Jarang Tidur

Jarang Tidur Halaman ini berisi informasi singkat tentang beberapa tempat bersejarah dan tempat wisata.

SEJARAH SINGKAT PERJALANAN IBU KOTA KESULTANAN MATARAM1. Kota Gede [1586-1618 M]- Panembahan Senopati- Panembahan Sedokr...
05/08/2022

SEJARAH SINGKAT PERJALANAN IBU KOTA KESULTANAN MATARAM

1. Kota Gede [1586-1618 M]
- Panembahan Senopati
- Panembahan Sedokrapyak Hanyokrowati
- Sultan Agung Hanyokrokusumo

2. Karta [1618-1645 M]
- Sultan Agung Hanyokrokusumo

3. Plered [1646-1680 M]
- Amangkurat I
- [diduduki] Pangeran Puger p***a peristiwa Raden Trunojoyo

4. Kartosuro [1680-1745 M]
- Amangkurat II
- Amangkurat III
- Pangeran Puger [Pakubuwono I]
- Amangkurat IV [Jawi]
- Pakubuwono II
- Amangkurat V [Sunan Kuning] "Geger Pecinan"

5. Surakarta [1745-1755 M]
- Pakubuwono II
- Pakubuwono III

Kemudian dengan adanya Perjanjian Giyanti 1755 M maka Kasultanan Mataram dibagi 2 wilayah dengan batas Kali Opak :
1. Kasunanan Surakarta [Pakubuwono III]
2. Kasultanan Ngayogyakarta [Hamengkubuwono I]

Dua tahun kemudian disusul dengan adanya Perjanjian Salatiga 1757 M yang mengharuskan Kasunanan Surakarta berbagi wilayah dengan Raden Mas Said/Pangeran Samber Nyawa yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, sehingga wilayah Surakarta terbagi dua sebagai berikut :
1. Kasunanan Surakarta [Pakubuwono III - sekarang]
2. Kadipaten Mangkunegaran [Mangkunegara I - sekarang]

Di Kasultanan Ngayogyakarta sendiri p***a peristiwa "Geger Sepoy" pada tahun 1812 M, berdampak pada terbaginya wilayah menjadi dua, yaitu :
1. Kasultaan Ngayogyakarta [Hamengkubuwono III - sekarang]
2. Kadipaten Pakualaman [Paku Alam I - sekarang]

Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat.

MASJID TERTUA DI PULAU JAWA ?Masyarakat setempat meyakini bahwa Masjid Raden Sayyid Kuning yang terletak di Desa Onje, K...
16/07/2022

MASJID TERTUA DI PULAU JAWA ?

Masyarakat setempat meyakini bahwa Masjid Raden Sayyid Kuning yang terletak di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah ini adalah Masjid tertua di pulau Jawa.

Menurut cerita turun temurun dari imam masjid Raden Sayyid Kuning bahwa masjid ini dibangun pertama kali pada abad 14 Masehi atau sekitar 1300-an Masehi oleh seorang Ulama dari Timur Tengah yang bernama Syekh Syamsuddin, saat itu 4 tiang masih menggunakan kayu pohon pakis dan beratap ijuk.

Kemudian dibangun kembali di era Wali Songo pada abad 15 Masehi sampai era Pajang wilayah Onje ini ditempati oleh seorang Ulama asal Bang Kulon (wilayah barat) yang kemudian dikenal sebagai Kyai Tepus Rumput (al Maghrobi)/Kyai Adipati Ore - Ore/Adipati Onje I.

Masjid ini mendapatkan renovasi kembali pada era Adipati Onje II (Raden Hanyokropati bin Sultan Hadiwijaya Pajang) yang merupakan anak angkat dari Adipati Onje I/Kyai Tepus Rumput, pada masa inilah wilayah Onje kedatangan seorang Ulama 'alim 'allamah yang juga ahli falak dan astronomi bernama Abdullah Syarif bin Yahya yang kemudian diambil menantu oleh Adipati Onje II, dinikahkah dengan putrinya yang bernama Kuning Wati.

Pada masa Abdullah Syarif ini perkembangan islam di Onje sangat pesat, oleh karenanya untuk mengenang jasa2 beliau masjid tua ini dinamakan MASJID RADEN SAYYID KUNING.

Gelar "RADEN" mengingatkan bahwa beliau adalah menantu Adipati Onje II bin Sultan Hadiwijaya bin Kebo Kenongo Pengging bin Pangeran Handayadiningrat.
Gelar "SAYYID" mengingatkan kepada Sayyidina Muhammad ﷺ dan Sayyidina Ali bin Abi Tholib.
Gelar "KUNING" mengingatkan nama istri beliau Nyi Mas Kuning Wati.

NB : Adipati Onje II mempunyai putra bernama Raden Arsantaka yang menjadi anak angkat sekaligus murid dari Kyai Ageng Wanakusuma (putra dari Kyai Ageng Giring III Gunungkidul) dan dari Raden Arsantaka inilah nantinya yang akan menurunkan bupati-bupati Purbalingga, walloohu a'lam. [dari berbagai sumber]

ISI PERJANJIAN SALATIGA 1757 M1. Raden Mas Said diangkat menjadi Pangeran Miji (Pangeran yang memiliki status setingkat ...
15/07/2022

ISI PERJANJIAN SALATIGA 1757 M

1. Raden Mas Said diangkat menjadi Pangeran Miji (Pangeran yang memiliki status setingkat dengan raja-raja di Jawa).

2. Pengeran Miji tidak diperbolehkan untuk melaksanakan acara penobatan raja dan menggunakan seluruh perlengkapan raja.

3. Tidak boleh mempunyai Balai Witana

4. Tidak boleh mempunyai alun-alun dan sepasang ringin kembar.

5. Tidak boleh melakukan hukuman mati.

6. Pemberian tanah lungguh dengan luas 4000 cacah yang tersebar meliputi Kaduwang, Nglaroh, Matesih, Wiroko, Haribaya, Hong Bayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Kedu, Pajang sebelah utara dan selatan.

TIGA LAPIS ATAP MASJID KUNODari era Majapahit sampai Mataram meninggalkan bukti sejarah bahwa Masjid Agung Kuno yang dib...
21/06/2021

TIGA LAPIS ATAP MASJID KUNO

Dari era Majapahit sampai Mataram meninggalkan bukti sejarah bahwa Masjid Agung Kuno yang dibangun para sesepuh zaman dahulu selalu beratapkan tiga lapis yang mengerucut ke atas dan terdapat mustaka masjid di puncaknya, bentuknya mirip Tumpeng.

Ini adalah pengejawantahan para leluhur kita dalam membangun sebuah peradaban dan kehidupan alam semesta, dalam bahasa Jawa kita kenal dengan istilah "Mbangun Bebrayan Agung ing Jagatroyo"

Jagat raya artinya Tiga Jagat yang luas berasal dari bahasa Sansekerta "Jagattraya".
Jagat artinya dunia, Tra artinya tiga, Raya artinya yang maha luas, hal ini dilambangkan oleh tiga lapis atap masjid, lapis bawah adalah jagat Kajiman/lelembut, lapis tengah adalah jagat yang kita diami ini, dan lapis atas adalah jagat alam rohani, sedangkan mustaka/kubah dalam tradisi masyarakat tanah Nusantara lebih dimaknai sebagai Lingga, umpak, gada, penyangga.

Artinya bahwa Peradaban yang dibangun oleh para leluhur kita adalah kehidupan dalam rangka menyangga kehidupan alam semesta ini, membangun harmonisasi, kemesraan, menentramkan, dan menenangkan tiga alam/tiga jagat menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, yang dalam bahasa Jawa disebut TUMuju dhateng PENGeran [TUMPENG] ingkang Murbehing Dumadi.

Oleh karenanya seorang pemimpin yang hidup di tanah Nusantara ini dari dulu sampai sekarang haruslah mampu menjaga, mengharmonisasi, menjalin kemesraan dan kentenraman tiga alam/jagattraya, mampu membangun suatu kehidupan bebrayan agung yang rahmatan lil 'alamin [bagi semua makhluk alam semesta], padahal pada hakekatnya tiap2 diri kita ini adalah pemimpin itu sendiri.

~ Tri Buana Tungga Dewi : Tri artinya tiga, buana/buwono artinya jagat, Tungga Dewi artinya seorang Ratu yang menyangga
~ Hamangkurat : hamangku artinya penyangga, rat artinya jagat
~ Pakubuwono : penjaga/penenangnya jagat
~ Hamengkubuwono : hamangku artinya penyangga , buwono artinya jagat
~ Pakualam : penjaga/penenangnya alam/jagat
~ Mangkunegoro : penyangga sebuah nagari/jagat kecil
~ Mangkubumi : penyangga bumi

Walloohu a'lam bis showab, semoga berkenan 🙏

23/05/2021

AIR TERJUN LUWENG SAMPANG GUNUNGKIDUL

Kita bisa melihat tebing indah layaknya di Antelope Canyon dan Grand Canyon Arizona Amerika Serikat di Kabupaten Gunungkidul, tepatnya di Jl Juminahan, Sampang, Gedangsari.

Tidak perlu jauh dan merogoh gocek mahal, di sini kita bisa menikmati pemandangan dan kualitas alam yang aduhay.

Jarak Air Terjun Luweng Sampang dari Kota Jogja sekitar 30 km dan bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan saja. Kita bisa berangkat menuju Air Terjun Luweng Sampang dari Yogyakarta atau dari Klaten. Jika berangkat dari Jogja, ada 2 rute yang bisa Anda tempuh.

Yang pertama, bisa berkendara dari Yogyakarta menuju Ringroad Ketandan, kemudian Jl. Wonosari > Piyungan > Bukit bintang > Patuk > Perempatan dekat GCD FM ambil arah kiri > Ngoro-oro Ombo > ada Perempatan Puskesmas Patuk II > (ambil yang lurus) > Pertigaan Padukuhan Semilir (ke kiri) > Pertigaan SDN Belang Terbah (masih lurus) > Balai Desa Terbah > ada pertigaan ambil yang lurus kemudian ikuti jalan ± 3 km letak Luweng Sampang di sebelah kanan jalan.

Rute kedua adalah Yogyakarta > Maguo > Prambanan > Dari Jalan Jogja Solo ambil kanan (selatan) > menuju Desa Gantiwarno Klaten > SDN 2 Jogoprayan Gantiwarno Klaten > Desa Sampang Gunungkidul > Balai Desa Sampang, kemudian ikuti jalan kurang lebih 2 km. Letak air terjun Luweng Sampang berada di sebelah kiri jalan.

Selamat Bercumbu Dengan Alam 😍

BERJALAN MUNDUR KE MASA DEPANSetelah hancurnya ibukota Mataram di Kartasura dampak dari peristiwa Geger Pecinan, Sri Pak...
22/05/2021

BERJALAN MUNDUR KE MASA DEPAN

Setelah hancurnya ibukota Mataram di Kartasura dampak dari peristiwa Geger Pecinan, Sri Pakubuwono II membangun kembali ibukota di Surakarta dengan bantuan Belanda, maka timbulah perlawanan dari adiknya yang bernama Pangeran Mangkubumi beserta keponakannya (Raden Mas Said) yang membangun kekuatan di Wilayah Jogja, Gunungkidul, Wonogiri, Magetan, Madiun dan Ponorogo selama 9 tahun lamanya sehingga kemudian pertempuran demi pertempuran itu terjadi, sampai kemudian perselisihan para keturunan dari Amangkurat IV tersebut berhenti dengan adanya Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga.

Keterangan fhoto 1 : Tempat ini menjadi saksi sejarah ketika Bumi Mataram Islam oleh rekayasa Belanda dibelah menjadi 2 bagian yaitu Kasultanan Yogyakarta (Pangeran Mangkubumi/Hamengkubuwono I) dan Kasunanan Surakarta (Pakubuwono III), 2 tahun kemudian tepatnya 1757 Masehi melalui Perjanjian Salatiga di dalam Kasunanan Surakarta, didirikan Kadipaten (Praja) Mangkunegaran yang dipimpin oleh Raden Mas Said GKPAA Mangkunegaran I (P. Samber Nyawa)

Keterangan fhoto 2 : Tugu Jatibedug Karangasem Punduhsari, Jl Mayaran - Watu Kelir ini Penanda 3 wilayah Wonogiri, Gunungkidul, Sukoharjo dibangun sekitar itu atau mendekati tahun pembangunan Keraton Kasultanan Jogja, mungkin memang di tahun itu rata2 bangunan dibuat dari bata/bahan baku gamping berbeda dengan era Pajang sampai Majapahit/Singosari bahwa bangunan keraton semuanya berasal dari Kayu.

20/05/2021

Address

Pachitan
63512

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Jarang Tidur posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Nearby travel agencies


Other Pachitan travel agencies

Show All