08/08/2022
*Ya Allah, ampuni kami
Rabbi,
Sebenarnya ini salah kami semua. Orang2 dewasa. Lihatlah, anak2 kami tumbuh jago membully. Bahkan membunuh.
Kami malu mau menyalahkan setan. Karena saat 6 anak SMP ini, bareng2 membunuh temannya sendiri, itu sudah susah sekali memahami logika dan kenapa kok bisa terjadi. Kok bisa anak2 ini 'ter-inspirasi' menghabisi teman sendiri?
RA (13), DP (14), DM (15), RC (13), R (13), dan TJ (13), mereka membunuh AP (13). Lantas mayatnya mereka buang ke sungai Way Kabul, Lampung Barat.
Sungguh pilu, pedih membaca berita ini. Bagaimana mungkin anak2 kami yg masih 13 tahun, SMP, begitu kejam membunuh temannya sendiri, lantas mereka lemparkan mayatnya ke sungai. Mereka nyontoh siapa? Apa yang ada di kepala mereka?
Rabbi,
Sebenarnya ini salah kami semua. Mahkluk yg disebut orang dewasa.
Anak2 ini, kami biarkan main HP, menonton apapun yg ada di dalam HP tersebut. Mereka tumbuh tanpa pemahaman2 baik. Mukul, maki, caci, bully, sudah biasa saja bagi mereka. Membunuh, level berikutnya.
Anak2 kami ini, duh Gusti, kami biarkan pegang HP sejak kecil. Dulu televisi masih bisa dijaga, karena diletakkan di ruang tengah, sama2 nonton. Dengan benda kecil HP ini, mereka bisa menonton apapun, dimanapun, tanpa ada yg tahu. Kekerasan. Vulgar. Hal sia2. Mubazir. Setan. Pocong. Penipuan. Kejahatan. Bahkan tutorial buat mabuk, nge-fly, berbuat jahat pun ada di sana.
Kami biarkan mereka. Bahkan sejak balita, kami kasih mereka HP. Mereka susah makan, kasih HP. Mereka ngamuk, kasih HP. Selesai. Bodo amat jika itu merusak motorik mereka, kemampuan bicara, pun saat tumbuh remaja, merusak pola pikir.
Jangankan mau mulai ngasih contoh, teladan dan atau konten yang mendidik, kami orang dewasa, bahkan membiarkan tontonan buruk itu merangsek di kepala mereka. Tiap hari. Tiap detik. Bahkan kami pun juga menikmatinya.
Sungguh, kami butuh pertolongan. Semoga masih ada yang peduli, Ya Rabbi. Mendidik, membatasi, mengendalikan anak2 ini mengakses tontonan berbahaya lewat HP.
Dan sungguh, semoga masih ada yang peduli mau membuat konten, tontonan yang bermanfaat. Tidak hanya peduli pada duit, banyak penonton, laku, viral dll. Padahal sangat merusak. Atau kosong saja isinya. Tanpa hal yg benar2 berguna.
*Tere Liye