Primatama Travel Umroh Hajj

Primatama Travel Umroh Hajj Beribadah dengan Hati
Primatama Tour Travel siap menfasilitasi Bapak Ibu dalam menunaikan Ibadah Umr
(6)

Selain menyediakan paket-paket haji, umrah dan tour muslim sebagai bentuk layanan yang tersedia, Primatama Travel juga berusaha menghadirkan pembimbing-pembimbing ibadah yang ahli dan mendalami bidang Fiqih Islam, terutama untuk masalah ibadah umrah dan haji, sehingga kami berusaha memberikan bimbingan sejak sebelum berangkat, pada saat pelaksanaan dan pasca ibadah haji dan umroh, sebagai bentuk t

anggung jawab moral kami kepada customer, bahwa ibadah yang Anda jalani telah sah sesuai petunjuk Allah dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Seiring perjalanan yang cukup panjang dan keinginan untuk selalu memperbaiki layanan yang diberikan. Primatama Travel telah mendapat banyak kepercayaan dari customer untuk dapat membantu customer dalam menjadikan perjalanan spiritualnya menjadi lebih bermakna dan berkesan. Hingga akhir Tahun Haji 2013 ini, Primatama Travel telah memiliki kurang lebih 5.000 Alumni Jamaah Haji dan Umrah. Alumni-alumni Haji dan Umrah Primatama Travel akan bergabung dalam satu keluarga besar yang bernama IAM PRIMATAMA, atau Ikatan Alumni Mabrur Primatama. Yang insyaalloh akan terus menjalin silaturahmi hingga saat ini, wadah ini menjadi tempat bagi Jamaah Primatama untuk ikut serta dalam kegiatan sosial dan keagamaan yang terus dilakukan sebagai bentuk komitmen Primatama Travel dalam membina Alumni.

16/03/2015

INFO HARGA TIKET TERMURAH JAKARTA - SEMARANG (18 Maret – 25 Maret)
1. 18 MARET : LION AIR / 08.00 / 415.700 Ready 7 seat
2. 19 MARET : SRIWIJAYA AIR / 13.30 / 419.000 Ready 7 seat
3. 20 MARET : LION AIR / 13.00 / 415.700 Ready 7 seat .
4. 21 MARET : LION AIR / 11.20 / 415.700 Ready 7 seat
5. 22 MARET : LION AIR / 08.00 / 415.700 Ready 7 seat.
6. 23 MARET : LION AIR / 08.00 / 415.700 Ready 7 seat.
7. 24 MARET : LION AIR / 08.00 / 415.700 Ready 7 seat.
8. 25 MARET : LION AIR / 11.20 / 415.700 Ready 7 seat
SEGERA HUBUNGI KAMI, Primatama Travel Umroh Hajj Travel):
Tsel: 0812 2020 0807
SmartFren: 08814 5757 58
XL: 0878 2240 5758

06/01/2015

8 Pengertian Cinta Menurut Al-quran

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta Mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta Syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33).

7. Cinta Syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi.

8. Cinta Kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).

Jadi, kalo kita mau bicara cinta, ayo mulai dulu dari hubbullah (mencintai Allah) dan hubburrasul (mencintai Rasul) sebelum bicara cinta-cintaan lainnya seperti cinta wanita/pria, harta, anak-anak, jabatan, kedudukan, pop**aritas, sanjungan dan segudang nafsu cinta lainnya.

Karena jika Allah sudah mencintai seseorang, Allah akan menjadi pengawalnya dalam melihat, mendengar, berbicara dan berasa. Dan setelah itu gelar 'wali' pun akan kita dapatkan..tentunya melalui kasih sayang Allah pada kita dan segala kemudahan dalam hidup ini..

“Takutlah kalian dengan firasatnya orang mu’min karena ia melihat dengan cahaya Allah.” (HR. Turmudzi).

Dalam sebuah hadits Qudsi yang shahih, Rasulullah menyebutkan, “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku yang lebih Aku cintai dari melakukan apa yang telah Aku wajibkan. Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan mengerjakan perintah yang sunnah, kecuali Aku pasti mencintainya. Dan bila aku mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar. Aku akan menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat. Aku akan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memukul. Aku akan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dengan-Ku lah ia mendengar, melihat, memukul dan berjalan.”

wallahu'alam bishowab

06/01/2015

SEANDAINYA BESOK AKU MATI

Bagaimana agar kita tetap istiqomah dalam bertaqwa pada jaman sekarang ini karena sekarang banyak sekali godaannya, terutama dengan semakin majunya peradaban jaman..?

Pertama, Allah menurunkan ajaran yang fithri/alami/natural (karenanya tidak bisa disebut sebagai beban) demi kebaikan/kebahagiaan manusia;

Kedua, Allah menghendaki agar ajaran itu dilaksanakan sebaik-baiknya; Ketiga, namun begitu Allah menyerahkan pada manusia mau menerima perintah itu atau tidak, manusia harus berusaha sendiri untuk melaksanakan ajaran tsb. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa kejahatan (dengan arti kemaksiatan) itu kehendak Allah swt.

Coba Anda renungi ayat berikut: "Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir'. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek". (QS. Al-Kahfi/18:29)

Perlu ditegaskan di sini adanya perbedaan antara kejahatan dengan arti madharat/balaa', dan kejahatan dengan arti kemaksiatan. Pada hakekatnya memang satu, tapi dua. Jelasnya demikian, pencurian adalah tindakan kejahatan, baik dari sisi pencuri atau orang yang tercuri. Tapi bila kita kaitkan dengan istilah madharat/balaa' dan maksiat, maka akan jelas perbedaannya: si pencuri melakukan kemaksiatan (pencurian), dan si tercuri terkena madharat (pencurian). Dan tindakan mencuri (kemaksiatan) sama sekali bukan kehendak Allah. Nah, orang yang tertimpa madharrat atau balaa' tidak berarti tertimpa kejelekan.

Renungkan hadis Nabi berikut: Seseorang mengeluh ke Rasulullah: "Wahai Rasul, harta saya hilang dan badan saya sakit." Jawab beliau: "Kebaikan (keberuntungan) itu tidak terdapat pada orang yang hartanya tidak hilang dan badannya tidak sakit. Karena sesungguhnya, jika Allah memang mencintai seorang hamba Allah menurunkan cobaan padanya lantas membekalinya kesabaran."
Hadist ini menyiratkan bahwa kejelekan/keburukan itu bukanlah identik dengan kenikmatan duniawi. Tapi kebaikan adalah kesabaran itu sendiri.

Sebelum membahas bagaimana tetap Istiqamah dalam bertakwa, perlu Anda ketahui mengenai apa sebenarnya taqwa itu (mena'ati perintah dan menjauhi larangan Allah Swt). Saya hanya ingin menegaskan bahwa taqwa itu tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ibadah murni, seperti shalat, puasa, zakat, dll. Tapi taqwa juga meliputi hal-hal yang sifatnya duniawi, asal itu baik dan bermanfaat. Kita menekuni apa yang menjadi hobi dan keahlian kita kendati itu hanya semata bersifat duniawi namun bermanfaat bagi semua makhluk di bumi ini juga taqwa. Sebab Allah melarang tindakan-Tindakan yang berakibat pada rusaknya lingkungan, dan Allah juga menegaskan agar kita jangan sampai melupakan persoalan-persoalan duniawi yang menopang kemaslahatan hidup kita di dunia.

Singkatnya, orang Islam itu harus jaya di dunia dan jangan sampai melupakan akheratnya.

Oleh karena demikian luasnya wilayah taqwa, maka dengan sendirinya problem istiqamah juga tidak sama. Jika problem istiqamah Anda menyangkut hal 'ibadah, misal Anda sesekali berani melanggar perintah agama, seperti shalat, puasa, dll), Anda perlu meningkatkan wawasan keakhiratan. Sebab kebanyakan faktor yang memnyebabkan terputusnya kontinyuitas/istiqamahnya suatu kegiatan (baik kegiatan duniawi atau ukhrawi) tiada lain adalah minimnya wawasan. Setidaknya yang bisa Anda lakukan sendiri adalah menghidupkan kesadaran akan adanya kehidupan sesudah mati atau kehidupan akherat.

Saya kira semua orang Islam meyakini adanya kehidupan akherat, hanya saja kenyataannya tidak sedikit orang-orang yang lupa akan hal itu. Mereka terlelap dalam kenikmatan duniawi. Maka orang seperti ini perlu disadarkan mengenai kehidupan akherat, di mana orang yang sebagian besar hidupnya penuh ketaatan akan masuk surga dan bila didominasi kemaksiatan akan masuk neraka. Bertanya-tanyalah dalam hati Anda: apa sebenarnya tujuan hidup Anda? Apa hanya ingin cukup dengan kenikmatan duniawi? dengan semata melimpahnya harta-dunia apakah ketenangan batin bisa didapat? tidakkah batin akan tenang dengan menaati perintah-perintah agama, berdzikir/mengingat Allah? Kalau pertanyaan-pertanyaan (muhaasabah) seperti ini belum mempan juga, sering-seringlah memikirkan

"seandainya besok aku mati".

Dan jika hati Anda sudah tergerak untuk rajin melakukan ibadah, hanya saja Anda menghadapi problem lain, misal kurang mengetahui cara-cara ibadah dengan benar, Anda harus bertanya ke ahlinya. Dan jika problem istiqamah itu menyangkut soal keduniaan, maka kita perlu meningkatkan wawasan/ilmu pengetahuan tentang keduniaan. Yang bisa Anda lakukan mula-mula adalah menetapkan program, rencana-rencana, dan target. Anda juga harus meningkatkan kedisiplinan, kesungguhan, dan ketulusan.

Bangunlah kesadaran bahwa diri kita juga harus memberi manfaat pada orang lain. Sebab sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi lingkungannya.

Untuk melengkapi tema istiqamah, berikut ini saya ambilkan tulisan Dr. Nurcholish Madjid yang berjudul "Istiqamah Di Zaman Modern" dalam bukunya Pintu-Pintu Menuju Tuhan.

*** ISTIQAMAH DI ZAMAN MODERN Istiqamah artinya teguh hati, taat asas, atau konsisten. Meskipun tidak semua orang bisa bersikap istiqamah, namun memeluk agama, untuk memperoleh hikmahnya secara optimal, sangat memerlukan sikap itu.

Allah menjanjikan demikian: "Dan seandainya mereka itu bersikap istiqamah di atas jalan kebenaran, maka pastilah Kami siramkan kepada mereka air yang melimpah." (QS. Al-Jinn/72:16).

Air adalah lambang kehidupan dan lambang kemakmuran. Maka Allah menjanjikan mereka yang konsisten mengikuti jalan yang benar akan mendapatkan hidup yang bahagia. Tentu saja keperluan kepada sikap istiqamah itu ada pada setiap masa, dan mungkin lebih-lebih lagi diperlukan di zaman modern ini. Karena kemodernan (modernitas, modernity) bercirikan perubahan. Bahkan para ahli menyebutkan bahwa kemodernan ditandai oleh "perubahan yang terlembagakan" (institutionalized change). Artinya, jika pada zaman-zaman sebelumnya perubahan adalah sesuatu yang "luar biasa" dan hanya terjadi di dalam kurun waktu yang amat panjang, di zaman modern perubahan itu merupakan gejala harian, dan sudah menjadi keharusan. Lihat saja, misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi microchip (harfiah: kerupuk kecil) dalam teknologi elektronika. Siapa saja yang mencoba bertahan pada suatu bentuk produk, baik dia itu produsen atau konsumen, pasti akan tergilas dan merugi sendiri. Karena itulah maka "Lembah Silikon" atau Silicon Valley di California selalu diliputi oleh ketegangan akibat kompetisi yang amat keras.

Adanya kesan bahwa "perubahan yang terlembagakan" itu tidak memberi tempat istiqamah adalah salah. Kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi bahwa istiqamah mengandung makna yang statis. Memang istiqamah mengandung arti kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekan. Melainkan lebih dekat kepada arti stabilitas yang dinamis. Dapat dikiaskan dengan kendaraan bermotor: semakin tinggi teknologi suatu mobil, semakin mampu dia melaju dengan cepat tanpa guncangan.

Maka disebut mobil itu memiliki stabilitas atau istiqamah.

Dan mobil disebut dengan stabil bukanlah pada waktu ia berhenti, tapi justru ketika dia melaju dengan cepat. Maka begitu p**a dengan hidup di zaman modern ini. Kita harus bergerak, melaju, namun tetap stabil, tanpa goyah. Ini bisa saja terwujud kalau kita menyadari dan meyakini apa tujuan hidup kita, dan kita dengan setia mengarahkan diri kepadanya, sama dengan mobil yang stabil terus melaju ke depan, tanpa terseot ke kanan-kiri. Lebih-lebih lagi, yang sebenarnya mengalami "perubahan yang terlembagakan" dalam zaman modern ini hanyalah bidang-bidang yang bersangkutan dengan "cara" hidup saja, bukan esensi hidup itu sendiri dan tujuannya. Ibarat perjalanan Jakarta-Surabaya, yang mengalami perubahan hanyalah alat transportasinya, mulai dari jalan kaki, sampai naik pesawat terbang. Tujuannya sendiri tidak terpengaruh oleh "cara" menempuh perjalanan itu sendiri. Maka ibarat mobil yang stabil yang mampu melaju dengan cepat, begitu p**a orang yang mencapai istiqamah tidak akan goyah, apalagi takut, oleh lajunya perubahan. Dia hidup dinamis, berjalan di atas kebenaran demi kebenaran, untuk sampai akhirnya kembali kepada Tuhan, sang Kebenaran Mutlak dan Abadi. Dan kesadaran akan hidup menuju Tuhan itulah yang akan memberi kebahagiaan sejati sesuai janji Tuhan di atas. *** Semoga bermanfaat

06/01/2015

Kebanyakan orang berfikir gak pentinglah jarak hotel yang jauh atau dekat, tp ketika mereka mulai merasakan beribadah di masjidil haram dengan jarak tempuh yang lebih dari 500m menuju hotel, banyak yang merasakan kelelahan dan mungkin iri kepada jamaah dari grup lain yang ketika sampai di masjidil haram dalam keadaan jauh lebih segar. berdasarkan pengalaman mereka inilah kami memutuskan untuk mempersingkat jarak tempuh jamaah kami sehingga mereka lebih khusu dalam beribadah tanpa kelelahan akibat perjalanan jauh menuju masjid..
Barakallah

Paket Hemat 2015, buat yang belum pernah ibadah umroh kami doakan semoga Alloh Ta'ala cepat meridhoi semuanya untuk bera...
06/01/2015

Paket Hemat 2015, buat yang belum pernah ibadah umroh kami doakan semoga Alloh Ta'ala cepat meridhoi semuanya untuk berangkat umroh bersama kami :)

Address

Bekasi
13450

Website

http://sugih.asia/

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Primatama Travel Umroh Hajj posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Primatama Travel Umroh Hajj:

Share

Category