Gubernur sudah meluncurkan program itu, yang berarti gaung peringatan dua abad meletusnya Gunung Tambora telah dimulai," kata Kabag Humas dan Protokol Setda NTB Tri Budiprayitno, di Mataram, Jumat (12/4).
Pencanangan program "Tambora Menyapa Dunia 1815-2015" direalisasi dalam serangkaian Upacara Peringatan Hari Jadi Ke-198 Pemerintah Kabupaten Dompu, 11 April 2013, yang digelar di halaman Kantor Bupati Dompu.
Tri mengatakan, program tersebut dihajatkan sebagai pengungkit kepariwisataan NTB yang kini telah dikenal dunia internasional.
Karena itu, diharapkan semua pihak memberikan dukungan untuk segera melakukan berbagai persiapan menuju kesuksesan program "Tambora Menyapa Dunia 1815-2015" itu.
"Tentu program ini harus dipastikan mampu menggeliatkan perekonomian masyarakat di NTB, terutama di Kabupaten Dompu dan daerah sekitarnya yang memiliki keterkaitan historis dengan Gunung Tambora," ujarnya kepada Antara.
Menurut Tri, Pemerintah Provinsi NTB gencar menyebarluaskan informasi tentang peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora, agar diketahui berbagai kalangan sejak dini.
Pemprov NTB juga telah mengantongi "roadmap" atau pedoman teknis untuk menggelar peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora itu.
"Roadmap" itu merupakan acuan utama bagi instansi terkait untuk terlibat aktif dalam kegiatan memperingati dua abad meletusnya Gunung Tambora.
Terdapat tiga agenda besar dalam peringatan dua abad meletusnya Gunung Tambora, yakni kegiatan sosialisasi sekaligus promosi keunggulan Gunung Tambora, pengembangan situs dan daya tarik wisata, dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan laut.
Diyakini, pascapuncak peringatan Dua Abad Tambora, para arkelog dunia akan datang meneliti sejarah letusan Gunung Tambora.
Konon, Napoleon kalah perang karena distribusi logistik yang cukup panjang dihalangi oleh kabut letusan Gunung Tambora.
Gunung Tambora atau Tomboro adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di dua kabupaten di Pulau Sumbawa, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi NTB.
Gunung Tambora terletak di sisi utara maupun selatan kerak oseanik, yang terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya dan berada pada ketinggian sampai 4.300 meter persegi sehingga pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung itu, padahal diperlukan waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.
Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.
Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181, karena letusan Gunung Tambora terdengar hingga pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km).
Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000-12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.
Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, meski angka tersebut diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi lantaran tiga kerajaan yakni Kerajaan Pekat, Tambora dan Sanggar, dilaporkan ikut terkubur.
Saat itulah diperkirakan kapal kuno terkubur bersama awaknya dalam letusan Gunung Tambora.
Selain itu, letusan Gunung Tambora juga menyebabkan perubahan iklim dunia, yang mencuat satu tahun berikutnya (1816) yang sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora itu.
Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.(*/hrb)