25/01/2017
Wilujeng dinten rebo baraya !!
kali ini bakal membahas mengenai iket sunda nih. Penasaran? Kuy cekidot!!
Di Jawa Barat khususnya masyarakat Sunda, tutup kepala yang dibuat dari kain dikenal dengan sebutan iket atau totopong atau udeng, semuanya adalah pelindung kepala yang berfungsi sebagai pelengkap busana. Rupa Iket terdiri dari 3 kategori, yaitu:
1. Rupa Iket Rรฉka-an BAHEULA :
adalah rupa iket yang sudah terdapat di kampung-kampung adat, dan sudah menjadi pola kebiasaan sehari-hari dalam penggunaanya, tanpa tercampur oleh budaya atau elemen dari luar.
Sebagai contoh biasanya kakek-kakek yang sering menggunakan iket, tentu beliau sudah menggunakan rupa iket tersebut tatkala masih remaja/anak-anak, dan sampai sekarang tetap menggunakannya, walau hanya mengetahui 1 jenis rupa iket yang dikenakannya. Contohnya adalah barangbang semplak, julang ngapak, kuda ngencar, parekos nangka, parekos jengkol dll .
2. Rupa Iket Rรฉka-an KIWARI :
adalah rupa iket hasil karya dari pribadi, dengan kreasi yang disenanginya, namun pada prinsipnya adalah tetap menggunakan kain juru opat. Iket Reka-an ini, sebagai bentuk dari penemuan atau imajinasi atau bahkan surup-an dari hal hal tertentu.
Tidak menutup kemungkinan Rupa Iket Reka-an ini, adalah hasil dari rupa iket Buhun, yang terkuak kembali setelah bertahun-tahun tidak diketahui, dan hal ini bisa dibuktikan dengan metode saksi hidup/bukti dari ingatan seseorang dari generasi penerusnya.
Dan pada dasarnya rupa iket rekaan kiwari ini mulai banyak di temukan pada tahun 2011 hingga sekarang. Contohnya candra sumirat, maung leumpang, hanjuang nangtung dll .
3.Rupa Iket Praktis:
adalah rupa iket yang sudah jadi sehingga sangat memudahkan dalam pemakaianya, rupa iket praktis ini mulai dkenal pada tahun 2008 hingga saat ini. Iket Praktis ini juga mempunyai aneka rupa, seperti halnya rupa iket yang dibuat dari kain segi empat. Contohnya parekos, makuta wangsa, mancala rupa.
Nah, skrg udh tau kan iket itu apa. So, kuy pake iket !!
In frame: Kang Nugraha Jatnika (Jajaka Pinilih Purwakarta 2016)