17/08/2024
INDONESIA, Kampung berSarung
saya sering bercanda kepada wisatawan mancanegara yang saya dampingi di tahun - tahun awal berkarya sebagai pegiat pariwisata, bahwa ciri khas Indonesia sebagai bangsa adalah karena dua hal:
Semua orang Indonesia pasti mempunyai Kampung Halaman dan berSarung p**a. Candaan dari pemahaman sekilas tentang negara dan bangsa sendiri Indonesia. Guyonan itu ringan dalam suasana gembira tidak butuh dahi berkenyit.
Canda dan guyonan tidak membawa misi terselubung, dipahami oleh sesama dalam candaan yang biasa menangkap makna percakapan dalam setiap perjumpaan apalagi dengan latar peradaban berbeda.
Tidak heran, setiap Liburan Keagamaan negara dan bangsa Indonesia ini selalu disibukan dengan urusan mudik. Pulang ke Udik. Kembali ke pedalaman, p**ang ke kampung halaman.
Karena pada dasarnya kita adalah kump**an para perantau. Burunng - burung Rantau jadi judul salah satu buku karya Romo Y. B. Mangunwijaya (Romo Mangun) karena disekolahkan oleh salah satu keputusan Politik Monumental Era Kolonial, Trias van Deventer. Irigasi, Emigrasi dan Edukasi.
Edukasi menjadikan amat banyak Orang Indonesia Para Perantau. Asing di tempat berkarya. Rindu kampung halaman, walau mungkin hanya ditinggali sampai usia sekolah rakyat kala itu..
Dalam rantau, kampung halaman hidup melalui cerita sebelum tidur oleh Sang Ayah maupun oleh dongengan Sang Mama.
Rindu kampung halaman menjadi terpupuk. Tumbuh dan merekah setiap ikut mudik bersama siapa saja.
Minggu lalu 4 Agustus 2024 saya sengaja bertamu ke rumah Almarhumah Ibu Rebeka Rendas, Nyonya dari Almarhum Pak Thomas Dolaradho.
Saya lebih dahulu mengenal Ibu Rebeka jauh sebelum seorang Pemuda tinggi gagah sering berkacamata hitam saat melintas padang rumput. Sang Pemuda menumpang perjalanan dinasnya dari instansi pengelola sekolah swasta Kabupaten Ngada.
Numpng berkunjung ke rumah kami karena Bapa saya seorang Guru SD Katolik binaan instansi sang Pemuda berkacamata hitam. Di rumah kami tinggal Ibu Rebeka. Telah lama saya niatkan untuk nyekar ke pusara Ibu Rebeka. Di kompleks yang sama, disemayamkan p**a suaminya, sang Pemuda Berkacamata Hitam.
Ditemani oleh Heru Hendrikus Markus Dhema Dolaradho putra Sang Pemuda Berkacamata Hitam saya pergi ziarah kuburan di Jalan ke arah air Terjun Ogi, Bajawa.
Minggu sebelumnya saya nyekar ke Pusara Ibu Mia Dhawe. Seperti halnya Ibu Rebeka, Ibu Mia adalah Tenaga Kesehatan Pertama yang ditempatkan oleh Gereja di Poliklinik Ria, demikian nama yang kami tahu saat itu.
Ibu Mia pindah. Datang Ibu Rebeka sebagai pengantinya. Sehingga rumah kami selalu menjadi sering diketuk - ketuk tengah malam karena warga kampung sangat butuh sentuhan tangan dingin perawat kesehatan.
Terima kasih Nyonya Heru yang telah siapkan makan siang lezat, di tengah kesibukannya melayani pelanggan Kios aneka kebutuhan pelintas sep**ang Misa Kedua. Pelanggan utama mereka adalah para siswa Sekolah Katolik Regina Pacis Bajawa yang gerbang utamanya berseberangan dengan Kios Nyonya Heru.
Heru adalah contoh mantan Perantau berpendidikan tinggi, berijasah S2. Telah berkarya di Ibukota sekian lama, menjadi staf ahli di Rumah Rakyat Senayan. Aktivis PMKRI, pernah praktekan ilmunya krn sekolah hukum dengan magang di LBH Jakarta.
Sebagai Perantau, lebih nyaman menetap di Ibukota.
Panggilan tempat kelahiran lebih kuat. Heru p**ang rawat rumah peninggalan saya ayah. Buka Praktek kehidupan bermasyarakat dengan selalu membantu sang belahan jiwa mengawal kios aneka kebutuahan jajahan anak sekolah.
Kontak sesama warga kota selalu terbina dalam tanya2 tenang babi peliharaan mereka di kandang dalam kompleks rumah. Lewat untuk ke situ mesti berjinjit agar tidak menapaki lumpur bercampur aroma kandang babi. Promo Agustus Rp 1,100,000 per ekor usia 3 bulan, laku 3 ekor babi selama saya bertamu.
Satu orang datang melihat babi diminta menunggu karena kami segera berangkat ke pekuburuan siang itu.
Panggilan Tempat kelahiran, Panggilan Kampung Halaman begitu kiat sehingga "Nona" Maria Nenga boyong sang suami yang Belanda menetap di Lengkosambi di Erma = Ernest Maria. Tinggal di Belanda Utara tentu jauh lebih nyaman.
Nona dengan Suami rela datang ke Hotel saya menginap sekolah di Den Haag selama mengikuti pendidikan singkat yang diselenggarakan CBI tentang Kepariwisataan Berkelanjutan. Saya hanya bawa ole - ole Mie Instan Mangkuk. Mungkin kerinduan akan kampung halaman sedikit agak tersalur dengan perjumpaan di kamar hotel itu. Dari ketinggian kamar kami menatap ke bawah kendaraan berarus terarah seiring burung air berenang di got berair bening mengalir.
Beta berlayar jauuh kata lirik Lagu Ambon atau Lagu Ampas Kalapa lagu Minahasa yang saya sampaikan ke Istri bahwa Lirik Lagu2 Minahasa amat tidak puitis.
Maaf Ibu Yunita Angela Langitan, foto kita saat kunjungan saya ke Sekolah Katolik yang sangat bersih dan terkelola dengan sangat baik itu; saya gunakan untuk percantik postingan saya saat ini.
SMPK Stella Maris Jhs Tomohon adalah tempat Viyi putri saya berguru, tahun ke 3 kini.
Jika Cinta Sudah Melekat
Gula Jawa Rasa Coklat
dendang Jamal Mirdad
Yang menginpirasi posting pagi ini adalah Lagu Hati Selembut Salju dari Album Cinta Anak Kampung - Jamal Mirdad
disusul GADIS INDONESIA
DIRGAHAYU NEGERIKU TERCINTA INDONESIA
79 Tahun MERDEKA