15/10/2024
R E P O S T.
DUA RAJA TANPA SINGGASANA
Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab menjadi Khalifah setelah Rasulullah SAW wafat. Abu Bakar menjadi khalifah pertama selama kurang lebih 2 tahun yakni dari tahun 632-634 M atau tahun ke 11 hingga 13 Hijriah. Sementara Umar menjadi khalifah dari tahun 634 sampai 644 Masehi atau 13 sampai 23 tahun Hijriah.
Di masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, penyebaran Islam diperluas hingga keluar dari jazirah Arab yakni wilayah Irak dan Suriah. Pun begitu di masa Umar bin Khattab, wilayah Islam kian diperluas hingga ke Libya, Persia, Irak, Armenia, Khurasan, Nisabur, Azerbaijan, Basra, Syria, Yordania, dan Baitul Maqdis di Yerusalem.
Meski menjadi Khalifah dengan daerah yang berhasil ditaklukkan sangat luas, namun Abu Bakar dan Umar bin Khattab hidup dalam kesederhanaan. Keduanya tidak tinggal di istana megah dan berpakaian mewah. Bahkan Abu Bakar yang semasa mudanya kaya raya, saat meninggal tak meninggalkan sepeserpun harta. Semua hartanya sudah disedekahkan untuk perjuangan Islam.
Hingga Aisyah bingung dengan kain apa nanti mengkafani Abu Bakar jika wafat. Aisyah istri Rasulullah SAW sempat menanyakan hal itu kepada sang ayah.
"Dengan baju yang biasa aku pakai saat makmum shalat bersama Rasulullah," jawab Abu Bakar.
Aisyah tahu, baju itu sudah usang. Maka dia pun menawarkan untuk membeli kain kafan baru. Namun Abu Bakar menolaknya. Menurut Abu Bakar, orang yang hidup lebih berhak menggunakan barang yang baru ketimbang orang yang meninggal.
Pada Senin 21 Jumadilakhir tahun ke-13 hijrah atau 22 Agustus 634 Masehi, Abu Bakar Ash Shiddiq wafat. Atas permintaanya, Abu Bakar dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW. Adalah Umar bin Khatab bersama dengan Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakar yang memakamkan jenazah Abu Bakar. Sang 'raja' itu dimakankan dengan kain kafan lusuh bekas baju yang biasa dia pakai makmum sholat bersama Nabi Muhammad SAW.
Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab menggantikannya sebagai khalifah. Sama seperti Abu Bakar, Umar juga hidup sederhana saat memimpin umat Islam, meski wilayah kekuasaannya kian luas.
Kesederhanaan Khalifah Umar ini sempat membuat warga Yerusalem terkecoh. Pada tahun 637 Masehi, saat pasukan Muslim berhasil menaklukkan Baitul Maqdis, Umar bin Khattab diundang ke Yerusalem. Dari Madinah, Umar hanya ditemani oleh seorang pembantunya. Mereka berdua mengendarai seekor unta secara bergantian.
Saat memasuki Yerusalem giliran Umar yang kebagian jatah memegang tali kekang Unta, sementara sang pembantu naik di punggung Unta. "Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya yang memegang tali Unta, Tuan seharusnya yang naik di punggung Unta," kata sang pembantu seperti dikutip dari buku, The Khalifah karya Abdul Latip Talib.
Namun, Umar menolak karena sesuai kesepakatan mereka berdua, kebetulan saat masuk wilayah Yerusalem giliran sang pembantu yang naik di punggung unta. Warga Yerusalem pun mengira bahwa yang berada di atas unta tersebut adalah Khalifah Umar bin Khattab, sementara laki-laki berbaju tambalan yang menarik unta itu adalah pembantunya.
Padahal justru laki-laki berbaju tambalan itulah Khalifah Umar bin Khattab. Kesederhanaan juga ditanamkan Umar kepada pasukan Islam waktu itu. Maka ketika dia melihat tentara Islam mengenakan baju dan mewah saat berhasil merebut kembali Baitul Maqdis, Umar sempat marah.
"Aku lihat kalian telah berubah karena telah terpengaruh kemewahan. Aku berhentikan kalian karena karena bermewah-mewah dengan pakaian. Sesungguhnya, untuk mencapai keberhasilan hanya bisa dilakukan dengan mengikuti sunah Rasulullah," kata Umar kepada pasukannya.
Namun rupanya pasukan Umar mempunyai alasan menggunakan pakaian tersebut saat itu. "Kami memakai pakaian ini karena dapat menahan tikaman senjata musuh. Karena itulah kami selalu memakainya," kata mereka kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab pun tak jadi marah. Dia mengizinkan pasukannya tetap menggunakan pakaian tersebut. Namun sang Amirul Mukminin yang mendapat julukan Al Faruq dari Rasulullah SAW itu tetap milih menjadi khalifah yang sederhana. Hingga wafatnya pada 27 Dzulhijjah tahun 23 hijriyah atau 644 Masehi, Umar tak menumpuk harta kekayaan.
Selama menjadi khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab tak pernah duduk di singgasana megah sebagaimana raja yang daerah kekuasaannya begitu luas. Mereka ibarat, dua raja tanpa singgasana.