14/04/2021
Tarawih
Oleh Ust. Dr. Muhammad Tahir. A, M.Th.I
"Tauhid Sosial"
Ibadah Individu dalam fiqih dikenal dengan Ibadah Mahdah, sementara Ibadah Sosial dikenal dengan istilah Ibadah Muamalah. Secara sederhana ibadah Mahdah adalah hablun minallah (hubungan dengan Tuhan), sementara Ibadah Muamalah adalah hablun minan nas (hubungan dengan manusia).
Imam Bukhari, Muslim meriwayatkan bahwa seorang sahabat sedang berpuasa namun di siang hari ia melakukan hubungan badan dengan istrinya. Maka ia mengadukan pelanggaran yang ia lakukan ke hadapan Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw memintanya memerdekakan budak, namun ia tidak sanggup. Diminta memberi anak faqir miskin sebanyak 60 orang, iapun tidak mampu. Berpuasa berturut-turut tanpa jeda selama dua bulan lebih-lebih tidak mampu, untuk sehari saja ia melanggar apalagi kalau dua bulan.
Tiga opsi alternatif yang diberikan namun tidak ada salah satunya yang sanggup ia lakukan karena dianggap terlalu berat, sementara ia telah terlanjur melakukan pelanggaran.
Memberi makan 60 orang, memerdekakan budak lebih berat lagi, berpuasa berturut-turut selama dua bulan tanpa jeda jauh lebih sulit lagi. Maka Rasulullah Saw yang pemurah memberinya bantuan sehingga ia lepas dari dosa karena melakukan hubungan badan di siang hari saat sedang berpuasa.
Dari riwayat ini dapat diambil beberapa hikmah pelajaran, antara lain:
Pertama, Dosa Individu (mahdah) seperti melanggar aturan puasa, dapat ditebus, diganti, dihapus dengan melakukan amal sosial (muamalah). Memerdekakan budak, memberi makan enam puluh orang kepada faqir miskin.
Tiga alternatif yang diberikan oleh Rasulullah, dua tentang urusan ibadah sosial, yang satu tentang ibadah individu dan sangat berat untuk dilakukan
Kedua, dosa individu dapat terhapus dengan ibadah sosial, namun dosa sosial tidak bisa terhapus dengan ibadah individu.
Ketiga, walaupun kita melakukan pelanggaran, agama selalu memberi alternatif untuk menebus dosa-dosa kita semua.
Keempat, bila ada orang yang sedang dalam masalah, dan kita mampu memberinya bantuan maka bantulah, sebagaimana Rasulullah Saw membantu sahabatnya yang sedang dalam masalah.
Sebagian umat Islam keliru memahami bahwa untuk mengganti, menebus, menghapus dosa sosialnya dengan melakukan sebanyak mungkin ibadah individu. Misalnya, mencuri, membunuh, korupsi lalu ingin menghapusnya dengan rajin shalat tahajud, berjamaah, rajin pergi haji atau umroh. Mereka menganggap bahwa dengan ibadah individu dapat menghapus, menebus dosa sosialnya yang mereka lakukan selama ini.
Tindakan tersebut adalah keliru, salah satu syarat agar dosa sosial kita dapat diterima adalah dengan melakukan permohonan maaf sambil mengembalikan hak orang yang diambil. Jadi bukan dengan banyak ibadah individu, sementara hak atau permohonan maaf kita belum ditunaikan
Perlu dipahami bahwa jangan mengira dengan melakukan amal sosial sebanyak mungkin, berarti tidak perlu lagi melakukan ibadah individu. Ibadah individu tetap harus dilakukan sambil memperbanyak amal sosial. Pada akhirnya, buah ibadah individu mengarah kepada ibadah sosial.
Jadi, dosa individu dapat terhapus, ditebus, dihapus dengan amal sosial berdasarkan aturan-aturan yang sesuai dengan syariat. Namun tidak sebaliknya. Betapa banyak ibadah individu kita terhapus, tak dinilai oleh Allah SWT karena dosa sosial kita.
Ada banyak riwayat yang menyebutkan itu. Alqamah yang ahli ibadah individu namun kurang perhatian kepada ibunya, ibadahnya menjadi tak berharga. Sahabat Nabi yang ahli ibadah, namun saat dimasukkan diliang Lahad Nabi saw berkata, kasihan sekali si Fulan, ia terhimpit dalam kuburnya karena menyakiti hati keluarganya.
Sahabat yang merasa jengkel memelihara ibunya, dan selalu dimintai bantuan oleh orang tuanya. Dan yang paling masyhur, adalah Iblis yang ribuan tahun beribadah, ibadahnya membuat para malaikat ta'jub namun karena dosa sosialnya ia terhempas dan dijauhkan dari Rahmat Allah swt.
Puasa Ramadhan yang sedang kita jalani pada hakikatnya bukan hanya soal hubungan antara Allah swt semata yang dipentingkan, namun lebih penting lagi adalah hubungan dengan sesama manusia.
Di antara yang menyebabkan puasa tertolak di bulan Ramadhan adalah memutus tali silaturahim, atau durhaka terhadap kedua orang tua. Keduanya berhubungan dengan ibadah sosial. Jadi, selain amal sosial dapat menjadi pengganti, penebus atas dosa individu kita, dosa sosialpun dapat menjadi hijab bagi puasa kita untuk diterima oleh Allah swt.