25/05/2016
Sejarah Desa jurug .
sebagai bahan penyusunan sejarah Desa Jurug ini didasarkan atas hasil musyawarah dan informasi dengan sesepuh desa yang dapat dipergunakan sebagai data dan yang lebih mengetahui tentang riwayat sejarah terjadinya desa Jurug. Adapun sejarah singkat terjadinya desa Jurug adalah sebagai berikut : Pada abad ke XII dikerajaan Kediri terjadi perang antara Jaya Katwang dengan bala tentara Tartar dalam masa peperangan tersebut munculah seseorang yang bernama Raden Handayaningrat yang menggunakan nama samaran Kyai Juru. Beliau meninggalkan kerajaan Kediri menuju ke kaki Gunung Wilis sebelah Barat Daya, dimana didaerah tersebut telah di diami oleh sejumlah penduduk yang selanjutnya bertempat tinggal di daerah itu dan semua keturunan Kyai Juru tersebut semuanya memakai sebutan Kyai Juru. Cicit dari Raden Handayaningrat tersebut bernama Kyai Juru Tani, karena kepemimpinan serta kewibawaan Kyai Juru maka penduduk asli dan masyarakat di sekitarnya sangat patuh dan taat kepadanya. Kyai Juru Tani mempunyai keturunan seorang anak putri bernama Ambarwati yang sangat cantik dan bijaksana. Pada abad ke XVI raja Pajang mendengar kabar di kaki Gunung Wilis sebelah barat daya ada seorang Kyai yang sangat sakti dan berwibawa sehingga raja Pajang memerintahkan sebagian hulubalangnya untuk membuktikan kabar tersebut. Dengan ketajaman indera ke enam kyai Juru, akan kedatangan prajurit utusan Pajang tersebut dapat diketahuinya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, maka kyai Juru memerintahkan kepada anak puterinya untuk memakai pakaian seragam kyai Juru dan supaya mengaku sebagai kyai Juru. Setelah prajurit utusan dari Pajang datang menghadap kyai Juru dan berwawancara secukupnya, prajurit tercengang dan kagum bahwa seorang yang disebut kyai Juru itu adalah seorang puteri remaja yang cantik berpakaian laki-laki / Juru. Selanjutnya mereka minta diri untuk kembali ke Pajang, setibanya di Pajang para utusan melapor kepada Raja bahwa benar di kaki gunung Wilis ada seorang Juru yang bernama Kyai Juru tetapi anehnya yang disebut kyai Juru itu seorang puteri yang sangat cantik. Mendengar laporan tersebut raja langsung memerintahkan segenap prajuritnya yang lebih banyak untuk kedua kalinya untuk memanggil dan memboyong puteri tersebut menghadap Raja Pajang. Karena tajamnya perasaan kyai Juru sehingga mengetahui akan adanya utusan Raja Pajang yang kedua kalinya dengan membawa segala kekuatan yang ada ( dalam bahasa Nglurug ) maka kyai Juru segera memerintahkan kepada anak puterinya beserta beberapa cantriknya / sentono untuk menghadap para prajurit Pajang di sebelah barat sungai besar Madiun, dan dalam pertemuan tersebut terjadi peperangan yang sengit antara prajurit Pajang dan utusan Kyai Juru sehingga di antara prajurit dan para cantrik ada yang menjadi korban jiwa sehingga tempat kejadian tersebut dinamakan desa Jiwan. Karena banyak dan kuatnya serangan dari prajurit Pajang anak puteri kyai Juru beserta para cantrik yang ada terpaksa mengundurkan diri dan mendahului perjalanan prajurit Pajang. Setiba di tempat kediaman kyai Juru puteri melapor bahwa tempat ini akan di Lurug oleh prajurit Pajang yang kedua kalinya. Seketika itu juga Kyai Juru memerintahkan kepada puterinya berpakaian seragam Kyai Juru dan mematuhi segala perintah raja Pajang. Akhirnya setelah prajurit Pajang datang anak puteri Kyai Juru di boyong ke kerajaan Pajang. Bersama dengan peristiwa kyai Juru di Lurug prajurit Pajang maka kyai Juru timbul pikiran untuk menamakan daerah yang di tempati dengan mengambil istilah dari perpaduan dua kata Juru di Lurug menjadi JURUG, yang selanjutnya dipakai nama desa Jurug sampai saat sekarang ini. Setelah sepeninggal puterinya yang bernama Ambarwati di boyong ke Pajang, Kyai Juru Meninggal dunia dan dimakamkan di Gedong Setono Jurug. Adapun para Kepala Desa Jurug yang pernah menduduki Kepala Desa Jurug adalah : 1. Kariyotono : Tahun – 2. Poncoredjo : Tahun – 3. Kartodjo : Tahun – 4. Ronodimedjo : Tahun 1908 s/d 1920 5. S i i s : Tahun 1921 s/d 1922 6. Setroredjo : Tahun 1923 s/d 1930 7. Sohardjo : Tahun 1931 s/d 1942 8. Ramelan : Tahun 1944 s/d 1948 9. Soedjadi : Tahun 1950 s/d 1990 10. Sardjono : Tahun 1990 s/d 2006 11. Danan Prihantoko, SH. : Tahun 2007 s/d sekarang.