
09/02/2025
“Menelusuri Jejak Bujangga Manik: Peta Kuno Kerajaan Sunda”
Dalam kisah perjalanan Bujangga Manik, seorang petualang dari Kerajaan Sunda, tersimpan catatan luar biasa tentang wilayah yang pernah ia lintasi. Bukan sekadar daftar tempat, tapi sebuah peta kuno yang menggambarkan batas-batas kerajaan, kota-kota bawahan, hingga pilar-pilar geografis yang menopang setiap daerahnya. Naskah ini menjadi warisan tak ternilai bagi sejarah Tatar Sunda dan Nusantara, menawarkan petunjuk tentang dunia masa lalu yang masih bisa kita jejak hingga kini.
Wilayah-Wilayah yang Tercatat
Bujangga Manik mengabadikan berbagai tempat dalam perjalanannya. Beberapa di antaranya mungkin masih terdengar akrab di telinga kita, sementara lainnya menjadi petunjuk misterius tentang lokasi-lokasi yang telah berubah atau bahkan hilang. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Galuh
2. Saunggalah
3. Karangpapak
4. Pager Wesi
5. Danuh
6. Majapura
7. Pasir Batang
8. Maruyung
9. Losari
10. Pada Beunghar
11. Kuningan
12. Talaga
13. Gunung Wangi
14. Mandala Dipuntang
15. Sri Manggala
16. Saung Agung
17. Medang Kahiangan
18. Gunung Anten
19. Batu Hiang
20. Kurung Batu
21. Sajra
22. Catih Hiang
23. Demaraja
24. Tegal Lubu
25. Bojong Wangi
26. Kujang Jaya
27. Karangiang
28. Karang
29. Rawa
30. Labuhan Batu
31. Wanten
Nama-nama ini mencerminkan lanskap politik dan geografis Sunda pada masanya, memperlihatkan bagaimana kerajaan ini membentang luas dengan berbagai pusat pemerintahan dan tempat pentingnya.
Penopang Wilayah: Gunung sebagai Pilar Peradaban
Menariknya, Bujangga Manik juga mencatat bagaimana setiap wilayah memiliki “penopang” geografisnya, terutama gunung-gunung yang menjadi bagian dari struktur alami kerajaan. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan masyarakat Sunda kuno dengan alam sekitarnya.
Beberapa contoh hubungan geografis yang ia catat antara wilayah dan gunung penopangnya:
• Pager Wesi → Gunung Agung
• Majapura → Gunung Patuha
• Pasir Batang → Gunung Pamrehan
• Pada Beunghar → Gunung Ceremay
• Medang Kahiangan → Gunung Tampo Omas
• Gunung Wangi → Gunung Tangkuban Parahu
• Sri Manggala → Gunung Marucung
Tak hanya itu, ada juga hubungan geografis lainnya yang semakin memperjelas lanskap Sunda kala itu:
• Hujung Barat → Gunung Burung Jawa
• Kurung Batu → Gunung Barang
• Karangiang → Gunung Sunda
• Labuhan Batu → Gunung Kembang
Catatan ini menunjukkan bagaimana kerajaan Sunda terstruktur dengan baik, berlandaskan alam yang mendukung kehidupan warganya. Gunung-gunung tidak hanya berfungsi sebagai batas wilayah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan dan ketahanan daerah.
Menghidupkan Kembali Warisan Leluhur
Naskah Bujangga Manik bukan sekadar kisah perjalanan, tetapi juga cerminan peradaban Sunda yang maju dan terorganisir. Meski tidak secara eksplisit menyebutkan siapa penguasa di setiap wilayah, informasi ini tetap menjadi harta karun sejarah yang perlu terus digali dan diteliti.
Bagi generasi muda Sunda dan pecinta sejarah Nusantara, naskah ini adalah undangan untuk menjelajahi masa lalu, menyingkap tabir sejarah yang mungkin selama ini tersembunyi. Jejak perjalanan Bujangga Manik memberi kita kesempatan untuk memahami bagaimana nenek moyang kita membangun dunia mereka, sebuah dunia yang masih meninggalkan jejaknya dalam peta modern Indonesia.
Saatnya kita menggali kembali warisan ini, menghidupkan kisah-kisahnya, dan meneruskan kebanggaan atas kejayaan Sunda yang telah tercatat dalam sejarah.