Kediri JADUL

Kediri JADUL Sebuah usaha untuk mengumpulkan dokumenter Karesidenan Kediri Jaman Dulu dari berbagai sumber bebas.
(2)

Klinik Pabrik Gula Nganjuk Kediri Jawa Hindia Belanda 1920Ada 2 foto yg serupa, namun foto yang ini diambil tidak lama s...
16/05/2024

Klinik Pabrik Gula Nganjuk Kediri Jawa Hindia Belanda 1920
Ada 2 foto yg serupa, namun foto yang ini diambil tidak lama setelah pembangunannya selesai pada th 1920, nampak perbedaan antar keduanya bisa di bandingkan bahwa foto ini taman di halaman depan masih belum rimbun sedangkan foto satunya taman halaman depan nampak rimbun 👇
https://www.facebook.com/share/p/7huSMmpC8RNQFyHs/?mibextid=oFDknk
Bekas pabrik gula nganjuk sekarang menjadi Komplek Lokalisasi Guyangan
(D.koleksinederand)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

16/05/2024

Padahal ini hanya halaman jadul. Tapi kenapa sering ada notifikasi "seseorang mencoba masuk halaman anda melalui akun yang tidak dikenal"
Padahal proteksi akun sudah saya maksimalkan melalui Duo dan Meta.
Bagaimana merut anda...
Apakah halaman ini kedepannya masih bisa di bobol?

Rumah dinas Bupati Nganjuk Kediri Jawa Hindia Belanda 1860- 1900Bupati nganjuk era kolonial- Revolusi :1. K. R. T. Sosro...
16/05/2024

Rumah dinas Bupati Nganjuk Kediri Jawa Hindia Belanda 1860- 1900
Bupati nganjuk era kolonial- Revolusi :
1. K. R. T. Sosrokoesoemo I (Kanjeng Jimat) 1760
2. K. R. T. Sosrodirjo 1760
3. K. R. T. Sosrokoesoemo II 1831- 1852
4. R. Ng. Pringgodigdo 1852- 1866
5. K. R. T. Soemowilojo 1866- 1878
6. K. R. T. Sosrokoesoemo III 1878- 1901
7. R. M. A. A. Sosrohadikoesoemo 1901- 1936
8. R. T. A. Prawirowidjojo 1936- 1943
9. R. Mochtar Praboe Mangkoenegoro 1943- 1947
(wikipedia- D.koleksinederland)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Klinik baru di Pabrik Gula Nganjuk Kediri Jawa Hindia Belanda 1920-1935(Moseum Digital Leiden)Untuk melihat foto lainnya...
14/05/2024

Klinik baru di Pabrik Gula Nganjuk Kediri Jawa Hindia Belanda 1920-1935
(Moseum Digital Leiden)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Arca Dwarapala diameter 66 x 41 x 38cm (26 x 16 1/8 x 14 15/16in.). Dibuat antara th 1050 - 1200 ini adalah Salah satu k...
14/05/2024

Arca Dwarapala diameter 66 x 41 x 38cm (26 x 16 1/8 x 14 15/16in.). Dibuat antara th 1050 - 1200 ini adalah Salah satu koleksi museum belanda yang berasal dari Kediri yang di bawa pada era Kolonial.
Deskripsi :
"Penjaga kuil batu. Raksasa tersebut ditempatkan berpasangan di pintu masuk candi Hindu dan Budha. Dalam tradisi Indonesia, setan-setan pemakan manusia yang sangat jahat ini, yang penguasanya adalah Rahwana berkepala sepuluh dari Ramayana, sekaligus merupakan roh penjaga yang mengusir kekuatan jahat dalam karakter ambivalen mereka. Penampakan setan merupakan ciri khas masa Jawa Timur (P***k, 1980:56)."
Arca Dwarapala lainnya bisa dilihat di sini:
1. 7 Foto Arca Raksasa Dwarapala Candi Penataran Blitar, Kediri Jawa Hindia Belanda Th. 1890-1927-1929-1935-1940-1941.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=537090725102440&id=100064045514270&mibextid=Nif5oz

2. Patung Dwarapala Di Candi Penataran Blitar, Kediri Jawa Hindia Belanda 1867.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=523547623123417&id=100064045514270&mibextid=Nif5oz

3. Sisi Belakang Arca Dwarapala Candi Penataran Blitar, Kediri Jawa Hindia Belanda 1867.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=524584843019695&id=100064045514270&mibextid=Nif5oz

4. Arca Dwarapala Di Candi Penataran Blitar, Kediri Jawa Hindia Belanda 1867.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=523623723115807&id=100064045514270&mibextid=Nif5oz

5. 5 Foto Tertua Candi Induk Candi Palah Candi Penataran Blitar, Kediri Jawa Hindia Belanda 1860 dan 1867.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=530461989098647&id=100064045514270&mibextid=Nif5oz

6. Candi Penataran Blitar, Kediri Jawa Hindia Belanda 1867.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=524320533046126&id=100064045514270&mibextid=Nif5oz
7. Arca Dwarapala Kediri
https://www.facebook.com/share/p/yYdfCeARDAhXjoWu/?mibextid=oFDknk
museumamsterdam
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Candi Ngetos adalah Candi Hindu yang berada di Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur. Candi ini didirikan pada abad ke-15 pada zam...
13/05/2024

Candi Ngetos adalah Candi Hindu yang berada di Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur. Candi ini didirikan pada abad ke-15 pada zaman kerajaan Majapahit.

Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad XV (kelimabelas) yaitu pada zaman kerajaan (Majapahit). Dan menurut perkiraan, candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang, sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.

Berdasarkan arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu, dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan agama yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), tetapi bentuk keduanya sama. N.J. Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok yang berbentuk bulat cincin. Candi Ngetos mempunyai bilik terletak tepat di tengah denah dasar bangunan. Dasar biliknya lebih rendah daripada dasar ambang pintu. Yang menarik yaitu terdapat relief seperti salib portugis. Sisa tangga ada di sebelah barat, sehingga candi menghadap ke barat.

Bangunan utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut:

Panjang candi (9,1 m)
Tinggi Badan (5,43 m)
Tinggi keseluruhan (10 m)
Saubasemen (3,25 m)
Besar Tangga Luar (3,75 m)
Lebar Pintu Masuk (0,65 m)
Tinggi Undakan menuju Ruang Candi (2,47 m)
Ruang Dalam (2,4 m).
Luas halaman Candi Ngetos yang sebenarnya belum diketahui. Melihat keletakan candi pada kemiringan lereng, maka terdapat kemungkinan halaman candi ini bertingkat-tingkat, dan bangunannya terletak di tingkat halaman atas.

Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng, terbagi dalam jendela-jendela kecil berhiaskan belah ketupat, tepinya tidak rata, atau menyerupai bentuk banji. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedangkan tepi bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.

Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih saksama, ternyata suatu bentuk spiral besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan horisaontal, melingkari tubuh candi bagian atas.

Pada bagian tubuhnya di sebelah timur, selatan, dan utara terdapat relung dengan tinggi 2 m dan lebar 0,65 m dalam keadaan kosong. Di sisi barat tubuh candi terdapat dua relung yang ukurannya lebih kecil daripada ketiga relung itu. Di atas relung-relung tersebut terdapat hiasan kala dan di sisi barat di atas kedua relung yang mengapit pintu masuk ada hiasan yang merupakan kepanjangan dari rambut kepala kala yang berada diatas pintu masuk. Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada Zaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.

Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaya, bahwa di dalam candi ini terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah mengatakan, bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu, yang kemudian disimpan di Kediri. Sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat pada makam Raden Wijaya di Candi Simping, Sumberjati, Blitar yang berciri Wisnu.

Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di situ karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya diserahkan pada pamannya raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo, yang kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwotoo. Raja ini mempunyai seorang patih bernama Raden Bagus Condrogeni, yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km.

Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi Raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.

Konon ceritanya p**a, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.

Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.

(wikipedia-NMVW-KITLV)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Rumah eropa milik keluarga pastur dari Tongerloo Belgia di selatan gereja merah Kediri Jawa Hindia Belanda 1921disertai ...
12/05/2024

Rumah eropa milik keluarga pastur dari Tongerloo Belgia di selatan gereja merah Kediri Jawa Hindia Belanda 1921
disertai foto zoom perbandingan tahun 1921 dengan 2017 dan 2020.
Pada tahun 1913 dalam peta tergambar bahwa rumah tersebut masih dalam kategori rumah kayu/ indis empire (Houten), ini menunjukkan bahwa rumah dengan struktur bangunan bata/ art deco (Steenen/ Gedung) baru dibangun setelah tahun 1913.
Kemungkinan peralihan renovasi rumah ini dari kategori rumah kayu menjadi rumah gedung baru setelah perang dunia ke 1. Sekitar tahun 1916 - 1920.
(NMVW)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Terjangan banjir merusak Jembatan Lokomotif Trem KSM/ rel sepur di Kediri Jawa Hindia Belanda th 1917.Disertai foto zoom...
11/05/2024

Terjangan banjir merusak Jembatan Lokomotif Trem KSM/ rel sepur di Kediri Jawa Hindia Belanda th 1917.
Disertai foto zoom.
Kemungkinan ini di Kali Konto Badas, foto diambil dari arah timur, hingga nampak dua buk plengkung, buk plengkung trem dan buk plengkung reguler.
Deskripsi gambar :
"De doorbraak van de Brantas in het Kedirische. De vernieling van de brug van de Kediri tram"
Perbandingan foto lainnya :
1902
https://www.facebook.com/share/p/yNLvkmYuxVXoGHSP/?mibextid=oFDknk
1902
https://www.facebook.com/share/p/ozKCLzgeYkfEMaqG/?mibextid=oFDknk
1922
https://www.facebook.com/share/p/Kxf3wZLoLcVRwC3X/?mibextid=oFDknk
1922
https://www.facebook.com/share/p/VKWSN9hkGt7fULWZ/?mibextid=oFDknk
(nasionalarsip)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Rumah Administratur perusahaan kopi Satak Pare Kediri Jawa Hindia Belanda 1915 - 1935Disertai foto zoomNampak sebuah mob...
05/04/2024

Rumah Administratur perusahaan kopi Satak Pare Kediri Jawa Hindia Belanda 1915 - 1935
Disertai foto zoom
Nampak sebuah mobil dan seseorang yang memegang pelana kuda putih, juga nampak bentangan kabel listrik.
(Museum Digital Leiden - W)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Wayang Gunungan/ Kayon terbuat dari Kulit Kerbau asal Kediri Jawa Hindia Belanda 1915Wayang adalah sebuah pertunjukan se...
19/03/2024

Wayang Gunungan/ Kayon terbuat dari Kulit Kerbau asal Kediri Jawa Hindia Belanda 1915
Wayang adalah sebuah pertunjukan seni budaya jawa yang dipopulerkan oleh salah satu tokoh Walisongo yaitu Sunan Kalijaga sebagai media dakwah penyebaran agama islam di jaman kesultanan demak.
Ketika sebelum acara wayang dimulai, seorang dalang akan memegang sebuah gunungan atau kayon yang bentuknya lancip seperti tumpeng, yang mengandung filosofi tinggi yang mana di dalamnya banyak digambar berbagai bentuk dan karakter tokoh yang menggambarkan inti dari kehidupan manusia di dunia ini.
Wayang Kayon memiliki dua jenis yaitu Blumbangan (perempuan) dan Gampuran (laki-laki). Di balik wayang Blumbangan era mataram terdapat Sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Dilihat dari bentuk gambarnya ini adalah jenis Blumbangan karna pahatan terlihat ornamen ombak yang berlubang namun tanpa sunggingan, gunungan ini kemungkinan dibuat pada era kesultanan demak.
Secara utuh wayang ini disebut Gunungan karna bentuknya seperti gunung juga bisa disebut kayon karna terdapat unsur kayu (wet) atau pohon yang melambangkan pengayom dalam kehidupan. Gunungan mempunyai makna bahwa segi lima adalah lima waktu yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Sedangkan bentuknya yang seperti gunung meruncing ke atas melambangkan bahwa kehidupan manusia ini pasti menuju kepada tuhannya, yaitu Allah SWT. (Sangkan paraning dumadi "tujuan hidup adalah untuk kembali kepada tuhan" Inna lillahi wainna ilaihi roji'un)
Gunungan terbagi menjadi tiga bagian :
1. Dunia atas, terdapat dua bagian, bagian pertama paling atas disebut Pucuk atau Pucukan, bagian kedua dibawahnya disebut Genukan yang terdiri dari dua susun gambar berbeda yang mempunyai filosofi berbeda p**a dalam masing-masing gambar.
Pucukan berbentuk lancip dengan gambar bunga poncowarno atau lima rupa cabang bunga, yang artinya bahwa manusia senantiasa meletakkan kepentingan kuwajiban shalat 5 waktu diatas segala-galanya daripada kehidupan duniawi lainnya. Karna kesuksesan manusia didunia dan akhirat bisa dilihat dari bagaimana dia menjaga shalatnya.
Genukan bagian atas terdapat gambar dua burung kuliko kaswari laki-laki dan perempuan, kulilo artinya burung dan kaswari artinya merak. Burung merak memiliki keindahan pada bulunya, baik laki-laki maupun perempuan jika dipandang sungguh indah warnanya dan mahal harganya.
Ibarat seorang manusia yang memiliki keindahan akhlaknya dan mahal harganya. Jika burung merak hilang bulunya maka akan hilang harganya, layaknya manusia yang hilang perangai akhlaknya maka hilang p**a harga dirinya.
Genukan bagian bawah terdapat gambar ular yang menggelantung disisi kiri ranting dari pohon kehidupan, ular nagaraja/ antaboga dengan ornamen ombak blumbangan melambangkan penguasa kehidupan alam bawah tanah, maksudnya bahwa setiap manusia harus mempunyai jiwa sepiritual agar bisa terhubung dengan tuhannya (sari rasaning roso yang selalu manembah marang Gusti Alloh dalam keadaan apapun, ombak diibaratkan lika liku perjalanan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan sebelah kanan terdapat gambar macan. Harimau di alam liar digambarkan sebagai raja hutan, namun pada gunungan harimau dilambangkan bahwa manusia harus menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri (punya jati diri), harus mampu bertindak bijaksana dan mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang pada akhirnya bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
2. Dunia tengah disebut Lengkeh, lengkeh bagian atas tepat di samping kanan kiri akar pohon kehidupan terdapat gambar dua kepala banaspati yang melambangkan bahwa dalam kehidupan manusia tak lepas dari godaan syetan dan iblis jahat yang selalu menggoda manusia agar tersesat menjauhkan diri lupa akan tuhannya.
Lengkeh bagian bawah terdapat dua gambar macan yang saling berhadapan antara laki-laki dan perempuan yang di pegang oleh tokoh yang menakutkan yaitu dwarapala melambangkan bahwa manusia harus kuwat dengan segala cobaan dari syetan dan iblis, agar tidak lupa asal muasal kita dan kemanakah nanti kita kembali.
3. Dunia bawah, disebut Palemahan. Palemahan ini hanya digambarkan sebagai pola datar tanpa ornamen melambangkan tubuh manusia yang datar tanpa ilmu dan tidak mengenali tuhannya, sehingga nampak kosong kehidupannya karna hanya mengejar duniawi tidak tahu bahwa manusia pada tahanpan tertinggi adalah pada puncaknya yaitu akhir kehidupan yang baik menuju Gusti Alloh dengan pakem bahwa hidup manusia baik jiwa raganya adalah menuju mati dalam keadaan husnul khotimah.
Koleksi Wayang kulit ini sekarang ada di museum wereldculturen.
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar berikut ini:

Timbangan O***m dari Kediri Jawa Hindia Belanda 1887Timbangan asal china terbuat dari baja dengan balok gading, panci ku...
11/03/2024

Timbangan O***m dari Kediri Jawa Hindia Belanda 1887
Timbangan asal china terbuat dari baja dengan balok gading, panci kuningan, dan pemberat kuningan segi, yang disebut timbangan "o***m", dalam kotak kayu berbentuk biola.
Dimensi: Dimensi keseluruhan (unster): 23,5 Ă— 5 Ă— 2,5 cm; Dimensi keseluruhan (kotak): 28 cm. panjang kotak; 23cm; panjang lengan; 19cm; diam.; 4cm;
Di kediri pada akhir abad 18 adalah pemasok o***m terbesar di hindia belanda, produksi o***m di kediri salah satunya milik orang china berada di minggiran bernama Tan Kur Tong pada tahun 1887 sampai 1889. Yang kemudian pabrik o***m tersebut dialih fungsikan oleh orang belanda, Perusahaan "HVA" menjadi pabrik gula dan Perkebunan minggiran.
O***m dari kediri dikirim ke bandar besar di semarang kemudian dipasarkan ke seluruh hindia belanda dengan konsumen terbanyak orang jawa dan china.
“Semua o***m resmi yang dikonsumsi di Jawa pada abad ke-19 berasal dari Turki dan Persia atau British Bengal,” tulis James R Rush dalam buku “Candu Tempo Doeloe, Pemerintah, Pengedar dan Pecandu 1860-1910”.
"Mengutip tulisan Ahmad Fathoni (2020) Dari O***mpacht Hingga O***mregie: Pasang Surut Perdagangan O***m Di Keresidenan Kediri, 1833-1931. Skripsi skripsi, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Perdagangan o***m di Keresidenan Kediri menjadi salah satu jenis perdagangan yang dimonopoli oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda melakukan monopoli perdagangan o***m dengan menggunakan dua sistem pelaksanaan yakni o***mpacht dan o***mregie. wilayah Keresidenan Kediri menjadi bagian penting dalam proses o***mpacht dan o***mregie yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada pelaksanaan o***mpacht, Keresidenan Kediri menjadi salah satu wilayah dengan pendapatan o***m yang paling besar. Pendapatan yang besar tersebut tidak disertai dengan tingginya penjualan o***m yang dijual secara eceran yang dilakukan oleh perantara bandar sehingga mengakibatkan mundurnya pelaksanaan o***mpacht di Keresidenan Kediri. Pemerintah kemudian mengganti pelaksanaan o***mpacht menjadi o***mregie. Sejak saat itu, perdagangan o***m di Keresidenan Kediri mulai mengalami peningkatan dalam penjualan o***m. Setelah diberlakukannya perjanjian internasional, penjualan o***m terus menurun karena pemerintah melakukan tindakan sewenang-wenang dalam penggunaan o***m. Bencana alam, krisis ekonomi dan propaganda konsumsi o***m yang dilakukan oleh masyarakat telah menyebabkan naiknya turunnya penjualan o***m di Keresidenan Kediri."
(MO-Koleksi Museum Amsterdam)
Untuk melihat foto lainnya silagkan klik tagar di bawah ini :

Kamp Gevangenis Penjara Kota Kediri Jawa Timur Indonesia 1945-1946Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, penjara Kota...
09/03/2024

Kamp Gevangenis Penjara Kota Kediri Jawa Timur Indonesia 1945-1946
Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, penjara Kota Kediri dijadikan kamp interniran pagi para belanda dan Indo (keturunan asing eropa dan eurasia) yang ditangkap. Lokasi penjara ini terletak di bagian barat kota (di tepi barat Kali Brantas) di jalan yang membentang ke utara jalan majenang dari jembatan brantas. Kamp terletak di bagian paling utara dari tiga blok. Kamp tersebut terdiri dari 4 sel, 2 besar dan 2 kecil (lantai dasar). Kamp ini kusus diperuntukkan bagi laki-laki yang berumur diatas 14 tahun.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17-08-1945 di Jakarta. Kamp di wilayah kediri diambil alih oleh pemerintah dan sejak xx-09-1945 beberapa orang indo belanda di lingkungan penjara ditangkap dimasukkan kamp gevangenis, kemudian pada 11-10-1945 kembali dimasukkannya orang belanda yang ditangkap di seluruh wilayah kota kediri. Pada 15-10-1945 kamp penjara menerima 200 tahanan pindahan dari kamp tokiwa (kamp alon-alon kota kediri). Pada 21-01-1946 kamp penjara menerima tahanan pindahan dari kamp sukorame 200 orang.
Seluruh tahanan adalah orang laki-laki berumur diatas 14 tahun keatas, jumlahnya mencapai ratusan namun jumlah pastinya tidak diketahui.
Pada masa peralihan pemerintahan jepang (kediri syu) kepada Pemerintah Kediri Republik Indonesia masa revolusi kamp yang difungsikan sebagai tahanan di kediri ada 7 :
1. Gevangenis, 2. Minggiran (L), 3. Minggiran (P), 4. Slemanan, 5. Sukorame, 6. Tokiwa, 7. Sukorejo.
Selain 7 kamp diatas pada masa revolusi, pada masa kediri syu 1942-1945 juga terdapat kamp kawarasan dan kamp galuhan.
Keadaan di kamp penjara para tahanan mengalami gizi buruk tidak tercukupi, kondisinya sangat buruk, penuh sesak, air satu sumur dengan p***a tangan untuk keempat sel, fasilitas sanitasi toilet jongkok dengan siram air di tiap selnya.
perawatan rohani oleh pendeta Klooster, Wessels dan van Megen. Koordinator tahanan (tidak diketahui)
(Diambil dari berbagai sumber)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:


Tulungagung saat Agresi Militer ll Kediri Jawa Timur Indonesia 2 Januari 1949Kota Tulungagung adalah bagian dari agresi ...
07/03/2024

Tulungagung saat Agresi Militer ll Kediri Jawa Timur Indonesia 2 Januari 1949
Kota Tulungagung adalah bagian dari agresi milter oprasi Centrum V Kediri oleh tentara brigade infantri 4 dan NICA sebagai salah satu target pembebasan dari kemerdekaan Indonesia agar bisa dikuasai kembali oleh pemerintah belanda, pusat pemerintahan mas revolusi kemerdekaan di aloon-aloon kembali dijadikan markas tentara belanda, juga dikibarnya kembali bendera belanda menggantikan bendera merah putih didepan pendopo tulungagung.
Karna sengitnya perlawanan para pejuang TKR dan Hizbullah di berbagai daerah termasuk juga di tulungagung ini, hingga pada tanggal 2 januari 1949 membuat tentara belanda yang satu hari sebelumnya berhasil menguasai kota tulungagung mengirim pasukan tambahan melalui jalur udara dengan menerjukan personil tentara angkatan udara di aloon-aloon, namun penerjunan tidak mudah karna terhambat oleh para pejuang yang menembaki pesawat ketika berada diatas kota tulungagung, baru setelah satu jam pesawat berputar-putar akhirnya tentara udara belanda berhasil terjun payung mendarat di aloon-aloon kota tulungagung
Perlawanan para pejuang dengan rentang waktu 5 hari antara tgl 26-30 November 1949 membuat perjalanan pasukan tentara belanda dan sekutunya menguasai Centrum V terhambat, pertempuran terjadi dimana-mana, Akses jembatan banyak yang terputus, jalan besar banyak yang dibuat parit, pohon-pohon ditumbangkan, barang apapun seadanya di taruh di jalan-jalan protokol diantaranya batu, bambu, meja kursi dan kawat berduri untuk menghalau dan menghambat perjalanan tentara belanda yang menuju ke titik pusat kota untuk pembebasan. Banyak korban dari kedua belah pihak pada saat itu, korban berjatuhan terutama dari para pejuang kemerdekaan yang jumlahnya 3 banding 1 tentara belanda.
Dari foto ini saja bisa kita bayangkan bagaimana keadaan dan betapa mencekamnya suasana saat itu, yang mana para penduduk orang tua dan anak-anak mengungsi ke pelosok desa dan hutan pegunungan, sedangkan para pejuang bergerilya dengan mempertaruhkan darah nyawanya demi mempertahankan kemerdakaan ini.
Dalam foto- foto yang ditemukan admin saat agresi militer 1 dan 2 dikediri bisa anda analisa sendiri bagaimana belanda merencanakan strategis untuk bisa kembali menguasai Indonesia setelah perjanjian linggarjati dengan melihat perbedaan antara keduanya di tagar ini :
1947
1948-1949

(Perjanjian Linggarjati adalah perjanjian penting yang ditandatangani antara Indonesia dan Belanda pada 25 Maret 1947 di desa Linggarjati, Jawa Barat. Perjanjian ini adalah langkah awal dalam proses panjang menuju pengakuan kemerdekaan Indonesia dan penyelesaian Konflik Indonesia-Belanda.)
Untuk melihat oprasi militer kediri, agresi l & ll di tagar👇

(MBBK-Nederlands Fotomuseum)
Untuk melihat foto lainnya silahkan klik tagar di bawah ini:

Address

Kediri
64127

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kediri JADUL posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share

Nearby travel agencies


Other Kediri travel agencies

Show All

You may also like