04/06/2016
SEDIKIT SEJARAH MENGEENAI SITUS ASTANA GEDE KAWALI
Sejarah Astana Gede Kawali ini sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh dikutip dan dirangkum dari buku “Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa)” yang ditulis oleh Drs. Yoseph Iskandar cetakan ke tujuh tahun 2005.
Situs Kawali atau sering disebut juga Situs Astana Gede dikenal sebagai komplek peninggalan sejarah dan budaya pada masa lampau, yaitu pada masa Kerajaan Sunda Galuh sekitar abad ke-14 Masehi. Astana Gede Kawali merupakan tempat suci pada masa pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh di Kawali. Pada zaman dahulu, Astana Gede dikenal dengan nama Kabuyutan Sanghyang Lingga Hyang. Namun sekarang Astana Gede yang berarti Astana = makam atau kuburan, sedangkan Gede = besar. Jadi bisa diartikan Astana Gede ialah Komplek Makam Besar. Sebagai pusat pemerintahan, raja-raja yang pernah bertahta di tempat ini adalah Prabu Ajiguna Linggawisesa, Prabu Ragamulya, Prabu Linggabuwana yang meningggal pada peristiwa Perang Bubat, Rahyang Niskala Wastukancana dan Dewa Niskala. Prabu Maharaja Linggabuwana dinobatkan sebagai raja Sunda pada tanggal 14 bagian terang buan palaguna tahun1272 Saka atau sekitar 22 Februari 1350 Masehi. Dari Peremaisurinya yang bernama Dewi Lara Linsing beliau dikaruniai empat orang anak, yaitu:
a. Citraresmi atau Dyah Pitaloka yang lahir pada tahun 1339 Masehi.
b. Putra yang kedua meninggal diusia 1 tahun.
c. P**a ketiga meninggal diusia 1 tahun.
d. Dan yang terkahir diberi nama Niskala Wastu Kancana, yang lahir pada tahun 1348 Masehi.
Situs Astana Gede mengingatkan kita pada Pasundan Bubat atau Palagan Bubat, yaitu peristiwa perang bubat antara Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Majapahit. Perang Bubat disebabkan karena Raja Sunda tidak mau menyerahkan anaknya sebagai upeti atau tanda takluk pada pemerintahan Majapahit.
Ceritanya berawal dari keinginan Raja Majapahit yang bernama Hayam Wuruk untuk mempersunting Putri Sunda yang bernama Citra Resmi atau disebut juga Dyah Pitaloka putri dari Maharaja Linggabuawana dari Kawali, yang pada saat itu Kawali dikatakan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh. Keberangkatan rombongan Sunda ke Majapahit pada awalnya dibayangi berbagai macam rasa bahagia., oleh sebab itu Raja dan Permaisuri ikut serta untuk menyaksikan kelangsungan pernikahan anaknya, juga para pengawal yang telah ditunjuk oleh Raja. Hanya Wastukencana yang tidkaikut dalam rombongan karena beliau masih kecil. Belia tinggal di istana bersama Pamannya Hyang Bunisora. Namun kenyataan berbicara lain, sesampainya di perbatasan, Bubat politik berubah. Dari persahabatan menjadi permusuhan, ini diakibatkan karena Prabu Hayam Wuruk tidak mempelajari dahulu ucapan yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam Sumpah Amukti Palapa dan akhirnya terjadilah perang. Dari kejadian tersebut, Prabu Hayam Wuruk berubah pikiran dan bermaksud menjadikan Puteri Dyah Pitaloka sebagai istri persembahan dari Raja Sunda kepada Majapahit. Raja Sunda tidak mau tunduk pada Majapahit begitu juga Permaisuri dan para pengawal, mereka bertempur mati-matian sampai akhirnhya tak satu pun yang tersisa.
Peristiwa ini memberi kesan yang sangat mendalam terutama kepada Wastukencana dan Hyang Bunisora.sepeningal keluarga yang dicintainya, kemudian setelah beranjak dewasa, Prabu Niskala Wastukencana memerintah kerajaan Sunda Galuh selama 104 tahun di Keraton Surawisesa Kawali. Beliau dianugerahi umur yang cukup panjang yaitu 114 tahun. Pada masa pemerintahan beliaulah semua prasasti atau batu tulis yang ada di Situs Astana Gede Kawali dibuat.
Sepeninggal Prabu Niskala Wastukanca, Kerajaan Sunda Galuh dibagi menjadi dua kerajaan yaitu Kerajaan Galuh Pakuan yang berpusat di Kawali yang diberikan kepada Dewa Niskala, dan Sunda Pakuan yang berpusat di Bogor diberikan kepada Susuk Tungga putra Prabu Niskala Wastukancan dari seorang selir.