Tirta Sila Tour and Travel

Tirta Sila Tour and Travel Bali Tour Packages, Hotel Voucher, Villa Voucher, Villa For Rent/Sale, Legal Consultant, Hospitality Essential
(1)

Contact
Tirta Sila Tour Travel Agency License No. 242/I/PMDN/1994
Kadek Joni Aryawan, S.Pd /Director (081936428500)
Email: [email protected]
our 24 hours online service
wawan/ driver and operator staff (+6281805378933) & (+6281353307088)

Offie:
Jalan Gunung Salak Ganidha Residence JPR 11 Denpasar Barat Bali-Indonesia

Makna Atman (Percaya akan adanya Sang Hyang Atma) bagi Umat Hindu di BaliAtman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma ). ...
04/03/2017

Makna Atman (Percaya akan adanya Sang Hyang Atma) bagi Umat Hindu di Bali

Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma ). Di dalam weda Parikrama disebutkan: “Eko Devah sarva bhutesu, gudhah sarva vyapim sarva bhutaratma Karma, dhyaksah sarva bhutadiwasah. Saksi ceto. Kevalonirgnasca” yang artinya Satu zat yang bersembunyi dalam setiap makhluk yang mengisi semuanya yang merupakan jiwa bathin semua makhluk, raja dari semua perbuatan yang tinggal dalam semua makhluk, saksi yang hanya terdapat dalam pikiran.

Jadi atma adalah percikan kecil dari Paramaatma (tuhan) yang berada disetiap makhluk hidup. Atma berasal dari Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua makhluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut p**a Sang Hyang Urip yang berarti Sang Hyang yang memberikan nyawa. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah makhluk hidup yang terdiri dari dua unsur yaitu badan dan atma. Badan adalah kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh (Dasa Indria).
Mengenai keberadaan atma itu, dijelaskan dalam kitab suci sebagai berikut :
1. Sariram brahma pravisat sarire-adhi prajapatih.
(atharwa weda XI. 8.30 )
Sang Hyang Widhi Wasa memasuki tubuh manusia dan dia menjadi raja tubuh itu.
2. Iyam kalyani ajara martyasyaamerta grahe
(atharwa weda X. 8. 26)
Dewa yang kekal dan bertuah itu bertempat tinggal didalam tubuh manusia yang fana.

Atma adalah yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus. Atma yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “ atau “ Swatman “ . Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma. Oleh karena itu Atma merupakan bagian dari tuhan yang sifatnya sangat gaib (Parama Sukma), tidak pernah mengalami kelahiran dan kematian (Najayate naha niyamane)

Atma yang berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “Antarjyotih“
( bersinar tidak ada yang menyinari, tanpa awal dan tanpa akhir, dan sempurna ). Adapun sifat – sifat atma sebagai berikut :
1. Achodyhya artinya tak terlukai oleh senjata
2. Adahya artinya tak terbakar oleh api
3. Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
4. Acesyah artinya tak terbasah oleh air
5. Nitya artinya abadi, kekal
6. Sarwagatah artinya ada dimana – mana
7. Sthanu artinya tak berpindah – pindah
8. Acala artinya tak bergerak
9. Sanatana artinya selalu sama
10. Adyakta artinya tak terlahirkan
11. Achintya artinya tak terpikirkan
12. Awikara artinya tak berjenis kelamin

Jelaslah atma itu sifatnya sempurna. Tetapi pertemuan antara atma dengan badan yang kemudian menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan “ Awidhya “. Awidhya artinya gelap, lupa kepada kesadaran . Awidhya muncul karena pengaruh unsur Panca Maha Butha yang mempunyai sifat duniawi. Sehingga dalam hidup ini atma dalam diri manusia di dalam keadaan awidhya.

Dalam keadaan seperti ini kita hidup kedunia bertujuan untuk menghilangkan awidhya untuk meraih kesadaran yang sejati dengan cara melaksanakan Subha Karma yang artinya perbuatan baik. Menyadari sifat atma yang serba sempurna dan penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidhya tadi. Karena apabila manusia meninggal kelak hanya badan yang rusak, sedangkan atmanya tetap ada kembali akan mengalami kelahiran berulang dengan membawa “Karma Wasana“ yang artinya bekas hasil perbuatan. Oleh karena itu, manusia lahir kedunia harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan Sang Hyang Atma dari ikatan duniawi. Sesungguhnya jika tidak ada pengaruh duniawi Hyang Widhi dan Atma itu adalah tunggal adanya (Brahman Atman Aikyam).

-------------------------------------------------
Denpasar, 12 Januari 2017
Disuntting dari berbagai sumber oleh
Kadek Joni Aryawan, S.Pd
Ph. +6281936428500
------------------------------------------------

Makna Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma ) bagi Umat Hindu Bali

Makna Karman (Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala) Bagi Umat Hindu di BaliKata Karma berasal dari bahasa Sanskerta y...
04/03/2017

Makna Karman (Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala) Bagi Umat Hindu di Bali

Kata Karma berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari akar kata Kr, yang artinya berbuat atu bekerja. Perbuatan tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Perbuatan baik disebut Subha Karma dan yang buruk Asubha Karma. Dan semuanya itu disebut Karma. Sumber karma ada 3 yaitu Manah atau pikiran, Wacika atau perkataan, Kayika atau perbuataan. Dalam kitab Slokantara dijelaskan “Karma Phala Ngaran Ika Phalaning Gawe Hala Hayu” artinya karma phala itu adalah akibat (phala) dari baik dan buruk suatu perbuatan.

Adapun sifat-sifat dari hukum karma phala yaitu:
a. Bersifat pasti dan tak terbatalkan
b. Bersifat adil sesuai dengan karma
c. Bersifat universal

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Memotifasi seseorang untuk selalu berbuat baik
2 . Memotifasi seseorang untuk selalu bersikap positif dan dinamis serta tidak mudah putus asa
3. Memotivasi seseorang untuk selalu bekerja tanpa pamrih
Karma ialah segala perbuatan dan kegiatan yang kita lakukan tanpa kecuali, baik yang secara sadar maupun yang kita laksanakan secara tidak sadar.

Bentuk-bentuk karma sesuai dengan sumbernya ada tiga macam yaitu:
1. Karma dalam bentuk pikiran
2. Karma dalam bentuk ucapan
3. Karma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku
Jika begitu, dapat diungkapkan bahwa yang dimaksud dengan Karma ialah segala kegiatan dalam bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

Seperti halnya petani yang menanam jagung atau singkong, pasti dia akan memetik jagung atau singkong karena kelak jagung itu pasti akan berbuah, dan kelak singkong itu pasti akan berumbi dan si petanipun akan mendapatkan hasil dari apa yang ia tanam.

Begitu juga halnya dengan karma perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan menimbulkan hasil, buah atau akibat. Hasil dari perbuatan itulah yang disebut Karma Phala. Kata phala berarti buah atau hasil, dan yang akan menerima Karma Phala atau buah karma itu adalah orang yang berbuat atau yang memiliki karma itu, sebab ia sendiri yang melakukan karma itu. Jika ia berbuat karma yang baik, maka ia akan memperoleh hasil yang baik p**a, dan sebaliknya jika ia melakukan karma yang buruk maka hasilnya akan buruk p**a.

Keadaan atau kejadian seperti itulah yang disebut Hukum Karma.
Hukum Karma adalah Hukum alam yang menjelaskan bahwa segala perbuatan akan menimbulkan hasil, perbuatan baik akan menimbulkan kebaikan dan perbuatan jahat akan menimbulkan kejahatan (penderitaan). Hal itu sesuai dengan hukum sebab akibat yang menyatakan bahwa setiap sebab akan menimbulkan akibat. Maksudnya segala sebab yang berupa perbuatan akan membawa akibat sebagai hasil perbuatan itu, karena kata perbuatan sama dengan “karma” maka dapat kita katakan sebagai berikut: segala karma atau (perbuatan) akan mengakibatkan Karma Phala (hasil perbuatan).

Pengaruh hukum ini p**alah yang menentukan corak serta nilai dari pada watak manusia. Hal ini menimbulkan adanya bermacam-macam ragam watak manusia di dunia ini. Terlebih-lebih hukuman kepada roh yang selalu melakukan dosa semasa penelmaannya, maka derajatnya akan semakin bertambah merosot. Hal ini disebutkan dalam Weda sebagai berikut:

Dewanam narakam janturjantunam narakam pacuh,
Pucunam narakam nrgo mrganam narakam khagah,
Paksinam narakam vyalo vyanam narakam damstri,
Damstrinam narakam visi visinam naramarane
(Clokantara.40.13-14)

Dewa neraka (menjelma) menjadi manusia. Manusia neraka (menjelma) menjadi ternak. Ternak menjadi binatang buas, binatang buas neraka menjadi burung, burung neraka menjadi ular, dan ular neraka menjadi taring, serta taring yang jahat menjadi bisa yakni bisa yang dapat membahayakan manusia.

Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak langsung pahala itu pasti akan datang. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha Karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau Asubha Karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.

Perbuatan – perbuatan buruk atau Asubha Karma menyebabkan Atma jatuh ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Bila hasil perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara ( Neraka Syuta ). Namun, bila perbuatan – perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan – perbuatan baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama (Surga Syuta).

Dalam lontar Atma prangsangsa dinyatakan bermacam-macam tempat yang disediakan oleh Sang Hyang Yamadipati untuk menghukum atma yang mendapat neraka, yaitu sebagai berikut :
1. Kawah Tamra Gohmukha (Kawah Weci)
Atma yang pada kehidupannya selalu berbuat jahat, sampai merugikan orang lain maka atma itu akan dibuang ke dalam kawah Tamra Gohmukha.
2. Batu Macepak
Atma yang penuh dengan dosa-dosa akibat perbuatan mulutnya yang tidak baik maka dia dihukum di batu ini.
3. Tihing Petung dengan di bawahnya jurang
Tempat hukuman bagi atma yang penuh dosa karena melaksanakan black magic (ilmu hitam)
4. T**i Ugal-Agil
Tempat hukuman bagi atma yang pada waktu hidupnya s**a memfitnah dan mengada-ada (berbohong).
5. Kayu Curiga
Tempat menghukum atma yang penuh dosa karena bermain cinta dengan bukan istrinya sendiri.
6. Tegal penangsaran
Disediakan bagi atma yang penuh dosa karena perbuatannya selalu membuat orang lain sengsara/ panas hati

Jika dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Sancita Karma Phala
Sancita Karma Phala adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik p**a (senang, sejahtera, bahagia). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang akan buruk (selalu menderita, susah, dan sengsara). Atau sering disebut Karma Phala Dahulu-Sekarang.

b. Prarabda Karma Phala
Prarabda Karma Phala adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalam hidup ini dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu. Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat. Atau sering disebut Karma Phala Sekarang-sekarang.

c. Kriyamana Karma Phala
Kriyamana Karma Phala adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang buruk maka pahala yang kelak dikehidupan mendatang diterima berupa kesengsaraan. Atau sering disebut dengan Karma Phala Sekarang – akan datang.

Tegasnya cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita seperti baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

-------------------------------------------------
Denpasar, 12 Januari 2017
Disuntting dari berbagai sumber oleh
Kadek Joni Aryawan, S.Pd
Ph. +6281936428500
------------------------------------------------

Kesimp**annya, cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita seperti baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Makna Karman (Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala) Bagi Umat Hindu di BaliKata Karma berasal dari bahasa Sanskerta y...
04/03/2017

Makna Karman (Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala) Bagi Umat Hindu di Bali
Kata Karma berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari akar kata Kr, yang artinya berbuat atu bekerja. Perbuatan tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Perbuatan baik disebut Subha Karma dan yang buruk Asubha Karma. Dan semuanya itu disebut Karma. Sumber karma ada 3 yaitu Manah atau pikiran, Wacika atau perkataan, Kayika atau perbuataan. Dalam kitab Slokantara dijelaskan “Karma Phala Ngaran Ika Phalaning Gawe Hala Hayu” artinya karma phala itu adalah akibat (phala) dari baik dan buruk suatu perbuatan. Adapun sifat-sifat dari hukum karma phala yaitu:
a. Bersifat pasti dan tak terbatalkan
b. Bersifat adil sesuai dengan karma
c. Bersifat universal
Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Memotifasi seseorang untuk selalu berbuat baik
2 . Memotifasi seseorang untuk selalu bersikap positif dan dinamis serta tidak mudah putus asa
3. Memotivasi seseorang untuk selalu bekerja tanpa pamrih
Karma ialah segala perbuatan dan kegiatan yang kita lakukan tanpa kecuali, baik yang secara sadar maupun yang kita laksanakan secara tidak sadar. Bentuk-bentuk karma sesuai dengan sumbernya ada tiga macam yaitu:
1. Karma dalam bentuk pikiran
2. Karma dalam bentuk ucapan
3. Karma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku
Jika begitu, dapat diungkapkan bahwa yang dimaksud dengan Karma ialah segala kegiatan dalam bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Seperti halnya petani yang menanam jagung atau singkong, pasti dia akan memetik jagung atau singkong karena kelak jagung itu pasti akan berbuah, dan kelak singkong itu pasti akan berumbi dan si petanipun akan mendapatkan hasil dari apa yang ia tanam.
Begitu juga halnya dengan karma perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan menimbulkan hasil, buah atau akibat. Hasil dari perbuatan itulah yang disebut Karma Phala. Kata phala berarti buah atau hasil, dan yang akan menerima Karma Phala atau buah karma itu adalah orang yang berbuat atau yang memiliki karma itu, sebab ia sendiri yang melakukan karma itu. Jika ia berbuat karma yang baik, maka ia akan memperoleh hasil yang baik p**a, dan sebaliknya jika ia melakukan karma yang buruk maka hasilnya akan buruk p**a. Keadaan atau kejadian seperti itulah yang disebut Hukum Karma.
Hukum Karma adalah Hukum alam yang menjelaskan bahwa segala perbuatan akan menimbulkan hasil, perbuatan baik akan menimbulkan kebaikan dan perbuatan jahat akan menimbulkan kejahatan (penderitaan). Hal itu sesuai dengan hukum sebab akibat yang menyatakan bahwa setiap sebab akan menimbulkan akibat. Maksudnya segala sebab yang berupa perbuatan akan membawa akibat sebagai hasil perbuatan itu, karena kata perbuatan sama dengan “karma” maka dapat kita katakan sebagai berikut: segala karma atau (perbuatan) akan mengakibatkan Karma Phala (hasil perbuatan).
Pengaruh hukum ini p**alah yang menentukan corak serta nilai dari pada watak manusia. Hal ini menimbulkan adanya bermacam-macam ragam watak manusia di dunia ini. Terlebih-lebih hukuman kepada roh yang selalu melakukan dosa semasa penelmaannya, maka derajatnya akan semakin bertambah merosot. Hal ini disebutkan dalam Weda sebagai berikut:
Dewanam narakam janturjantunam narakam pacuh,
Pucunam narakam nrgo mrganam narakam khagah,
Paksinam narakam vyalo vyanam narakam damstri,
Damstrinam narakam visi visinam naramarane
(Clokantara.40.13-14)

Dewa neraka (menjelma) menjadi manusia. Manusia neraka (menjelma) menjadi ternak. Ternak menjadi binatang buas, binatang buas neraka menjadi burung, burung neraka menjadi ular, dan ular neraka menjadi taring, serta taring yang jahat menjadi bisa yakni bisa yang dapat membahayakan manusia.
Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak langsung pahala itu pasti akan datang. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha Karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau Asubha Karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.
Perbuatan – perbuatan buruk atau Asubha Karma menyebabkan Atma jatuh ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Bila hasil perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara ( Neraka Syuta ). Namun, bila perbuatan – perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan – perbuatan baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama (Surga Syuta).
Dalam lontar Atma prangsangsa dinyatakan bermacam-macam tempat yang disediakan oleh Sang Hyang Yamadipati untuk menghukum atma yang mendapat neraka, yaitu sebagai berikut :
1. Kawah Tamra Gohmukha (Kawah Weci)
Atma yang pada kehidupannya selalu berbuat jahat, sampai merugikan orang lain maka atma itu akan dibuang ke dalam kawah Tamra Gohmukha.
2. Batu Macepak
Atma yang penuh dengan dosa-dosa akibat perbuatan mulutnya yang tidak baik maka dia dihukum di batu ini.
3. Tihing Petung dengan di bawahnya jurang
Tempat hukuman bagi atma yang penuh dosa karena melaksanakan black magic (ilmu hitam)
4. T**i Ugal-Agil
Tempat hukuman bagi atma yang pada waktu hidupnya s**a memfitnah dan mengada-ada (berbohong).
5. Kayu Curiga
Tempat menghukum atma yang penuh dosa karena bermain cinta dengan bukan istrinya sendiri.
6. Tegal penangsaran
Disediakan bagi atma yang penuh dosa karena perbuatannya selalu membuat orang lain sengsara/ panas hati
Jika dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Sancita Karma Phala
Sancita Karma Phala adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik p**a (senang, sejahtera, bahagia). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang akan buruk (selalu menderita, susah, dan sengsara). Atau sering disebut Karma Phala Dahulu-Sekarang.

b. Prarabda Karma Phala
Prarabda Karma Phala adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalam hidup ini dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu. Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat. Atau sering disebut Karma Phala Sekarang-sekarang.

c. Kriyamana Karma Phala
Kriyamana Karma Phala adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang buruk maka pahala yang kelak dikehidupan mendatang diterima berupa kesengsaraan. Atau sering disebut dengan Karma Phala Sekarang – akan datang.
Tegasnya cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita seperti baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

-------------------------------------------------
Denpasar, 12 Januari 2017
Disuntting dari berbagai sumber oleh
Kadek Joni Aryawan, S.Pd
Ph. +6281936428500
------------------------------------------------

Kesimp**annya, cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita seperti baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

b. Atman (Sang Hyang Atma)Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma ). Di dalam weda Parikrama disebutkan: “Eko Devah ...
28/02/2017

b. Atman (Sang Hyang Atma)
Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma ). Di dalam weda Parikrama disebutkan: “Eko Devah sarva bhutesu, gudhah sarva vyapim sarva bhutaratma Karma, dhyaksah sarva bhutadiwasah. Saksi ceto. Kevalonirgnasca” yang artinya Satu zat yang bersembunyi dalam setiap makhluk yang mengisi semuanya yang merupakan jiwa bathin semua makhluk, raja dari semua perbuatan yang tinggal dalam semua makhluk, saksi yang hanya terdapat dalam pikiran.
Jadi atma adalah percikan kecil dari Paramaatma (tuhan) yang berada disetiap makhluk hidup. Atma berasal dari Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua makhluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut p**a Sang Hyang Urip yang berarti Sang Hyang yang memberikan nyawa. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah makhluk hidup yang terdiri dari dua unsur yaitu badan dan atma. Badan adalah kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh (Dasa Indria).
Mengenai keberadaan atma itu, dijelaskan dalam kitab suci sebagai berikut :
1. Sariram brahma pravisat sarire-adhi prajapatih.
(atharwa weda XI. 8.30 )
Sang Hyang Widhi Wasa memasuki tubuh manusia dan dia menjadi raja tubuh itu.
2. Iyam kalyani ajara martyasyaamerta grahe
(atharwa weda X. 8. 26)
Dewa yang kekal dan bertuah itu bertempat tinggal didalam tubuh manusia yang fana.
Atma adalah yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus. Atma yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “ atau “ Swatman “ . Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma. Oleh karena itu Atma merupakan bagian dari tuhan yang sifatnya sangat gaib (Parama Sukma), tidak pernah mengalami kelahiran dan kematian (Najayate naha niyamane)
Atma yang berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “Antarjyotih“
( bersinar tidak ada yang menyinari, tanpa awal dan tanpa akhir, dan sempurna ). Adapun sifat – sifat atma sebagai berikut :
 Achodyhya artinya tak terlukai oleh senjata
 Adahya artinya tak terbakar oleh api
 Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
 Acesyah artinya tak terbasah oleh air
 Nitya artinya abadi, kekal
 Sarwagatah artinya ada dimana – mana
 Sthanu artinya tak berpindah – pindah
 Acala artinya tak bergerak
 Sanatana artinya selalu sama
 Adyakta artinya tak terlahirkan
 Achintya artinya tak terpikirkan
 Awikara artinya tak berjenis kelamin

Jelaslah atma itu sifatnya sempurna. Tetapi pertemuan antara atma dengan badan yang kemudian menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan
“ Awidhya “. Awidhya artinya gelap, lupa kepada kesadaran . Awidhya muncul karena pengaruh unsur Panca Maha Butha yang mempunyai sifat duniawi. Sehingga dalam hidup ini atma dalam diri manusia di dalam keadaan awidhya.
Dalam keadaan seperti ini kita hidup kedunia bertujuan untuk menghilangkan awidhya untuk meraih kesadaran yang sejati dengan cara melaksanakan Subha Karma yang artinya perbuatan baik. Menyadari sifat atma yang serba sempurna dan penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidhya tadi. Karena apabila manusia meninggal kelak hanya badan yang rusak, sedangkan atmanya tetap ada kembali akan mengalami kelahiran berulang dengan membawa “Karma Wasana“ yang artinya bekas hasil perbuatan. Oleh karena itu, manusia lahir kedunia harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan Sang Hyang Atma dari ikatan duniawi. Sesungguhnya jika tidak ada pengaruh duniawi Hyang Widhi dan Atma itu adalah tunggal adanya (Brahman Atman Aikyam).
-------------------------------------------------
Denpasar, 12 Januari 2017
Disuntting dari berbagai sumber oleh
Kadek Joni Aryawan, S.Pd
Ph. +6281936428500
------------------------------------------------

Makna Atman ( Percaya akan adanya Sang Hyang Atma ) bagi Umat Hindu Bali

Pengertian Panca SradhaAgama Hindu disebut p**a dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatan...
24/02/2017

Pengertian Panca Sradha
Agama Hindu disebut p**a dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatana Dharma ( Kebenaran Abadi ). Untuk pertama kalinya Agama Hindu berkembang di sekitar Lembah Sungai Sindhu di India. Agama Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta kepada para Maha Rsi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain :
1. Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama.
2. Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama.
3. Upacara, yaitu pengetahuan tentang yadnya, upacara agama.

Di dalam ajaran Tattwa diajarkan tentang “ Sradha “ atau kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut “ Panca Sradha “. Jadi Panca Sradha adalah Lima kepercayaan yang dimiliki oleh umat Hindu yang di wahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma, kepada para Maha Resi, untuk disebarkan kepada umat Hindu di dunia.

Bagian- Bagian Panca Sradha
Panca Sradha terdiri dari :
a. Brahman : artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi.
b. Atman : artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman.
c. Karman : artinya percaya akan adanya hukum karma phala.
d. Samsara : artinya percaya akan adanya kelahiran kembali.
e. Moksa : artinya percaya akan adanya kebebasan jiwa serta manunggalnya roh dengan Pencipta (Sang Hyang Widhi) sebagai tujuan tertinggi dan terakhir.
Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki sradha (kepercayaan) yang mantap. Seseorang yang sradhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang dan juga akan terombang ambing.
Cobalah perhatikan kegelisahan dan ketakutan seorang anak di arena sirkus. Anak kecil menjerit ketakutan ketika disuruh bersalaman dengan seekor harimau, walaupun di dampingi oleh seorang Pawang. Tidak lain dan tidak bukan karena anak kecil itu belum mempunyai kepercayaan penuh bahwa harimau itu akan jinak dan telah terlatih oleh pawangnya. Jadi kesimp**annya kepercayaan yang mantap dapat menciptakan ketenangan dan apabila kepercayaan tersebut tidak ada maka semuanya akan terasa menakutkan.

a. Brahman (Sang Hyang Widhi Wasa )
Kita harus percaya terhadap Tuhan, karena sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah beliau yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Beliau sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada.
Ida Sang Hyang Widhi, yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun diluar dunia. Ida Sang Hyang Widhi meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah “telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata”, namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada.
Walaupun amat gaib, tetapi Hyang Widhi hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempat pun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini.
Kendatipun Hyang Widhi itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi s**ar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Hyang Widhi adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.
Hyang Widhi yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun ia hanya satu.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Hyang Widhi itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Beliau dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Beliau maha tahu, berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar Umat Hindu menemukan jalan terang dalam menjalankan hidup ini.
Di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan “ Jan Ma Dhyasya Yatah “ artinya Hyang Widhi adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta ini. Dari pengertian tersebut bahwa Hyang Widhi adalah asal dari segala yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk Dewa – dewa dan lain – lainnya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri beliau. Penciptaan pemeliharaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.
Agama Hindu mengajarkan bahwa Sang Hyang Widhi tidak ada duanya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab Weda antara lain:
 Dalam Chandogya Upanishad dinyatakan: “ Om tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman “ artinya Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna.
 Dalam mantram Tri Sandhya tersebut kata – kata: “ Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit “ artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.
 Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan “Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti “ artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama.
 Dalam kekawin Sutasoma dinyatakan : Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa artinya berbeda – beda tetapi satu, tak ada Hyang Widhi yang ke dua.
Dengan pernyataan – pernyataan di atas sangat jelas, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan umat Hindu menganut Monotheisme yaitu mengakui dan percaya dengan adanya satu Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Pengertian Panca Sradha
Bagian- Bagian Panca Sradha
a. Brahman (Sang Hyang Widhi Wasa )

Address

Jalan Gunung Salak Ganidha Residence JPR 11 Denpasar
Denpasar
80117

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Tirta Sila Tour and Travel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Tirta Sila Tour and Travel:

Videos

Share

Category