Day Travel ID

Day Travel ID Exploring The Indonesian History

Wisata Kebumen
21/02/2016

Wisata Kebumen

Patung Hermes di Batavia awalnya merupakan milik Karl Wilhelm Stolz, seorang pedagang Jerman yang kemudian menjadi warga...
05/10/2014

Patung Hermes di Batavia awalnya merupakan milik Karl Wilhelm Stolz, seorang pedagang Jerman yang kemudian menjadi warga negara Belanda. Stolz membelinya di Hamburg sekitar tahun 1920. Stolz yang memiliki toko di Jl. Veteran, Batavia, meletakkan patung itu di halaman rumahnya. Kemudian pada tahun 1930, Stolz menjual tokonya dan menyumbangkan patung Hermes tersebut pada pemerintah Batavia sebagai tanda terimakasih atas kesempatan yang didapatkannya untuk berdagang di Hindia-Belanda. Patung perunggu dewa pelindung para pedagang seberat 70 kg itu akhirnya dipasang di jembatan Harmoni yang sudah dibangun sejak 1905. Lokasi tersebut dipilih karena letak jembatan Harmoni berada di mulut Jl. Hayam Wuruk yang saat itu sudah menjadi daerah perdagangan yang ramai.

Pada tahun 1999, patung ini nyaris jatuh ke kali karena penyangganya tertabrak mobil hingga bagian kakinya mengalami kerusakan. Akhirnya patung yang merupakan salah satu benda c***r budaya yang dilindungi Pemprov DKI Jakarta ini diamankan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Kemudian pada tahun 2000 patung ini dipindahkan ke halaman belakang Museum Sejarah Jakarta. Hal ini juga dilakukan karena saat itu patung Hermes ini dihargai lebih dari 1 milyar rupiah di kalangan kolektor barang antik di pasar Singapura. Tidak berlebihan memang usaha Pemerintah untuk melindungi benda bersejarah ini karena sebelumnya telah terjadi pencurian terhadap patung-patung bersejarah di Jakarta. Pada tahun 1950-an, patung JP Coen yang seukuran manusia dan punya kembaran di Hoom, Belanda, serta terletak di Lapangan Banteng, raib tak berbekas.

Kini, patung Hermes asli yang merupakan saksi bisu perkembangan Jakarta dari masa ke masa ini dapat dilihat di berada di halaman belakang Museum Sejarah Jakarta, atau seringkali disebut Gedung Fatahillah, kawasan Kota Tua. Dengan sosoknya yang berbentuk pemuda tanpa pakaian, membawa tongkat, bertumpu pada satu kaki, dan menunjuk langit dengan tangan kanannya, seolah ia akan segera lepas landas untuk terbang. Patung ini merupakan salah satu objek favorit para pengunjung untuk berfoto di sampingnya. Sementara untuk menggantikan posisi patung Hermes di jembatan Harmoni, ditempatkanlah replikanya yang seberat 100 kg dan dibuat oleh pematung Arsono dari Yogyakarta.
Sumber: Google

Sejarah berdirinnya MonasMenurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada era Presiden Sukarno, tepa...
02/10/2014

Sejarah berdirinnya Monas
Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada era Presiden Sukarno, tepatnya tahun 1961. Awalnya, sayembara digelar oleh Sukarno untuk mencari lambing yang paling bagus sebagai ikon ibukota negara. Sang Presiden akhirnya jatuh hati pada konsep Obelisk yang dirancang oleh Friederich Silaban. Namun saat pembangunannya, Sukarno merasa kurang sreg dan kemudian menggantinya dengan arsitek Jawa bernama Raden Mas Soedarsono. Sukarno yang seorang insinyur mendiktekan gagasannya kepada Soedarsono hingga jadilah Tugu Monas seperti yang dapat kita saksikan saat ini.
Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat. Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca pemberontakan G 30 S PKI.

5 Hal Yang Harus Diketahui Tentang Monas :
1. Ukuran dan Isi Monas
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.

2. Lidah Api
Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.

3. Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11×11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kep**auan Seribu.

4. Pelataran Bawah
Pelataran bawah luasnya 45×45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.

5. Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80×80 m. Pada keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.

Sukarno yang terkenal flamboyan saat itu lebih memilih Monas karena merupakan simbol phallus raksasa. Tidak aneh jika simbol ibukota negaranya adalah simbol kejantanan seorang pria (phallus). Sukarno adalah seorang visioner yang tidak tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, dia juga memerintahkan pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, tepat di atas Monas. Jadilah Monas seperti yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.

Menurut penuturan Dan Brown dalam novel fenomenalnya, penyatuan Lingga dan Yoni merupakan ritus purba seksual, Persetubuhan Suci (The Sacred Sextum). Ini adalah ritual tertinggi bagi kelompok-kelompok penganut Luciferian (penyembah setan) seperti halnya Ksatria Templar dan Freemasonry.

Monas adalah The Sacred Sextum
Tugu Monas hanyalah salah satu dari obelisk-obelisk lain yang tersebar di pusat-pusat kota seluruh dunia. Obelisk tertua berasal dari kebudayaan Mesir Kuno, simbol menjulang menuju dewa tertinggi bangsa pagan purba (dan modern). Selain Kairo dan Jakarta, obelisk asli Mesir dapat kita saksikan di ibukota penguasa dunia saat ini, Washington DC Amerika Serikat. Lokasinya tepat di depan Capitol Hill tempat presiden-presiden Amerika terpilih mengucapkan sumpahnya secara turun-temurun. Obelisk atau phallus juga bisa kita jumpai tepat di tengah lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican City, negara tempat pemimpin umat Katholik Roma sejagat raya. Phallus modern juga dapat berupa obelisk baja yang menjulang di tengah-tengah ibukota Perancis, Paris berupa Menara Eiffel.

Obelisk adalah simbol kejantanan, kekuatan, dan kekuasaan
Jika kita cermati bersama, keberadaan Tugu Monas di jantung ibukota negara Republik Indonesia adalah sebuah ejekan tak kentara terhadap sila pertama Pancasila. Monas adalah lambang Persetubuhan Suci yang dilakukan tanpa malu-malu di sekeliling rumah Tuhan. Dia mengejek Gereja Imanuel, dia mengejek Gereja Katedral, dan dia juga mengejek Masjid Istiqlal. Terhadap rumah Tuhan-rumah Tuhan yang mengelilinginya, Monas seakan mencibir, “Lihatlah aku, aku lebih tinggi dan lebih megah ketimbang kalian, dan yang pasti pengikutku lebih banyak dari penghuni kalian, hahahaha…”

Dan memang ada benarnya, Monas adalah simbol dari tabiat bangsa ini dari waktu ke waktu yang semakin tidak memiliki rasa malu. Di bawah naungannya, di antara rindangnya pepohonan dan rimbunnya semak-semak di sekitarnya, tidak siang tidak malam, banyak manusia yang melakukan ritus purba seperti yang ditunjukkan penyatuan Lingga dan Yoni, Monas. Kebanyakan pelakunya adalah muda-mudi yang tidak tahu diri dan tidak memiliki harga diri lagi.

Dan, rahasia Tugu Monas yang barangkali tidak dapat kita rasakan hingga saat ini adalah bentuk piramida silang Monas jika dilihat dari udara.

Sebelum adanya aplikasi Google Earth, tak banyak manusia yang dapat menyaksikan simbol pagan masyarakat purba (dan modern) dengan seksama seperti saat ini. Sebagai perbandingan, arahkan kursor peta Google Earth tepat di atas Piramida Giza di Kairo, Mesir. Kemudian alihkan kursor ke kota Jakarta tepat di atas komplek Tugu Monas. Jika silang Monas yang tampak dari atas tersebut kita anggap sebagai sisi-sisi piramida dan Tugu Monas yang berada tepat di tengahnya sebagai puncak piramida, terlihat ada kesamaan bentuk dan konsep antara Piramida Giza di Mesir dan ‘Piramida Monas’di Indonesia.

Patung Pemuda MembangunPatung Pemuda Membangun yang terletak di bundaran air mancur Senayan dibuat oleh team pematung ya...
02/10/2014

Patung Pemuda Membangun
Patung Pemuda Membangun yang terletak di bundaran air mancur Senayan dibuat oleh team pematung yang tergab**g dalam Biro ISA (Insinyur Seniman Arsitektur) di bawah pimpinan Imam Supardi. Penanggung jawab pelaksanaan adalah Munir Pamuncak. Banyak yang tidak mengenal nama patung ini, beberapa bahkan menyebutnya dengan patung ‘pizza-man’ karena seperti orang yang sedang membawa pizza.
Patung ini dibuat dari bahan beton bertulang dengan dicor dengan adukan semen dan bagian luarnya dilapisi dengan bahan teraso. Pekerjaan dimulai pada bulan Juli 1971 dan selesai diresmikan pada bulan Maret 1972. Rencana semula peresmiannya akan dilaksanakan pada acara peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1971, namun pada saat itu penyelesaian patung belum siap sehingga mengalami keterlambatan beberapa bulan.
Patung Pemuda Membangun menggambarkan seorang pemuda dengan semangat menyala-nyala membawa obor. Menurut keterangan pematungnya, Munir Pamuncak, perwujudan patung ini ditekankan pada ekspresi gerak. Dari jauh patung ini terlihat hampir tidak berbusana, namun justru inilah yang ditonjolkan ditonjolkan oleh sang pematung, yaitu ekspresi gerak dari tokoh pemuda yang ditekankan sehingga nampak nyata guratan-guratan urat daging sang pemuda. Makna obor di atas adalah sebagai alat penerang dan artinya secara filosofis adalah untuk menerangi hati yang gelap. Pemuda hendaknya mengambil peranan secara aktif dalam pembangunan. Pertisipasi pemuda dalam pembangunan dangat diperlukan karena di tangan pemuda-lah terletak hari depan suatu bangsa.
Tujuan yang ingin dicapai dengan manifestasi patung ini adalah untuk mendorong semangat membangun yang pada hakekatnya harus dilakukan oleh para pemuda atau orang-orang yang berjiwa muda, maka patung ini diberi nama Patung Pemuda Membangun.
Patung Pemuda Membangun ditempatkan di lokasi ini berdasarkan alasan praktis dan strategis. Praktis karena tempatnya luas cukup memenuhi persyaratan untuk penempatan patung yang besar, strategis karena tempat ini merupakan titik pertemuan dari dan ke segenap penjuru kawasan Kebayoran Baru dan sekitarnya, selain itu dekat dari kompleks olahraga Senayan serta tidak jauh dari Gedung DPR/ MPR, tempat rencana-rencana pembangunan untuk setiap jangka waktu lima tahun ditetapkan.
Sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/

Patung Pancoran Dan Kisah Sedih Dibalik PembuatannyaPatung Pancoran dengan nama lain Monumen Patung Dirgantara adalah sa...
01/10/2014

Patung Pancoran Dan Kisah Sedih Dibalik Pembuatannya

Patung Pancoran dengan nama lain Monumen Patung Dirgantara adalah salah satu monumen patung yang terdapat di Jakarta. Sebelumnyakami pernah posting tentang makna patung patung di jakarta. Letak monumen ini berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepat di depan kompleks perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara. Posisinya yang strategis karena merupakan pintu gerbang menuju Jakarta bagi para pendatang yang baru saja mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana.

Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan 30 September PKI di tahun 1965.

Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan B**g Karno untuk menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani dan Bersemangat. Total biaya pembuatan Patung Dirgantara atau Patung Pancoran pada tahun 1964 adalah 12 juta rupiah.

Biaya awal ditanggung oleh Edhi Sunarso, sang pemahat. B**g Karno menjual mobil pribadinya seharga 1 juta rupiah pada waktu itu. Pemerintah sendiri hanya membayar 5 juta rupiah. Sisanya, sebesar 6 juta rupiah, menjadi hutang pemerintah yang sampai saat ini tidak pernah terbayar.

Manusia besar dengan gagasan besar. Itu sebuah julukan lain buat B**g Karno. Ciri-ciri manusia besar, terletak pada peninggalannya yang kekal. Dalam beberapa hal, B**g Karno memenuhi kriteria itu. Ajarannya tentang Marhaenisme, penemuan ideologi Pancasila, serta semangat kebangsaan, setidaknya masih bisa kita rasakan hingga detik ini. Sekalipun ia “dikubur” tiga dasawarsa lamanya, jejak-jejak peninggalan dan karya besar B**g Karno bergeming dari gerusan zaman.

Selain ide dan gagasan berupa isme, ajaran, spirit, dan nilai-nilai sosial dan politik, B**g Karno juga mewariskan monumen-monumen. Ia menggagas pembangunan masjid Istiqlal yang ia targetkan melebihi kekokohan candi borobudur. Ia merancang tugu selamat datang di Bundaran HI yang menjadi icon ibukota. Ia mendirikan tugu pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng. Ia juga mengobarkan semangat bangsa melalui Patung Dirgantara di Pancoran.

Nah, yang disebut terakhir, adalah fokus tulisan ini. Boleh dibilang, itulah peninggalan terakhir B**g Karno. Digagas tahun 1965, saat matahari kekuasaannya sudah condong ke barat. Adalah pematung Edhi Sunarso yang mendapat kehormatan, mengerjakan pembuatan patung itu. Edhi adalah pematung kesayangan B**g Karno. Ia p**a yang ditunjuk membuat patung “Selamat Datang” di Bundaran HI.

Edhi ingat persis, ketika instruksi B**g Karno diterimanya. Hatinya sempat mandeg-mangu, ragu-ragu, bimbang, dan galau. Sebagai seniman patung, ia belum pernah sama sekali membuat patung dengan bahan perunggu. Sementara perintah B**g Karno jelas, ia menghendaki patung dengan bahan perunggu.

Saat raut wajahnya sulit menyembunyikan perasaan hatinya, B**g Karno segera paham. Maka, berkatalah B**g Karno kepada Edhi, “”Hey Ed, kamu punya rasa bangga berbangsa dan bernegara tidak? Apa perlu saya menyuruh seniman luar untuk mengerjakan monumen dalam negeri sendiri? Saya tidak mau kau coba-coba, kau harus sanggup.”

Waktu satu minggu yang diberikan B**g Karno, dijawab tuntas oleh Edhi dengan mengumpulkan teman-teman pematung di Yogya, dan mewujudkan harapan B**g Karno dalam replika yang terbuat dari gypsum. Gaya melambaikan tangan laiknya orang menyambut kedatangan sahabat, diperagakan langsung oleh B**g Karno. Gaya itu p**a yang kemudian menjadi model pada patung Tugu Selamat Datang di bundaran HI.

Nah, lain lagi kisah Patung Dirgantara, Pancoran. Proyek itu sempat mangkrak, alias terhenti. Peristiwa 30 September 1965, adalah pemicu terancam gagalnya pembuatan patung itu. B**g Karno menghadapi hantaman dari dalam negeri. Ia didemo nyaris tiap hari. Klimaksnya adalah penolakan MPRS atas pertanggungjawaban B**g Karno, terhadap peristiwa pemberontakan PKI tadi. Buntutnya sama-sama kita ketahui, B**g Karno dilengserkan, dan Soeharto diorbitkan.

Nasib patung Dirgantara yang digagas B**g Karno sebagai simbol semangat bangsa, terombang-ambing. Meski begitu, B**g Karno bukan manusia yang meninggalkan sejarah ke-plin-plan-an. B**g Karno tidak pernah mengajarkan sikap yang kurang bertanggung jawab. Alhasil, sekalipun nasibnya sendiri di ujung tanduk. Posisinya sebagai presiden terancam. Tekanan dalam dan luar negeri menghimpit dirinya, B**g Karno tetap komit.

Ia menyempatkan diri untuk memantau perkembangan proyek patung dirgantara tadi. Kepada B**g Karno, dengan nada prihatin, Edhi melaporkan kemandegan proyek tadi. Sekalipun pedestial atau tiang penyangga patung sudah selesai, tapi pekerjaan terancam mandeg, karena pemerintahan transisi tidak menggubrisnya. Di sisi lain, dalam status tahanan politik, dalam kondisi badan yang makin ringkih digerogoti sakit ginjalnya, B**g Karno keukeuh menuntaskan proyek terakhirnya.

Edhi sendiri tak sanggup meneruskan pekerjaan itu, mengingat dirinya pun sudah dililit utang untuk pekerjaan itu. Maklumlah, semua proyek pembuatan monumen yang ia kerjakan atas perintah B**g Karno, tidak menggunakan semacam dokumen perintah resmi negara. Murni soal kepercayaan.

Atas kondisi tersebut, B**g Karno lantas memanggil Edhi dan memberinya uang Rp 1,7 juta. Belakangan Edhi baru tahu, uang itu hasil penjualan mobil pribadi B**g Karno. Dengan uang itu, sekalipun belum cukup menutup semua biaya, Edhi langsung menuntaskan pengerjaan patung Dirgantara.

Alkisah… di pagi yang cerah, di hari Minggu tanggal 21 Juni 1970, Edhie sedang berada di puncak Tugu Dirgantara. Tiba-tiba, melintas iring-iringan mobil jenazah. Salah seorang pekerja di bawah sontak memberi tahu Edhi, bahwa yang barusan lewat adalah iring-iringan mobil jenazah… jenazah B**g Karno, sang penggagas Tugu Dirgantara.

Lemas lunglai Edhi demi mendengar berita itu. Ia pun langsung turun dari puncak Tugu Dirgantara, dan menyusul ke Blitar, memberi penghormatan terakhir kepada Putra Sang Fajar.

Belum usai duka berlalu, Edhi bersemangat menuntaskan amanat terakhir B**g Karno. Sekalipun pekerjaan itu meninggalkan utang negara. Sekalipun patung itu tidak pernah diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Tugu Dirgantara tegar berdiri, menggelorakan semangat, mengekspresikan wajah Gatotkaca. Wajah perkasa yang menyimpan duka di balik pembuatannya.

Beberapa cerita tentang misteri acungan tangan patung pancoran
-Konon patung pancoran menunjuk sebuah tempat dimana b**g karno meletakkan harta kekaya'annya yg dipercaya dapat melunasi hutang negara.
-Beberapa orang menceritakan bahwa patung ini menghadap ke sebuah pelabuhan sunda kelapa yang merupakan jantung peradaban bangsa indonesia selama di jajah belanda.
-Namun ada juga yang bilang dulu maksud di bangunnya tugu pancoran adalah untuk menyatakan bahwa kiblat politik indonesia adalah ke RUSIA arah komunis???
-Tugu pancorana punya nama asli patung dirgantara jadi arah utara yang di tunjukan oleh jari tugu pancoran tersebut adalah lokasi bandara di jakarta yang dulu ada di kemayoran jakarta sebelum di pindah kan ke cengkareng
Sumber http://www.anehdidunia.com/

Address

Jakarta Kota
Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Day Travel ID posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category

Nearby travel agencies


Other Travel Agencies in Jakarta

Show All