Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti vrsi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan ba
hwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung menyambung mengambil ± 85 % dari seluruh luas wilayah yang luasnya ± 1.786.01 Km². Pada mula terbentuknya Kabupaten Enrekang yang telah mengalami beberapa kali pergantian Bupati sampai sekarang, antara lain :
Periode 1960 - 1963 dijabat oleh ANDI BABBA MANGOPO
Periode 1963 - 1964 dijabat oleh M. CAHTIF LASINY
Periode 1965 - 1969 dijabat oleh BAMBANG SOETRESNA
Periode 1969 - 1971 dijabat oleh ABD. Periode 1971 - 1978 dijabat oleh MUCH. DAUD (± 2 Thn masa non Fictive )
Periode 1978 - 1983 dijabat oleh H. ABDULLAH DOLLAR, BA. Periode 1983 - 1988 dijabat oleh M. SALEH NURDIN AGUNG
Periode 1988 - 1993 dijabat oleh H. AMIN SYAM
Periode 1993 - 1998 dijabat oleh H. ANDI RACHMAN
Periode 1998 – 6 Oktober 2003 dijabat oleh Drs. IQBAL MUSTAFA Wakil Bupati Drs. ZAINI BADAWING
Periode 2003 – 2008 dijabat oleh Ir. LA TINRO LA TUNRUNG Wakil Bupati H. MUH. LODY SINDANGAN, SH. M.Si. Periode 2008 (Mei s/d Oktober 2008) dijabat oleh H. (Menjabat selama 5 bulan, menggantikan H. La tinro La Tunrung, yang ikut dalam pencalonan Bupati Periode 2008 - 2013)
Periode 2008 sampai sekarang dijabat oleh Ir. LA TINRO LA TUNRUNG Wakil Bupati Drs. NURHASAN. Dilantik oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pada tanggal 9 Oktober 2008, di Lapangan Batili Abu Bakar Lambogo. Pelantikan Bupati Enrekang yang pertama tepat pada tanggal 19 Pebruari 1960 yang juga menjadi hari terbentuknya DAERAH KABUPATEN ENREKANG. Kemudian tidak adillah bila kita tidak menyebutkan para mantan Pimpinan Daerah dibidang legistalif sampai sekarang antara lain :
ANDI BABA MANGOPO (merangkap Bupati karena masih DPRD GR) Tahun 1960 – 1963
ABD. RAHMAN, BA. ARIFIN ALI
MAHATMANTONG
M. JAFAR
IBRAHIM TAQWA
H.M. MIEN KAMASE
JAMALUDDIN TANTI
M. SALEH NURDIN AGUNG sebagai Ketua dan Wakilnya MAYOR ABDUL LATIF. ABD. SAMAD MANNAN sebagai Ketua dan Wakilnya MAYOR CHK HUSAIN GANTARAN, SH. H.M. ALI RAHIM sebagai Ketua dan Wakilnya Drs. MUSTAFA CAWIDU dan LETKOL MUSTAFA BK. JK. SAWATI (periode 1999 – 2004 )
- Periode 1999 - ….. wakilnya MAYOR CHOIRI
- Periode 1999 – 2004 Wakilnya MAYOR CHOIRI dan H. ACHMAD ANGGORO
- Periode 2004 – 2005 Wakilnya SAFRUDDIN, SH dan H. ACHMAD ANGGORO
- Periode 2005 - 2008 H. AHMAD ANGGOR wakilnya SAFRUDDIN,SH dan Drs. MUSTAKIM
-
PEMERINTAHAN
Sebelum terbentuknya menjadi Kabupaten berturut-turut mengalami perubahan bentuk :
PERTAMA : Menurut sejarah pada mulanya Kabupaten Enrekang adalah merupakan suatu kerajaan besar yang bernama MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini bersifat MANURUNG yang terdiri dari 7 kawasann yang lebih dikenal dengan ”PITU MASSENREMPULU” yaitu :
1. ENDEKAN
2. KASSA
3. BATU LAPPA
4. DURI
5. MAIWA
6. LETTA
7. BARINGIN
( 7 Massenrempulu ) ini terjadi kira-kira dalam abad ke XIV dan kerajaan tersebut berubah menjadi LIMA MASSENREMPULU yakni :
1. DURI
3. MAIWA
4. KASSA
5. BATU LAPPA
( Kira – kira abad ke XVII )
Karena Politik Devide At Impera Pemerintah Belanda memecah daerah ini dengan adanya Surat Keputusan dari Perintah Kerajaan Belanda (KORTE VERKLARING ) dimana kerajaan KASSA dan kerajaan BATU LAPPA dimasukkan ke SAWITTO. Ini terjadi ± Tahun 1905 ( abad XX ), sehingga untuk tetap pada keadaan LIMA MASSENREMPULU tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya dipecah sehingga menjadi :
1. Kerajaan itu pada Zaman penjajahan Belanda secara Admisnitrasi Belanda menjadi Landshcap
2. Tiap Landschap dipimpin oleh seorang Arung ( Zelftbesteur ) dan dibantu oleh SULEWATANG dan PABBICARA, ARUNG LILI tetapi kebijaksanaan tetap ditangan Belanda sebagai Kontroleur. FEDERASI
DURI
TALLU BATU PAPAN
ENDEKAN ( ENREKANG )
MAIWA
ALLA
BUNTU BATU
MALUA
KEDUA : Dalam zaman penjajahan sejak Tahun 1012 sampai dengan 1941 berubah kembali menjadi ”ONDER AFDELING” yang dikepalai oleh seorang Kontroleur ( Tuan PETORO ). KETIGA : Dalam zaman Pendudukan Jepang ( 1941 – 1945 ) ONDER AFDELING ENREKANG berubah nama menjaddi KANRIKAN, Pemerintahan dikepalai oleh seorang BUNKEM KANRIKAN. KEEMPAT : Dalam zaman NICA ( NIT 1946 – 27 Desember 1949 ) kembali Kawasan Massenrempulu menjadi ONDER AFDELING ENREKANG. KELIMA : Kemudian sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai 1960 Kawasan Massenrempulu berubah menjadi KEWEDANAAN ENREKANG dengan pucuk pimpinan Pemerintahan disebut Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang ( KPN ENREKANG ) dan meliputi 5 (lima) SWAPRAJA :
1. SWAPRAJA ENREKANG
2. SWAPRAJA ALLA
3. SWAPRAJA BUNTU BATU
4. SWAPRAJA MALUA
5. SWAPRAJA MAIWA
Adapun mantan Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang (KPN) :
ABDUL HAKIM
ABDUL RAHMAN, BA. ABDUL MADJID PATTAROPURA
NUHUNG
A T J O
Yang menjadi catatan atau lembaran sejarah yang tak dapat dilupakan, bahwa dalam perjuangan atau pembentukan Kewadanaan Enrekang ( 5 SWAPRAJA) menjadi DASWATI II / DAERAH SWANTARA TINGKAT II ENREKANG atau KABUPATEN MASSENREMPULU. (ingat bahwa yang disetujui kelak dengan nama Kabupaten Dati II Enrekang mungkin karena latar belakang historisnya). Adapun pernyataan . resolusi tesebut :
Pernyataan Partai / Ormas Massenrempulu di Enrkeang pad tanggal 27 Agustus 1956. Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu di Makassar pada tanggal 18 Nopember 1956 yang diketuai oleh ALMARHUM Drs. RISA. Resolusi HIKMA di Pare pare tanggal 29 Nopember 1956. Resolusi Raja-raja (ARUM PARPOL / ORMAS MASSENREMPULU ) di Kalosi tanggal 14 Desember 1956
Diantara Tokoh-tokoh / Sesepuh MASSENREMPULU yang mempelopori terbentuknya Kabupaten Enrekang antara lain :
Drs. RISA
Drs. THALA
H. ANDI SANTO
PALISURI
H. YASIN
ANDI MARAINTANG
ANDI BASO NUR RASYID
ANDI TAMBONE
BOMPENG RILANGI
ANRI ENRENG
ABDUL RAHMAN, BA. DAN MASIH BANYAK LAGI NAMA YANG TAK SEMPAT DISEBUTKAN
Berdasarkan PP No. 34 Tahun 1962 dan Undang-Undang NIT Nomor 44 Tahun 1960 Sulawesi terpecah dan sebagai pecahannya meliputi Administrasi (AFDELING) Parepare yang lebih dikenal dengan nama Kabupaten Parepare lama, dimana kewedanaan Kabupaten Enrekang adalah merupakan salah satu daerah diantara 5 (lima) Kewedanaan lainnya. Selanjutnya dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi atau daerah Swatantra Tingkat II (DASWATI II), maka Kabupaten Parepare lama terpecah menjadi 5 (lima) DASWATI II antara lain :
DASWATI II ENREKANG
DASWATI II SIDENRENG RAPPANG
DASWATI II BARRU
DASWATI II PINRANG
DASWATI II PARE PARE
Kelima gabungan darah tersebut dari dulu dikenal dengan nama : AFDELING PAREPARE
Dengan terbentuknya DASWATI II ENREKANG berdasarkan Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 1959, maka sebagai tindak lanjut pada tanggal 19 februari 1960 dilantiklah saudara H. ANDI BABBA MANGOPO sebagai Bupati yang pertama dan hari terbentuknya DASWATI II Enrekang atau KABUPATEN ENREKANG berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah. Sehubungan dengan ditetapkannya Perda Nomor : 4,5,6 dan 7 tahun 2002 tanggal 20 Agustus 2002 tentang Pembentukan 4 (empat) Kecamatan Definitif dan Perda Nomor 5 dan 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan 2 Kecamatan sehingga pada saat ini enrekang telah memiliki 11 (sebelas ) Kecamatan yang defenitif yaitu :
Kecamatan Enrekang ibukotanya Enrekang
Kecamatan Maiwa ibukotanya Maroangin
Kecamatan Anggeraja ibukotanya Cakke
Kecamatan Baraka ibukotanya Baraka
Kecamatan Alla ibukotanya Belajen
Kecamatan Curio ibukotanya Curio
Kecamatan Bungin ibukotanya Bungin
Kecamatan Malua ibukotanya Malua
Kecamatan Cendana ibukotanya Cendana
Kecamatan Buntu Batu ibukotanya Pasui hasil pemekaran dari Kecamatan Baraka diresmikan oleh Bapak Bupati Enrekang yang dihadiri Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Januari 2007. Kecamatan Masalle ibukotanya Lo’ko hasil pemekaran dari Kecamatan Alla. Kecamatan Baroko Ibukotanya Baroko hasil pemekaran dari Kecamatan Alla. Diresmikan oleh Bapak Bupati Enrekang, dihadiri Bapak Gubernur Prov. Sulawesi Selatan, Para Muspida, Tokoh Agama dan Tokoh-tokoh Masyarakat. Selanjutnya dari 12 (Duabelas) Kecamatan Defenitif terdapat 112 (seratus dua belas ) desa / kelurahan, yang terdiri dari 17 Kelurahan dan 95 desa. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Enrekang untuk keadaan sekarang ( 2008) dalam memasuki Hari Ulang Tahun (HUT) ke 48 Kabupaten Enrekang sejumlah 168.810 terdiri dari laki-laki sebanyak 93.939 jiwa, perempuan sebanyak 92.871 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 43.062. D. PENUTUP
Akhirnya saya mengajak hadirin dan seluruh masyarakat MASSENREMPULU dimana saja berada mari kita jadikan budaya MASSENREMPULU sebagai modal dasar pembangunan dalam melaksanakan otonomi daerah untuk mewujudkan predikat atau gelar yang pernah diberikan oleh raja-raja dari bugis yang diungkapkan dalam Bahasa Bugis bahwa :
” NAIYYA ENREKANG TANA RIGALLA, LIPU RIONGKO TANA RIABBUSUNGI ”
” NAIYYA TANAH MAKKA TANAH MAPACCING MASSENREMPULU ”
” NAIYYA TANAH ENREKANG TANAH SALAMA ”
Demikian sekelumit dan sejarah ringkas kami bawakan. Penyusun
ALM. MANNAN TUPPU. I. Lambang
Lambang Kabupaten Enrekang berbentuk perisai dengan dasar ungu bergaris pinggir hitam dan didalamnya terdapat lukisan (keterangan gambar Lambang Massenrempulu) :
1. Dibagian atas bintang sudut lima berwarna kuning diatas satu bidang segi lima dasar hitam
2. Dibawah keris dan kelewang terhunus bersilang keatas, berwarna merah tua.
3. Ditengah-tengah dua gunung kehijau-hijauan, perkebunan, persawahan dan sungai.
4. Dibawah lima cincin berantai yaitu dua ungu, satu hijau dan satu kuning yang memperhubungkan padi (kiri) dan kopi (kanan) yang masing-masing melengkung keatas.
5. Dibagian bawah pita hitam dasarnya dengan tulisan putih MASSENREMPULU. II. Arti Lambang
1. Perisai dasar warna ungu melambangkan adalah diambil dari gelaran Manurung Enrekang ”LAKAMUMMU” yang berarti ungu karena Enrekanglah mendapat kehormatan sebagai Ibu Kota dari lima Kerajaan. Kerajaan kecil federasi tadi ( sekarang ibukota Kabupaten Enrekang) dari ibukota inilah mencerminkan keseluruhan MASSENREMPULU.
2. Lima Cincin Berantai melambangkan sejarah Pemerintahan MASSENREMPULU Panca Tunggal, dulu lima Swapraja dan lima kecamatan induk.
3. Warna-warna cincin melambangkan sejarah bahasa daerah MASSENREMPULU yaitu tiga kecamatan bahasa Duri, satu bahasa Enrekang dan satu bahasa Maiwa. Bahasa mana karena memang dari satu rumpun, bias dimengerti oleh seluruh rakyat di wilayah ini.
4. Warna hitam yang terdapat pada lukisan ini melambangkan bahwa warganya adalah sederhana di segala bidang.
5. Kris dan Klewang melambangkan pusaka nenek moyang yang dianugerahkan Yang Maha Kuasa pada ke lima kerajaan. Kerajaan tadi dan digelar ”MANURUNG”. (tiap-tiap kerajaan tadi mempunyai gelaran tersendiri-sendiri), juga menggambarkan kepahlawanan warganya sejak dulu kala dan menjadi pusaka turun temurun. MASSENREMPULU adalah daerah yang mempunyai sejarah dan kepribadian tersendiri. MASSENREMPULU jika dijalin dalam bahasa bugis MASINRING BULU ataupun MABBIRING BULU, artinya sebagian desanya terletak dikaki bukit seakan-akan bersandar dikaki gunung, demikian bentuk tersebut diatas mencerminkan alam sekitarnya, sehingga terciptalah julukan ”MASSENREMPULU”. Pengertian kiasan diatas diciptakan suatu lambing yang menggambarkan alam keseluruhannya dari warganya, ekonominya, maupun sejarah budaya, politiknya dan lain-lain. Adapun arti dan makna dari lambing Kabupaten Enrekang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Keyakinan rakyatnya dilambagnkan oleh bintang sudut lima yang artinya bahwa rakyat MASSENREMPULU pada umumnya beragama Islam.
2. Bintang sudut lima juga melambangkan kehidupan rakyatnya penuh dengan cita-cita tinggi yang berlandaskan Pancasila.
3. Padi dan Kopi melambangkan kemakmuran, kerukunan dan kesejahteraan yang didambakan masyarakat. Didalam lambang Kabupaten Enrekang tersebut terdapat dan tersiratlah angka-angka keramat bagi kita bangsa Indonesia yaitu :
1. Gambar Biji Padi sebanyak 28
2. Gambar Daun Kopi sebanyak 11
3. Gambar Biji Kopi sebanyak 45
4. Jumlah Gambar sebanyak 8
Kesimp**an : 28 – 11 = 17 jadi 17 – 8 – 45
Geografis
Letak geografis Kabupaten Enrekang berada di jantung Jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Pegunungan Latimojong yang memanjang daru Utara ke Selatan rata-rata ketinggian ± 3.000 meter diatas permukaan laut, memagari Kabupaten Enrekang disebelah timur sedang disebelah barat membentang Sunagai Saddang dari utara ke selatan yang pengendalian airnya menentukan pengairan saddang yang berada dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai ke Kabupaten Sidenreng Rappang. Kabupaten Enrekang terletak antara 3º 14’36” LS dan 119º40’53” BT. Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) ke kota Enrekang dengan jalan darat sepanjang 235 Km. Batas-batas daerah Kabupaten Enrekang, sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja
- Sebelah Selatan : Kabupaten Sidenreng Rappang
- Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
- Sebelah Timur : Kabupaten Luwu dan Sidenreng Rappang. SEKTOR PERTANIAN
Di Kab.Enrekang merupakan daerah yang dikenal mempunyai potensi disektor pertanian yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
BAWANG MERAH
Produksi bawang merah di Kab. Enrekang mencapai 13.432,67 ton per tahun dan wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec.Anggeraja mencapai 4.949,51 ton per tahun dengan luas lahan tanaman 399 Ha. CABE BESAR
Di Kab. Enrekang produksi Cabe merah mencapai 5.561,59 ton pertahun dan yang paling tinggi produksinya adalah wilayah Kec. Anggeraja yang dapat mencapai 1.498,22 ton pertahun dengan luas lahan tanam 229 Ha. KENTANG
Komoditi kentang di Kab.Enrekang mencapai 2.712,40 ton per tahun dan wilayah Kecamatan paling tinggi produksinya adalah Kec.Alla dan Kecamatan Masalle yang dapat mencapai 2.452.,09 ton pertahun dengan luas lahan tanam 155 Ha. Demi untuk meningkatkan hasil produksi tiap tahun, Pemerintah Kabupaten Enrekang telah melakukan upaya-upaya untuk mencari investor baik dari luar negeri maupun dalam negeri agar menanamkan modalnya di bidang produksi kentang. Terbukti Pada akhir bulan Pebruari 2008, Kelompok Tani Mesa Kada yang berdomisili di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang, dipastikan akan melaksanakan panen akbar komoditas kentang. Panen akbar ini adalah yang pertama bagi Kelompok Tani Mesa Kada, pasca panen raya kentang yang dihadairi Sesmenristek Republik Indonesia, Tim Peniliti dari LIPI dan Universitas Hasanuddin (Unhas) di kecamatan Masalle awal Bulan ini, 8 Januari 2008 lalu. Kurang lebih 200 ton kentang yang akan dihasilkan pada panen akbar nanti, dari luas lahan kurang lebih 15 hektar. Jenis kentang yang dihasilkan adalah kentang Donata dan kentang granola. Sebagai tindak lanjut dari hasil komoditi tersebut, Dinas Perindustrian dan Perekonomian Rakyat Kabupaten Enrekang, melalui bidang pemasaran telah melakukan upaya untuk memasarkan hasil kentang tersebut. Menurut informasi yang kami dapatkan dari Dinas Perekonomian dan Perindustrian Daerah, sudah ada beberpa investor yang berminat untuk membeli hasil kerja keras Kelompok tani Tani Mesa Kada tersebut. Komoditas kentang yang dihasilkan Kabupaten Enrekang ini, merupakan salah satu komoditi kentang terbaik di tanah air. Tomat
Dari 9 Kecamatan di Kab. Enrekang wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec. Alla mencapai 2.226,62 ton pertahun
WORTEL
Produksi Wortel di Kab. Enrekang Wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec. Masalle mencapai 2.226,39 ton pertahun dengan luas lahan pertahun. BAWANG DAUN
Komoditi Bawang Daun di Kab. Baroko dengan produksinya mencapai 8.929,05 ton per tahun dengan luas lahan tanam 583 Ha. JAHE
Di Kab. Enrekang dengan produksi mencapai mencapai 208,43 ton pertahun dengan lahan tanam 87 Ha. KUBIS
Dari 9 Kecamatan di Kab. Enrekang yang paling banyak menghasilkan komoditi kubis adalah Kec. Baroko yang tersebar di dua desa yaitu Desa Baroko dan Desa Tongko, mencapai 7.089,43 ton pertahun dengan luas lahan tanam 37 Ha. Setiap minggunya sekitar 15 Ton dikirim ke luar Provinsi seperti Kalimantan, Manado dan Kendari. KOPI
Penghasil kopi yang paling tinggi di Kab. Enrekang adalah Kec. Baroko dengan jumlah produksinya mencapai 2.041 ton per tahun dengan lahan tanam 3.424 Ha. Sementara lahan hamparan kopi dkawasan timur Kab.Enrekang yaitu Kec. Bungin yang luasnya diperkirakan +1.057 Ha. Masih dapat membutuhkan kehadiran investor untuk menenamkan modalnya dalam rangka pengembangan tanaman kopi jenis arabika. Kec. Bungin yang berada dibagian timur Kab. Enrekang melewati jalan lingkar adalah salah-satu kecamatan di Kab.Enrekang penghasil terbesar kopi jenis arabika. Dari seluruh hasil pertanian diatas memerlukan pengelolaan yang lebih baik, sehingga dapat bersaing dengan hasil pertanian dunia luar. tentunya dengan mendatangkan investor yang berminat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Data Tahun : 2008
SENTRA-SENTRA PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Kawasan Utara
Pop**asi ternak kambing paling tinggi 33,463 ekor dari 41:375 ekor total kabupaten dan tersebar di 5 wilayah kecamatan, kerena itu di kawasan utara ditetapkan sentra agrobisnis kambing yang diperkirakan 8.000-10.000 ekor ternak kambing dalam setahun. Sentra Pengembangan kambing BURAWA asal Australia terdapat di Kec Anggeraja lokasinya pada kampung Belalang. TEACING FARM : merupakan sentra pelatihan peternakan dengan luas lokasi 100 Ha. Bersetifikat pemda lokasinya di Dusun Rante Limbong Kec. Curio, Bolang Kec.Maula (pusat Agrobisnis kambing). Kawasan selatan. Tepatnya di Dusun Lekkong Kec. Cendana merupakan pusat pengembangan sapi perah sebagai sumber susu segar untuk pembuatan dangke. Akhir-akhir ini sulitnya mendapat bakalan (bibit) utamanya sapi potongan dan sapi perah namun dengan BREECHING CENTER di maiwa sangat tepat untuk mendukung suplay sapi bakalan bibit (bibit penggemukan) di kawasan utara dan sapi bakalan induk pengembangannya di kawasan selatan Kab. Enrekang. Sedang pengembangan Ayam Ras petelur di Kec. Maiwa pop**asi telah mencapai 3000 ekor. Kawasan tersebut cocok untuk peternakan telur dimana sirkulasi udara belum tercemar sehingga masih kemungkinan pengembangan diperkirakan sampai 2.000.000 ekor. Hal tersebut salah satu program pemerintah pengembangan ternak berupa kerbau, sapi, kambing dan ayam tersebut, sangat diharapkan untuk meningkatkan gizi keluarga dan sebagai sumber pendapatan masyarakat khususnya masyarakat peternakdi Kab. Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah Kab. Enrekang yakni peningkatan pendapatan ekonomi mayarakat. SEKTOR PARIWISATA. Pemerintah Kabupaten Enrekang akan meningkatkan serta memperbaiki berbagai fasilitas yang sudah dimiliki, demi menunjukkan ke dunia luar kalau Kab. Enrekang tidak kalah dengan Kab. Tana Toraja. Apalagi Kab. Enrekang adalah jalur akses ke Tanah Toraja. Hal ini memberikan peluang kepada Kabupaten Enrekang untuk menarik wisatawan untuk singgah menikmati kekayaan alam yang dimiliki. Kalau di Tana Toraja ada permandian yang sudah terkenal ke dunia internasional, di Kota Massenrempulu juga terdapat berbagai permandian serta obyek wisata lainnya seperti :
Permandian Alam Lewaja
Permandian Alam Lewaja mempunyai jarak 6 km dari Ibu kota Enrekang. Arah timur dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Disamping dapat menikmati kolam renang lewaja, kita dapat juga menikmati keindahan alam lewaja, dengan air yang jernih dan sejuk. Villa Bampapuang
Villa tersebut sangat strategis karena lokasinya berada pada jalur menuju daerah wisata Tana Toraja yaitu 18 km arah utara Kab. Enrekang dan berada pada ketinggian 800 m diatas permukaan air laut. Di Villa ini wisatawan sering mengambil gambar keindahan "Gunung Nona". Buttu Kabobong
Buttu Kabobong berada diwilayah di Desa Bambapuang kecamatan Anggeraja dengan menempuh jarak 18 km dari kota Enrekang dari arah utara menuju Tana Toraja atau sekitar 800 m dari permukaan air laut dan dapat ditempuh 20 menit perjalanan. FASILITAS PARAWISATA DI ENREKANG
HAJI LA TINRO LA TUNRUNG
Hotels, Restaurants, and Travel Agents
VILLA BAMBAPUANG
JL. Poros Enrekang - Toraja Km. 252 Makassar
HP. 081 355 509 702 (MUNIRA) 081 144 8497 (SRI)
HOTEL RASITA
JL. Arif Rahman Hakim No. 8 Enrekang Phone (0420) 21097
HOTEL BUMI RAYA
JL. Pancaitana Bungawalie No. 2 Enrekang Phone (0420) 21076
LOSMEN SANUR
JL. Kemakmuran No. 45 Enrekang Phone (0420) 21422
HOTEL RAHMAT
Jl. DR. Ratulangi No. 2 Enrekang Phone (0420) 21063
NIKITASUKA
JL. Jend. Sudirman Massemba HP. 081 342 399 322 (ADY)
RUMAH MAKAN 99
Jl. DR. Ratulangi Enrekang Phone (0420) 21305
RESTORAN KIKY
Jl. Indo Rangan Enrekang phone (0420) 21519
PT. Mattappa Travel Agent
Jl. Siliwangi No. 2 Enrekang Phone (0420) 21089
SALIM Tours & Travel
Jl. Arief Rahman Hakim No. 20 Enrekang HP. Agus 081342921167
Gunung Nona
Jamrud Kathulistiwa. Tak salah memang julukan itu diberikan kepada negeri ini. Memang indah mempesona alam Indonesia. Juga kaya raya. (tapi siapa yang menikmati ya??)
Setitik keindahan Gunung Nona di Bambapuang yang coba aku share di sini. Bambapuang adalah desa yang terletak di Kab. Enrekang, Sulawesi Selatan. Jika kita akan ke Tana Toraja dari arah Makassar, tentu akan melewatinya. Cara mengenalinya mudah. Selepas dari kota Enrekang ke arah Tana Toraja, kita akan melewati sederetan warung-warung di kanan jalan. Coba berhentilah di sana. Sambil menikmati minuman hangat kita bisa menyaksikan indahnya pemandangan Gunung Nona. Nama asli Gunung Nona sebenarnya adalah Gunung Buttu Kabobong. Kata kabobong dalam bahasa lokal berarti "sesuatu yang selayaknya disembunyikan". Orang dari luar area, daripada susah susah menyebut Buttu Kabobong, lalu menyebutnya sebagai Gunung (maaf) Va**na. Karena kurang enak di dengar, kemudian disebut sebagai Gunung Nona. Sungguh beruntung aku punya kesempatan untuk menikmati si indahnya pemandangan Buttu Kabobong beberapa saat yang lalu. Imaginasiku melayang, seakan akan ada negeri di awan pada puncak bukit itu. Dan terbayang pada tebing-tebing di kejauhan. Seakan ada aroma mistis dibalik awan tipis yang menyelimuti. Gambaran awamku tentang Tana Toraja semakin memperkuat imaginasi itu. Imaginasiku buyar ketika seekor burung terbang melintas. Tidak tahu pasti burung apa, mungkin elang. Tapi yang jelas tampak anggun dan gagah sekali dia membentangkan sayapnya diatas lembah-lembah dan tebing-tebing. (pantas yach, banyak negara yang menggunakan burung perkasa ini menjadi lambang negara). Tapi sayang sekali, sangat sedikit waktuku untuk menikmati si Nona yang satu ini. Karena aku harus segera ke Rantepao, dan mencoba menikmati sekilas keindahan Tana Toraja, dan malamnya harus sudah sampai di Palopo untuk ketemu seseorang. Syukurlah bisa menikmati indahnya setitik jamrud disela sela tugas kantor. PESTA ADAT MINDIO SALURAN TALLU
Warga masyarakat Desa Pundilemo, khususnya Ba’ka menggelar ritual adat, “Mindio Saluran Tallu”. Artinya, Mandi di Saluran Air yang terbuat dari tiga batang bambu, Selasa (24/2). Ritual kebudayaan ini dihadiri langsung Bupati Enrekang, Ir. Haji La Tinro La Tunrung, camat Cendana, Kepala Bidang Pariwisata dan unsur muspika. Menurut tokoh adat di desa tersebut, ritual semacam ini digelar sekali setahun, yang pelaksanaannya bertepatan hari Selasa akhir pada bulan bulan Safar (bulan Islam). “Acara ini hanya digelar pada setiap hari selasa akhir pada bulan Safar,” kata tokoh adat tersebut. Sementara, Bupati pada kesempatan itu sangat mengharapkan, agar kelestarian adat istiadat seperti ini tetap dijaga. “Bangsa yang maju ditentukan dengan kebudayaannya yang tetap terjaga kelestariannya,” jelas Bupati. Pada prosesi adat Mindio Saluran Tallu itu, dimulai dengan Masajo (pembacaan puisi-puisi yang isinya berupa pesan-pesan leluhur”, Menciprakan air yang diambil dari air saluran bambu yang terdiri dari tiga buah, kemudian acara mindio atau mandi di saluran bamboo tersebut. Pada acara terakhir ini, Bupati Enrekang bersama para undangan melakukan prosesi mindio. Dilanjutkan masyarakat yang hadir. Selain mandi, masyarakat juga mengambil air dari saluran bambu itu, karena dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain pesta adat Mindio Saluran Tallu, Dusun Ba’ka juga memiliki gua yang didalamnya tersimpan berbagai macam peninggalan tentara Belanda. Ada mimbar yang terbuat dari batu, dan tengkorak manusia. Bahkan, disebelah goa tersebut, ada makam leluhur yang menyerupai Mumi. SEKTOR PERINDUSTRIAN DAN PEREKONOMIAN RAKYAT
1. Benang Sutra
- Budi daya tanaman Murbei di Kab.Enrekang terdapat di wilayah Kec.Alla,Anggeraja dan Baraka sebagai pakan ulat sutera sekitar 651 Ha.
- Jumlah petani pemelihara ulat sutera sebarnyak 1.044 kk dengan produksi kokoh 191.988 Kg.
- Pengrajin pemintal benang sutera sebanyak 735 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 1.875 orang dengan produksi rata-rata pertahun 29,5 ton.
2. Gula Merah.
- Sebagai penghasil gula merah terbanyak di Kab.1.286 unit usaha. Jumlah produksi pertahun 682.775ton atau rata-rata per bulan 57 ton.
- Harga gula batangan/bulat Rp. 7.500 s/d 8.000 s/d Rp.12.000 per Kg.
- Penyerapan tenaga kerja berjumlah 2.600 orang
3. Dangke. Dangke merupakan makanan khas masyarakat Kab.Enrekang dimana bahan bakunya berasal dari susu sapi.
- Pengrajin Dangke di Kab.Enrekang sebanyak 182. unit usaha dalam 2 (dua) kecamatan yaitu, Enrekang dan Kec.Curio dan mempunyai binaan sebanyak 6 buah dan memproduksi susu dalam satu tahun mencapai 96.000 liter yang terdiri dari susu sapi dan kerbau.
- Harga dangke sapi Rp.5.000 s/d 7.500 sedangkan kerbau mencapai Rp.9.000 s/d 12.000 per bulan
SEKTOR PERTAMBANGAN
Minyak Bumi
Merupakan bahan galian posisi yang telah diketahui berdasarkan rembesan (seepages)
- Rembesan minyak terdapat didaerah Batu Ke’de yaitu 280 km arah barat laut dari permukaan penduduk pada pormologi dengan ketinggian 1.450m dari permukaan laut
- Rembesan minyak bumi di daerah membuka (Desa Camba dan Garepa)
BATU BARA
Dikenal p**a dengan bahan galian fosil atau organik karena proses pembentukan berasal dari sisa kehidupan manusia masa lampau yang bertempat di dua lokasi yakni di Lapangan Batu Noni dan Lapangan Banti sebesar 405.000 ton. EMAS
Penyebaran Emas dan Perak dapat dijumpai di daerah aliran sungai Malua Kecamatan Malua dari desa Pinang Kecamatan Cendana. LOGAM DASAR. Penyebaran Emas dan Perak dapat dijumpai di daerah aliran sungai Malua Kecamatan Malua dari desa Pinang Kecamatan Cendana. PASIR KUARSA
Berdasarkan hasil perhitungan luas dan ketebalan pasir kursa terdapat di daerah Kasambi dengan jumlah cadangan 6.000 dan daerah Pana dengan jumlah cadangan sebesar 2.400.600 m dan kecamatan Alla kampung Lumbaja sebesar 3.223.750 ton. MARMER
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan cadangan dengan faktor koreksi 40% maka didapatkan cadangan :
Buntu Batu : 259.937m
Liang Bai Eran Batu : 34.187.500 m
Asaan : 375.000.000
B. Langisan dan sekitarnya : 2.880.000.000 m
B. Simauran Bungin : Belum ada Penyidikan
BATU SERPIH
Bahan galian ini berwarna kecoklatan hingga ungu,bersifat plastik dan kaku bila kering dan menyerpih. Luas penyebaran bahan galian ini 682.500 dengan ketebalan 5 m bahan galian ini digunakan sebagai cat pewarna, perabot rumah tangga. KAOLIN
Penyebaran terdapat di dusun Pendoketan sekitar 22 km dari ibu kota Kec.Baraka. Digunakan untuk industri keramik, pembuatan bahan pemutih kertas dan lain-lain Cadangan sebesar 8.075m (20.995.00 ton)
BATU GAMPING. Penyebaran di Lode-Londe Buttu Simaruan, Buttu Lakawang Paladang,Dusun Manggugu, Sarurang,Buttu Sarong, Tandu Batu, Surakan dan Mararin Maulu. Sedang cadangan Batu Gamping untuk 10 lokasi tersebut diatas sebesar 55.712.852.130m (133.710.821.100 ton)
BATU SETENGAH MULIA
Penyebaran dapat dijumpai Kec. Maiwa dan Dusun Malino.Gunanya untuk membuat permata dan batu perhiasan
LEMPUNG TANAH LIAT
Penyebaran di Kec. Maiwa kampung Pakodi, solo karaja, Kec.Bungin di desa Bungin dan desa Tindalun. Bahan galian tersebut digunakan untuk pembuatan batu bata dan genteng. Cadangan lempung sebesar.
- 55.631.732.250.m Densit 1,9 ton/m
- (106.107.271.275)
POTENSI ENERGI BARU TERBAHARUKAN
KABUPATEN ENREKANG
SULAWESI SELATAN
1. POTENSI ENERGI BARU TERBAHARUKAN KABUPATEN ENREKANG
A. POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)
Pada Bagian Utara Kabupaten Enrekang oleh Allah SWT dianugrahi Potensi Air yang melimpah oleh karena di Kabupaten Enrekang terdapat Pegunungan Latimojong (Gunung tertinggi di Pulau Sulawesi) dimana mengalir Sungai-sungai besar dan kecil diantaranya : Sungai Saddang, Sungai Mata allo, Sungai Tabang, Sungai Pasui, Sungai Baraka dan sungai-sungai kecil lainnya yang airnya mengalir sepanjang tahun.Potensi Sungai ini dapat dibangun PLTA, PLTM dan PLTMH dengan kapasitas dari 300 MW (Potensi PLTA Batu), PLTM Belajen (Potensi 2 x 3,5 MW) hingga PLTMH yang berpotensi dari 500 kw (PLTMH Baruka) - 20 kw (Potensi PLTMH Latimojong). B. POTENSI PLTS
Pada bagian Selatan dari Kabupaten Enrekang dianugrahi pedataran yang sangat luas hal ini sangat menunjang penyinaran matahari sangat maksimal, olehnya itu untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada daerah ini diperlukan Pembangkit Litrik Tenaga Surya (PLTS). C. POTENSI BIOGAS
Potensi biogas (khususnya untuk kotoran ternak) di Kabupaten Enrekang tersebar di hampir seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang dengan jumlah Pop**asi ternak khususnya Ternak Sapi Perah berjumlah 1.300 ekor dan sapi penggemukan 2.600 ekor.
2. REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM UNGGULAN PEMANFAATAN POTENSI ENERGI BARU TERBAHARUKAN DI KABUPATEN ENREKANG. PEMBANGUNAN PLTMH
Pembangunan PLTMH di Kabupaten Enrekang diawali pada Akhir Tahun 2005 kerjasama antara Kementerian Koperasi RI dan Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk membangun PLTMH Bungin 90 kw dengan dana Rp.1.388.500.000 (1 Milyar dari Kementerian Koperasi RI 388.500.000 dana APBD Kab. Enrekang) untuk 265 rumah yang ditempatkan pada Ibukota Kecamatan Bungin dimana Kecamatan tersebut belum menikmati listrik saat itu.Selanjutnya dengan keuletan Bapak Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung melakukan lobi hingga ke Pemerintah Pusat (beberapa Departemen) maka pada tahun 2006 s/d 2007 Pemerintah Kabupaten Enrekang membangun beberapa PLTMH yaitu :
1. PLTMH Tanete 20 Kw Kerjasama Pemda dan BB TTG LIPI Subang, tahun 2005 (Untuk 100 rumah)2. PLTMH Bongso 80 Kw Kerjasama Kementerian PDT RI dan Pemda Kabupaten Enrekang, tahun 2006. (untuk 365 rumah) Bantuan dari Kementerian PDT RI hanya untuk 20 Kw dengan kerjasama Pemda Kabupaten Enrekang PLTMH Bongso dibangun menjadi 80 kw.
3. PLTMH Leon 20 Kw Bantuan LSM Jerman, tahun 2006, (untuk 120 rumah).
4. PLTMH Palakka 50 Kw Kerjasama Pemda dan BB TTG LIPI Subang tahun 2007, (untuk 150 rumah)5. PLTMH Ledan 70 Kw Kerjasama Kementerian PDT RI dan Pemda Kabupaten Enrekang, tahun 2007. (untuk 313 rumah) Bantuan dari Kementerian PDT RI hanya untuk 22 Kw dengan kerjasama Pemda Kabupaten Enrekang PLTMH Ledan dibangun menjadi 70 kw.
6. PLTMH Parombean 70 Kw Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemda Kabupaten Enrekang, tahun 2007, (untuk 215 rumah) Bantuan dari Pemrov Sulsel hanya untuk 25 kw dengan kerjasama Pemda Kabupaten Enrekang PLTMH Parombean dibangun menjadi 70 kw. Jumlah rumah yang telah menikmati listrik dengan sumber energi PLTMH yaitu : 1.528 RumahJumlah Energi Listrik dari 7 PLTMH : 400 kw
B. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
Pembangunan PLTS di Kabupaten Enrekang diawali pada Akhir Tahun 2005 ketika itu Bapak Bupati Haji La Tinro La Turung melakukan MoU dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi RI (BPPT – RI) untuk memperoleh bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebanyak 100 Unit dengan pola ”sharing cost”. Dengan keberhasilan tersebut Pemda Kabupaten Enrekang melalui kepemimpinan Bapak Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung telah menyediakan penerangan Listrik berupa PLTS bagi masyarakat kabupaten Enrekang dari tahun 2005 s/d 2007 dengan pola ”sharing cost” berjumlah : 821 Unit dengan rincian sebagai berikut :
1. Bantuan BBPT 100 tahun 2005
2. Bantuan Pemprov Sulsel untuk mesjid 10 unit tahun 2005
3. Bantuan Pemprov Sulsel 20 unit tahun 2005
4. Bantuan Pemprov Sulsel 200 unit tahun 2006
5. Bantuan Program Lisdes Sulawesi Selatan 240 Unit, tahun 2006
6. Pengadaan Pemda Kab. Enrekang melalui APBD 2006 31 Unit
7. Bantuan Pemprov Sulsel untuk mesjid 20 unit tahun 2007
8. Bantuan Pemprov Sulsel 200 unit tahun 2007
C. PEMBANGUNAN BIOGAS (BIOGAS KOTORAN SAPI)
Pada tahun 2005 terjadi krisis minyak tanah, yang berdampak juga di Kabupaten Enrekang. Ketika itu Bapak Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung memerintahkan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi kab. Enrekang Bapak Drs. Andi Hamzah, M.Si,. Untuk mencoba mengembangkan Kompor Biogas dari kotoran sapi. Akhirnya pada tahun 2006 dilakukan pemasangan 10 unit kompor Biogas dan 3 Unit Generator Set untuk pembangkit listrik Biogas. Masyarakat Kab. Enrekang khususnya para peternak sapi perah sangat antusias. Karena untuk memasak susu untuk dijadikan ”Dangke” (makanan khas Enrekang dari susu yang dipadatkan) tidak lagi memerlukan minyak tanah dan gas elpiji.Pada tahun 2007 melalui Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup telah menyiapkan biogas sebanyak : 18 unit dan Dinas Pertanian Daerah menyiapkan 12 unit.Hingga tahun 2007 Biogas di Kabupaten Enrekang berjumlah 40 unit untuk Kompor Biogas dan 3 Unit untuk generator Biogas. (data Terlampir)Sehingga tahun 2007 Bapak Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung mencanangkan pemakaian biogas untuk para peternak sapi perah dan sapi penggemukan dengan semboyan ”BIOGAS YES MINYAK TANAH NO”. Tolal :* Rumah yang telah memanfaatkan PLTMH dan PLTS serta Genset Biogas berjumlah : 2.352 Rumah* Mesjid Untuk PLTS : 30 Mejid
4. PROGRAM PEMANFAATAN ENERGI LISTRIK PLTMH
Program pemanfaatan Aliran Listrik PLTMH yang telah dibangun di Kabupaten Enrekang selain untuk penerangan juga untuk menggerakan Industri Rumah Tangga. Hal ini ditandai dengan dilaksanakannya Kerjasama Pemda Kabupaten Enrekang dengan BB TTG LIPI Subang pada tahun 2007 dengan membangun Gedung untuk Pengolahan Pangan hasil Perkebunan Masyarakat Desa Tanete.Hal ini akan dilanjutkan untuk tahun 2008 dengan memanfaatkan Aliran Listrik PLTMH untuk pengolahan hasil perkebunan di Desa-Desa, Seperti Kopi, Lada, Jahe, Markisa, Padi dan hasil perkebunan lainnya dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna. Disisi lain dengan Terbangunnya PLTMH. Pada Bulan Agustus tahun 2007 hasil survey dari Tim BB TTG LIPI Subang pada Desa Potokullin Indeks Prestasi Siswa di 2 (dua) Sekolah Dasar Potokullin menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan nilai rata rata hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) dari 5, 14 meningkat menjadi 7, 11. Dari total 15 SD yang ada di Kecamatan Buntu Batu 2 (dua) SD Potokullin berada diperingkat 14 dan 15, namun setelah terbangunnya PLTMH Bongso 80 kw, sehingga siswa-siswa dapat belajar dimalam hari dibawah bimbingan Guru-guru mereka. Saat ini 2 (dua) SD Potokullin berada pada Rangking 4 dan 5 dari 15 SD yang ada di Kec. Buntu Batu. Untuk Program Survey Dampak dari PLTMH yang telah terbangun di Kabupaten Enrekang pada tahun 2008 akan dilakukan survey oleh Tim BB TTG LIPI Subang bekerja sama dengan Pemda Kab. Enrekang.
5. PEMBANGUNAN DESA DAN DUSUN MANDIRI ENERGI
Hingga tahun 2007 Realisasi Pembangunan Desa Mandiri Energi dan Dusun Energi Mandiri yang menggunakan Energi Baru Terbaharukan di Kabupaten Enrekang adalah :
A. Desa Bungin Sumber Energi PLTMH Bungin 2 x 45 kw
B. Desa Tanete Sumber Energi PLTMH Tanete 20 kw dan PLTS untuk Dusun Labuku
C. Desa Potokullin Sumber Energi PLTMH Bongso 80 kw
D. Desa Ledan Sumber Energi PLTMH Ledan 70 kw
E. Desa Parombean Sumber Energi PLTMH Parombean 70 kw
F. Desa Palakka Sumber Energi PLTMH Palakka 50 kw
G. Desa Salo Dua Sumber Energi PLTS
H. Desa Patondon Salu Sumber Energi PLTS
I. Desa Lebani Sumber Energi PLTS
J. Desa Baringin Sumber Energi PLTS
K. Desa Ranga Sumber Energi PLTS
L. Desa Kaluppini Sumber Energi PLTS
M. Dusun Bissakan Desa Lebang Sumber Energi PLTS
N. Dusun Orong Desa Rampunan Sumber Energi PLTS
O. Dusun Bibang Desa bolang Sumber Energi PLTS
P. Dusun Baraka Desa Matajang Sumber Energi PLTS
6. PEMBANGUNAN KECAMATAN MANDIRI ENERGI
Program Kecamatan Energi Mandiri di Kabupaten Enrekang akan dilaksanakan pada Tahun 2008, dimana Kecamatan Energi Mandiri tersebut adalah Kecamatan Bungin.Sumber Pembangkit Listrik Energi Baru Terbaharukan direncanakan dari :
1. Pembangunan PLTMH Bungin Kec. Bungin 2 x 45 kw (Telah terealisasi tahun 2006)
2. Pembangunan PLTMH Tallang Rilau Kec. Bungin 62 kw (Rencana 2008)
3. Pembangunan PLTMH Bulo Kec. Bungin 2 x 45 kw (Rencana 2008)
Aliran Listrik dari Ketiga PLTMH tersebut akan melayani Desa-Desa yang ada di Kecamatan Bungin yaitu : Desa Bungin, Desa Baruka, Desa Sawitto (Resetlemen), Desa Tallang Rilau dan Desa Bulo.
7. KENDALA YANG DIHADAPI
Pada pembangunan PLTMH, PLTS dan Pengadaan Biogas memerlukan dana yang sangat besar dimana keterbatasan dana APBD Kab. Enrekang setiap tahunnya merupakan kendala utama. Hingga saat ini Potensi PLTMH yang belum dibangun yaitu :
1. PLTMH Bulo/Asa’an 2 x 45 kw : untuk 446 rumah
2. PLTMH Tallang Rilau 62 kw : untuk 129 rumah
3. PLTMH Malannyin 20 kw : untuk 200 rumah
4. PLTMH Latimojong 20 kw : untuk 70 rumah
5. PLTMH Wai-wai 20 kw : untuk 92 rumah
B. Jumlah Rumah yang membutuhkan PLTS : 1.200 rumah
C. Jumlah Peternak yang membutuhkan biogas : 700 rumah (Peternak)