KotaTentang Sipirok ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan. Cerito ni Oppu Ni Api
Sipirok berasal dari kata sipirdot, nama salah satu jenis tumbuhan kayu yang tumbuh liar dihutan tropis berketinggian ± 1000 Meter dari permukaan laut, pada daerah dataran tinggi dan berhawa sejuk seperti dilembah bahagian timur gunung Sibual-buali dan dijajaran lembah bukit barisan yang membentang pada pulau sumatera.
Sipirok lebih umum dikenal sebagai sebutan salah satu daerah yang menjadi pemukiman penduduk di selatan propinsi Sumatera Utara dan telah ditetapkan menjadi ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Memiliki Sumberdaya alam yang melimpah kaya dengan keanekaragaman Flora dan Fauna serta sumberdaya manusia yang berlaku arif terhadap ekosistem.
Areal ekosistem Sipirok bertipe hutan hujan basah dengan curah hujan tinggi dengan ketinggian antara 700 – 1.700 mdpl berkontur pegunungan dengan banyak lembah beserta jurang yang dalam. Pepohonan yang tumbuh rapat dan menjulang tinggi dengan lantai hutan yang banyak ditumbuhi tumbuhan perdu. Pada puncak – puncak gunung sering ditutupi kabut walaupun di siang hari yang panas terik dan kabut akan semakin tebal bila pada musim hujan. Menyebabkan batang pepohonan tertutup oleh lumut yang cukup tebal. Bentang areal ini dapat kita lihat dari bukit Simago – mago, tor Sibohi dan dataran tinggi sekitarnya.
Menjadi habitat pohon berdiameter raksasa seperti jenis – jenis pohon meranti, dan tumbuhan endemik lainnya seperti cemara gunung, bunga bangkai, angrek beraneka jenis, dan lain sebaginya. Menjadi habitat beragam jenis burung, mamalia, primata, reptil, hingga serangga. Daerah Sipirok menjadi lebih istimewa karena masih menjadi habitat satwa langka dan terancam punah jenis primata besar Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dalam bahasa lokal disebut Mawas ataupun Juhut Bottar,
Siamang (Sympahlangus sindactylus), Sarudung (Hylobates lar), Kukang (Nycticebus coucang), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dalam bahasa lokal di sebut juga Babiat ataupun Oppui, Tapir (Tapirus indicus) disebut juga Sipan dalam bahasa lokal,
Rangkong Badak (Buceros rhiniceros) dalam bahasa lokal disebut Onggang, burung ini telah ditetap kan menjadi maskot kabupaten Tapanuli Selatan sebagai salah satu bukti dan pernyataan sikap bahwasanya masyarakat dan pemerintahan kabupaten Tapanuli Selatan komitmen serta peduli terhadap pelestarian hutan dan ekosistem
Gunung Vulkanik Sibualbuali yang masih aktif di daerah Sipirok membuat tanah dan lahan pertanian menjadi sangat subur sehingga mayoritas penduduk yang menggatungkan hidup terhadap hasil pertanian dan hasil hutan untuk mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga. Komoditi tanaman kehutanan liar yang tumbuh disekitar daerah Sipirok tampa perlakuan dasar budidaya pertanian dan tekhnologi sampai saat ini masih dijadikan sumber pendapatan ekonomi rumah tangga oleh masyarakat disekitar tutupan hutan, salah satunya adalah tanaman aren, dengan memanen musiman buah yang disebut Kolang – kaling dalam bahasa lokal lalu langsung menjual kepada pengumpul hasil bumi pada saat menjelang bulan ramadhan hingga bulan syawal tahun hijriah.
Sebahagian besar petani yang bermukim dekat dengan sekitar hutan menyadap pohon Aren (maragat), menyadap Air Nira dan diolah menjadi gula merah mengumal dan sebahagian kecil mengolah menjadi minuman khas daerah batak (Tuak). Baru – baru ini Air Nira sadapan dari pohon Aren langsung diolah menjadi gula merah kristal disebut Gula Semut oleh pionir home industri putra daerah Sipirok didesa Bulumario "bapak Kholis Siregar" sebagai salah satu terobosan komoditi home industri alternatif untuk menambah sumber mata pencaharian bagi petani tanaman kehutanan yang dengan disiplin melestarikan hutan dan lingkungan.
Komoditi tanaman pertanian primadona dengan pola budidaya adalah tanaman holtikultura; cabe, tomat, dan jenis sayuran lainnya sebagaimana dilakoni oleh petani didesa Paranjulu dengan cara berkelompok atas dasar kekeluargaan dan gotong - royong sebagaimana yang diterapkan oleh keluarga besar Aminuddin Ritonga pada lahan pertaniannya. Hal ini merupakan replika kearifan lokal masyarakat angkola terdahulu yang syarat dengan kekerabatan ber-Dalihan Natolu dalam kehidupan sosial sehari hari. Dengan keswadayaan dan kemampuan yang terbatas menjalin kekompakan persatuan dalam kesatuan untuk meraih kemakmuran.
Komoditi tanaman perkebunan saat ini digalakkan dengan varietas kopi Arabica yang dikenal dengan ciri khas cita rasa Angkola yang berbeda dengan daerah penghasil kopi lainnya diseluruh dunia. Dengan pola pertanian organik, memaksimalkan fungsi agroekosistem alami areal kebun untuk menghasilkan biji kopi berkwalitas sebagaimana yang telah dilakukan petani kopi didesa Batangmiha, Sialaman, Situmba, dan kelurahan Baringin. Salah satu pionir pola pertanian organik yang demikan adalah kelompok Tani Pitu Pamukka binaan dinas perkebunan propinsi Sumatera Utara yang diketuai oleh Irsan Simanjuntak. ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mewujudkan Sipirok menjadi salah satu daerah sentra penghasil kopi dan industri kopi yang dikenal luas sehingga meningkatkan surflus pendapatan ekonomi rumah tangga petani khususnya disekitar daerah Sipirok.
Komoditi tanaman pangan dengan pola pertanian sawah tadah hujan, satu kali musim.
Dengan komoditi tanam padi lokal berkwalitas salah satunya Eme Silatihan, menghasilkan beras/ dahanon Silatihan yang sangat gurih dan enak bila sudah ditanak menjadi nasi. Beras ini merupakan beras berkwalitas nomor satu dipasaran. Apabila tanaman padi telah dipanen areal sawah berobah menjadi areal budidaya ikan Lokal seperti ikan mas, mujahir, dan lele, serta itik sebagaimana petani didesa Ramba Sihasur, Parau, Sialagundi, Paran Padang, Padang Bujur, dan desa – desa lain didaerah Sipirok.
Pola pertanian seperti ini merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat Sipirok sebagai salah satu tehnik untuk mengatasi kebutuhan pangan dan gizi putra & putri, cucu & cicit, serta menyiasati kebutuhan makanan disaat kedatangan saudara dan handaitaulan dari daerah lain berkunjung dalam rangka silaturrahmi, hal ini dijelaskan narasumber Mara Adil Hutasuhut Adil.
Makanan khas daerah sipirok relatif sama dengan daerah – daerah lain diwilayah angkola Tapanuli seperti “Alame”. Menyerupai dodol , terbuat dari adonan didominasi Air Santan Kelapa dan Gula Merah dimasak dalam Wajan besi besar sebagimana memasak Gula Merah hingga menggumpal dan kenyal. "Lomang", makanan yang dimasak dalam bambu panjang terdiri dari campuran beras pulut beserta santan biasanya dalam penyajian untuk disantap bersama dengan Gula Merah atau dengan bumbu rendang. Kedua Makanan ini merupakan sajian dari ibu rumah tangga untuk keluarganya dihari Raya Idul Fitri.
Dalam acara adat tidak terlepas dari prosesi mangupa, dengan suguhan makanan khas berupa Ikan Mas Arsik, masakan lauk dengan resep warisan tradisional menggunakan bumbu masakan biji/ buah andaliman (sinyar-nyar) dalam bahasa lokal angkola, sejenis tanaman rempah yang tumbuh didaerah Sipirok. Dan banyak lagi makanan khas yang lezat dari ramuan serta adonan tepung beras seperti "Panggelong" maupun "Golang golang" yang dijadikan oleh – oleh bagi pengunjung yang sengaja ataupun tidak sengaja mengunjungi daerah ini, ada juga makanan cemilan berupa kripik berbahan baku umbi/ ubi tanaman diolah dan digoreng serta dicampur aduk beserta sambal cabe pedas, dikenal dengan kripik Sambal Gaor yang umum diminati dengan kemasan ber – Merk Sambal Taruma 1959 diproduksi oleh salah satu Pionir usaha ekonomi rumah tangga di daerah Sipirok.
Lembaran kainTenun Ulos dan Tenun Silungkang halus dan lembut bermotif tradisional maupun kontenporer Cinderamata yang khas dari hasil kerajinan tangan maupun tenunan serta rajutan benang dengan manik - manik ibu – ibu rumah tangga kreatif didesa – desa sekitar daerah Sipirok, selalu diburu oleh pendatang domestik maupun lokal ke kabupaten Tapanuli Selatan karena sarat dengan makna tersirat dari wujud religius, kreatifitas, ketekunan, keuletan serta konservasionis etnis angkola.
Bijaksana dalam pemanfaatan lahan sudah dimulai oleh nenek moyang masyarakat Sipirok, semoga tetap terwaris hingga generasi selanjutnya. “Manjappal tu Balian, mangalangei tu bagasan” yang berarti “Mencari kehidupan boleh kemana saja, tetapi ingat kampung halaman serta sanak saudara yang ada disana”.
Profil Kelurahan Batang Tura Sirumambe
Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan
Gambaran Umum
A. Lokasi dan Keadaan Alam
Kelurahan Batang Tura Sirumambe adalah salah satu kelurahan di kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan ,propinsi sumatera utara dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sipirok
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sipirok
Sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Padang Lawas Utara dan Kota Padangsidimpuan.
Sebagian wilayah Batang Tura Sirumambe dinyatakan sebagai kawasan hutan produksi dan lindung oleh KPH.
B. Sejarah Kelurahan Batang Tura Sirumambe
Jauh sebelum jaman kemerdekaan Indonesia 1945 Kelurahan Batang Tura Sirumambe disebut sebagai NAPA-NAPA SIRUMAMBE yang merupakan sebutan gabungan beberapa Huta antara lain; Sirumambe, Simanapang, Napa Sikkut, Napa Harambir, Siborgoan, Panaungan, Salese, Gadu, Pangaribuan, Hasahatan, Janji Lobu, Liang, Sialang Julu, Pargarutan Harangan, Sitanggoru, Ampolu, Tapus Banir, Tapus Godang, Bornang Koling.
Pada 1761 Huta Sirumambe adalah bagian yang disebut sebagai awalnya di buka oleh datuk Namora Harahap dengan 6 anak keturunan, antara lain ;
1. Jilam Boru Harahap
2. Sutan Soripada Harahap
3. Khalifah Kari Harahap
4. Sari Boru Harahap
5. Haji Muhammad Suten Harahap
6. Tirofah Harahap.
Yang menetap sampai dengan sekarang dilingkungan sirumambe adalah anak keturunan dari anak ke 3 datuk Namora Harahap yaitu keturunan Khalifah Kari Harahap.
Pada sekitar tahun 1772 berdiri Kampung Tabusira dan Tiang Aras, tahun 1970 terjadi perobahan status kampung menjadi desa, dan tahun 2009 Perobahan status desa menjadi kelurahan yaitu kelurahan Batang Tura Sirumambe hingga sampai dengan saat ini.
Awalnya Tabusira, suatu kampong kecil di Afdeeling Padang Sidempuan yang letaknya dekat dengan perbatasan Sipirok. Kampong Tabusira ini posisi kira-kira begini: setelah Palsabolas, Pargarutan menuju Sipirok, terdapat simpang di sebelah kanan jalan raya yang disebut simpang Mara(h) Gordong, lalu menuju arah timur melalui kampong Silinggom-linggom. Dari kampong ini terpapar dibawah sebuah lembah yang indah yang ditengahnya mengalir sungai Aek Batang Tura yang menjadi hulu terjauh dari sungai Barumun. Lembah ini sungguh sangat subur, karena iklim campuran antara berhawa panas (dari Padang Lawas) dan berhawa dingin (dari Sipirok).
Di masa doeloe, kampong Tabusira ini merupakan tempat peristirahatan yang ideal bagi Belanda di jalur lalu lintas (lama) dari Sipirok ke Padang Lawas atau sebaliknya (utamanya dalam proses pembentukan pemerintahan di Padang Lawas). Dan juga kampong Tabusira ini menjadi tempat lintasan (check point) yang ideal para petinggi Belanda dari Padang Sidempoean menuju Padang Lawas. Hal ini karena lebar sungai di kampong ini cukup panjang, dan jika air bah diwaktu hujan, perlintasan ini tetap masih dapat dilalui. Kampong ini juga menjadi tempat paling strategis bagi belasan kampong di sisi utara sungai untuk mengepul hasil-hasil bumi seperti kopi, gula aren, kulit manis, ikan sale utamanya mera, udang sungai dan baung (sejenis ikan patin). Dari kampong Tabusira ini hasil-hasil bumi tersebut diangkut oleh para pedagang pengumpul dengan menggunakan kuda beban ke tempat pengumpulan sementara di Mara Gordong sebelum diteruskan dengan padati ke Pasar Padang Sidimpuan.
Saksi bisu yang dapat dijumpai hingga sekarang berupa bangunan rumah dipemukiman yang dihuni oleh keturunan dari pamukka huta napa-napa ni sirumambe.
Hal ini dituturkan oleh beberapa narasumber na tobang di Desa Tabusira melalui wawancara dengan tim Lembaga Sipirok Lestari.
C. Aksesibilitas
Pada tahun 1974 adalah suatu peristiwa besar di Tabusira karena Pemerintah Tapanuli Selatan meresmikan selesainya pembangunan jalan aspal dari Mara Gordong ke huta Tabusira dan pembangunan jembatan gantung yang menghubungkan huta Tabusira di sisi sungai dengan huta Tiangaras di sisi yang lain di atas sungai Aek Batang Tura. Peristiwa besar ini diseremonialkan dengan horja godang. Awalnya merukan Jalan setapak yang menjadi lalulintas/ jalan penghubung antar desa oleh masyarakat dengan menggunakan Kuda Beban dan pedati.
Kondisi Sekarang jalan yang dilalui sudah memadai karena sudah berapakali pemerintah kabupaten Tapanuli selatan melakukan rehap dan perawatan serta peningkatan jalan dari Simpang Maragordong sampai batas Lingkungan Tiang Aras Kelurahan Batang Tura Sirumambe walaupun kondisi jalan penghubung antar lingkungan dan desa masih sangat memprihatikan, masih belum tersentuh dengan pengaspalan jalan salah satu contoh lingkungan Tiang Aras sampai ke lingkungan Sirumambe, dan jalan Penghubung antar desa Lainya.
Jalan Penghubung Tiang Aras Ke Sirumambe
📷
Jalan Penghubung Tiang Aras Sirumambe
📷
Jalan Penghubung Simanapang ke Sirumambe
📷
Jalan penghubung Simanapang Ke Sihaborgoan
D. Sarana Publik
Seiring dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk dan pemukiman tentunya menuntut pelayanan yang lebih maksimal, pemanfaatan lahan dikelurahan Batang Tura Sirumambe diperuntukkan sebagai fasilitas yang dapat dipergunakan bersama- sama oleh masyarakat, antara lain;
No
Uraian
Jumlah
Photo
1
Masjid
7
📷
2
Puskesmas Pembantu
2
📷
3
Sekolah Dasar
3
📷
4
Sekolah Menengah Pertama
1
📷
5
Poken/ Pasar Joro
1
📷
6
Madrasyah ibthidaiyah
3
-
E. Kependudukan
Kelurahan Batang Tura Sirumambe terdiri dari 6 Lingkungan, dengan uraian Jumlah penduduk Sebagia berikut;
No
Lingkungan
Jumlah Kepala Keluarga
1
Tabusira
105
2
Tiang Aras
149
3
Manungkap
64
4
Sirumambe
73
5
Galanggang
38
6
Siringo-ringo
24
Jumlah
453
Mayoritas penduduk menganut agama Islam, merupakan suku Batak Angkola yang dominasi marga Harahap, Siregar, Ritonga, Simanjuntak.
Sosial Ekonomi
A. Mata Pencarian Penduduk
90 % penduduk adalah petani dan pekebun, dengan komoditi tanaman Padi dan palawija serta Karet, Kayu Manis, Kakao, dan tanaman buah.
B. Penguasaan Sumber-Sumber Ekonomi
Lahan Pertanian
Berdasarkan informasi dari kelurahan, total luas kelurahan ± 2000 ha, penggunaan lahan areal untuk :
1. Budidaya tanaman padi ± 20 % dari total luas.
2. Budidaya tanaman Palawija ± 15 % dari total luas.
3. Budidaya tanaman Karet ± 25 % dari total luas.
4. Budidaya Tanaman Buah ± 10 % dari total luas.
5. Areal Berhutan ± 20 % dari total luas.
Secara keseluruhan masyarakat meliki luasan lahan yang bervariasi.
Sumber Air
Sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umumnya berasal dari sungai-sungai kecil atau mata air yang mengalir dari Hutan dan pegunungan disekitar kelurahan. Seperti Aek Tabusira, Aek Sirumambe, dan lain-lain.
📷
Gbr; lahan pertanian masyarakat.
C. Pemasaran Hasil
Umumnya hasil produksi pertanian masyarakat ditampung oleh pedagang/ pengumpul atau toke-toke yang datang dari luar keaurahan Batang Tura Sirumambe dengan bekerja sama dengan beberapa masyarakat setempat sebagai agen,
Sosial Budaya
A. Kerjasama Kelompok
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, tradisi kerja sama kelompok meliputi urusan-urusan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Bentuk-bentuk kerjasama tersebut terlihat misalnya ketika warga memobilisasi partisipasi masyarakat dalam membangun rumah ibadah, pelaksanaan hari-hari besar dan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya. Juga dalam pelaksanaan kegiatan- kegiatan adat seperti pesta, kemalangan, dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti membersihkan sarana- sarana publik yang ada di wilayah pemerintahan kelurahan Serta kelompok Tani yang terbentuk untuk menerima bantuan-bantuan dari pemerintah.
B. Kelembagaan Lokal
Sama seperti kelurahan pada umumnya, memiliki lembaga- lembaga seperti lembaga pemerintahan, agama, dan sosial kemasyarakatan. Diantaranya :
1. LPM
2. Linkungan RW/ RT yang bertugas menjalankan roda pemerintahan.
3. Karang Taruna/ Naposo Nauli Bulung
4. Lembaga Adat
5. PKK
6. Kelompok Tani
7. Ormas
C. Respon Terhadap Hutan dan Orangutan
Secara umum warga kelurahan menyadari arti pentingnya melestakan hutan, namum wawasan dan pengetahuan tentang kehutanan masih sedikit dan perlu dilakukan penyadartahuan tentang hutan dan kehutanan, hal ini terbukti dari adanya NKK ( Nota Kesepakatan Kerjasama ) RHL ( Rehabilitasi Hutan dan Lahan ) seluas 500 Ha.
Penutup
Demikian profil kelurahan Batang Tura Sirumambe dengan segala kekurangan yang kami butuhkan koreksi serta informasi lebih lanjut sebagai bahan penyempurnaan data profil kelurahan ini.
CARITO MARANCAR DAN SEKITARNYA
Desa Haunatas,Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara adalah sebuah desa yang diantara oleh dua pegunungan yaitu Lubuk Raya dan pegunungan Sibualbuali. Meski diapit dua pegunungan hutan lebat, pada awalnya air cukup sulit didapat di sini. Kesulitan air inilah yang menyebabkan desa ini sempat berganti penduduk/warga di Desa Haunatas yang sebelumnya di Huni oleh Marga Siregar sekitar tahun 1906. Karena air sulit didapat, Marga Siregar ini tak kuat berdiam di wilayah ini. Mereka digantikan oleh rombongan perantau dari daerah Balige, tepatnya dari Haunatas Balige.
Seperti Marga Siregar, warga asal Balige ini juga segera merasakan betapa sulitnya mendapatkan air di desa ini, namun mereka tidak menyerah. Mereka mencari sumber air jauh ke dalam hutan sampai di kawasan hutan gunung Sibualbuali (Aek Sirabun/sungai Sirabun)Sayangnya aliran airnya tak mengarah ke desa mereka karena adanya sebuah batu. Masyarakat sepakat untuk bergotongroyong melubangi batu tersebut. Setelah bergotong royong berhari-hari akhirnya air bisa mengalir ke arah Desa Haunatas, Siranap, Bonandolok dan Tanjungrompa.
Berita ini sangat menggemparkan ke Kerajaan Luat Marancar (Luat Marancar ini sekarang disebut Desa Sipenggeng yang di pimpin oleh RAJA/SUTAN BARUMUN SIREGAR) dan setelah air mengalir lancar, Daerah Haunatas pun menjadi perkampungan yang menarik untuk didiami, penduduk pun bertambah dengan cukup pesat. Desa Haunatas berkembang menjadi empat desa yaitu: Desa Haunatas, Desa Tanjung Rompa, Desa Bonan Dolok dan Desa Siranap.
Untuk mengekalkan ikatan historis dan gegografis, 4 bersaudara Pasaribu dari empat desa ini menamakan keempat desa mereka dengan satu sebutan yaitu SIMARETONG yang artinya semua urusan yang berhubungan antara satu desa dengan desa lainnya harus melibatkan desa lainnya, termasuk pengelolaan sumber air tersebut. Dalam Pesta yang dilakukan Pemda Tapsel untuk mensyukuri tetap terjaganya Hutan Lindung Sibualbuali sekitar Awal 2009, Pemda Tapsel mengistilahkan 4 desa ini HATABOSI (Haunatas, Tanjung Rompa, Bonandolok, Siranap).
Asal mula Kata Simaretung juga ada yang mengatakan bahwa Desa Simaretung tercetus dari Hulubalang Marga Siregar yang diperintahkan Raja dari Luat Marancar (sekarang Desa Sipenggeng) Sutan Barumun Siregar untuk mengetahui situasi di desa Haunatas serta apa yang terjadi dengan pengairan di desa tersebut sehingga beritanya sangat bergema. Saat mengunjungi Desa Simaretung Hulubalang tersebut kesulitan menghitung orang (dalam bahasa Batak maretong/menghitung) yang ada di desa Haunatas dan sekitarnya sehingga dia hanya menjawab dengan ketakutan "SIMARETONG INDA TARETONG" maksudnya Penduduk desa di Haunatas dan sekitarnya tidak terhitung sangking banyaknya. Dan sejak itu setiap Hulubalang ditanya tentang wilayah Haunatas ia selalu menyebutkan wilayah 4 (empat) desa tersebut wilayah Simaretong atau saat ini ditulis Simaretung yang menjadi pusat wilayah yang ditetapkan Kerajaan Sutan Barumun Siregar. Sehingga Kata Simaretung sering digunakan Hulubalang dan Kerajaan Luat Marancar untuk menunjukkan Desa Haunatas dan sehubungan dengan hari demi hari sebutan Simaretung ini akhirnya bermasyarakat untuk sebutan Untuk Desa Haunatas dan tidak untuk ke 3 desa lainnya.
Sedangkan Nama Haunatas diberikan sebagai nama desa merupakan upaya masyarakat untuk mengingat sejarah bahwa nenek moyang (oppung) mereka berasal dari Desa Haunatas yang berada di Tapanuli Utara (Balige). Mereka 4 (empat) bersaudara bermarga Pasaribu yang mendapat Izin dari raja Luat Marancar (Raja Tinamboran Marga Siregar/SUTAN BARUMUN SIREGAR) untuk tinggal dan membentuk desa Simaretung dengan syarat salah satu dari 4 (empat) bersaudara harus memeluk Agama Islam. Menurut Cerita masyarakat dari Pasaribu yang ada di Desa Haunatas anak Bungsu Pasaribu tersebut rela memeluk Agama Islam dan membangun desa/kampung dekat Desa Haunatas Sekarang yaitu Desa Bonan Dolok.
Pasaribu yang berada di Haunatas mendapat pengakuan dari Raja Luat Marancar sebagai Penanggung jawab diantara desa-desa disekitarnya dan harus menjalankan tata aturan adat Pasaribu sesuai dengan Adat dari asal mereka dari Balige (tidak ikut adat Marancar), namun harus menjalin hubungan baik dengan keadaatan yang ada di Luat Marancar.
Sementara Saudara ke 3 (tiga) Marga Pasaribu juga tidak jauh dari desa Haunatas dan diberi nama Desa Tanjung Rompa sedangkan yang seorang lagi berada agak jauh dari desa Haunatas dan membuat kampung dan diberi nama Desa Siranap. Dalam menjaga hubungan Pasaribu yang satu dengan Pasaribu di Desa lainnya disepakatilah dalam adat dalam sebutan Pasaribu Parbagas Godang, Pasaribu Partarup Ijuk, Pasaribu partarup Seng untuk menunjukkan keberadaan dan kewibawaan masing-masing.
Dengan Lancarnya Pengairan ke wilayah ini, membuat sawah-sawah di empat desa ini tiap tahun bertambah luas dan menjadikan tanahnya semakin subur. Dan Untuk mensyukurinya setiap tahun diadakan makan bersama sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang biasa disebut PESTA GOTILON. Namun Sehubungan dengan perkembangan Jaman saat ini hanya Desa Haunatas yang tetap melaksanakannya makan bersama tersebut yang didukung dari pemuka Gereja dan Pihak Gereja yang ada di desa Haunatas. Kata Gotilon dibuat untuk menunjukkan bagaimana dulu memanen padi dari hasil sawah dengan memetik setiap butiran-butiran padi yang melimpah.
Saat ini tekat bulat dari 4 desa ini masih tetap terjaga walaupun sedikit demi sedikit budaya kekompakan masyarakat tersebut sudah mulai pudar. Menurut Tokoh-tokoh Masyarakat yang ada di Kec. Marancar bahwa urutan munculnya kampung-kampung di wilayah Marancar Timur (biasa disebut DOLOK) pertama-tama ada di Desa Simaninggir didiami oleh Marga Siregar, lalu ke dua di desa Aek Pasir (saat ini tinggal beberapa rumah tangga saja) yang ke 3 adalah di Desa Marancar Julu - ke 4 Desa Haunatas-ke 5 Desa Tanjungrompa-ke 6 Desa Bonandolok-ke 7 Desa Siranap-ke 8 Desa Poken Arba / Pasar Rebo-ke 9 Najumambe-ke 10 Pancurbatu- ke 11 Desa Sugi tonga/Jae/Julu, ke 12 Janji Manaon ke.13 Aek Nabara (Jae/tonga/julu)-ke.14-Sukarame-ke.15 Aek Sabaon-ke 16 Adian. Namun urutan munculnya Kampung di Marancar Dolok (Marancar Timur) masih perlu digali informasinya apakah urutan nomor ke 8 sampai sekarang benar atau tidak masih eperlu pendalaman lebih jauh. Dan Bagi Masyarakat yang mengetahuinya diharap bisa membagi informasi/sejarah dari perkembangan Desa-desa yang ada di Kec. Marancar khususnya di wilayah Marancar Timur untuk anak dan cucu kita di Masa yang akan datang. (Feber Sormin).
Penyadaran Konservasi melalui Media Dakwah.
Kewajiban Umat Islam Memelihara Kelestarian Alam Untuk Kehidupan
Makhluk Hidup
الحَمْد للهِ فَاطِرِالسَّمٰوَاتِ وَرَافِعِهَا. وَ بَاسِطِ اْلأَرْضِ وَوَاضِعِهَا. وَعَالِمِ اْلأَسْرَارِ وَسَامِعِهَا. اَحْمَدُهُ حَمْدًا شَاكِرًاِلأَنْعُمِهِ. رَاضٍ بِقِسْمِهِ مُعْتَرِفٍ بِكَرَمِهِ. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, ذُوْالنِّعَمِ الْغَامِرَةِ. وَالْحِكَمِ اْلبَاهِرَةِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُرْسَلُ بِكِتَابِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ اْلمُخْتَارِيْنَ مِنْ اَنْصَارِهِ وَ أَحْزَابِهِ. أَمَّا بَعْدُ : فَياَ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اتَّقُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ وَاسْتَعِدُّوْا لِيَوْمٍ لاَ يَنْفَعُ فِيْهِ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ اِلاَّ مَنْ اَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,
Pertama-tama saya mengajak hadirin dan hadirat sekalian, marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan inayatNya hingga siang hari ini kita masih dalam keadaan sehat wal’afiat sehingga dapat melaksanakan tugas sehari-hari, merasakan berbagai macam kenikmatan hidup duniawi, dan dapat melaksanakan kewajiban agama, termasuk ibadah salat Jum’at di masjid ini. Marilah kita syukuri limpahan nikmat Allah itu dengan cara : lebih rajin mengerjakan ibadah, memperbanyak amal saleh, memperbaiki akhlak kita, sehingga kita memiliki al-akhlaqul karimah, dan meningkatkan semangat pengabdian kita kepada Allah SWT dengan menegakkan agama-Nya di bumi Nusantara ini.
Selanjutnya, saya berpesan kepada sidang Jum’at yang berbahagia, marilah kita pada setiap saat selalu berupaya meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, karena predikat yang tertinggi di hadapan Allah SWT adalah orang yang bertaqwa. Marilah kita renungkan dan resapin firman Allah
الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ ۚ فَمَنِ اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Bulan haram dengan bulan haram[118], dan pada sesuatu yang patut dihormati[119], berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah [2]: 194)
Dan perhatikan firman-Nya dalam Surah An-Nahl ayat 128 :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Al-Nahl [16]: 128).
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Dari kedua ayat tadi, kita dapat memahami, bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kita agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan. Sebaliknya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan, sebagaimana tersebut dalam Alquran Surah Al-Qashash ayat 77 :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan“.(QS. Al-Qashash [28]: 77).
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Pada dasawarsa terakhir ini banyak terjadi bencana alam di Tanah Air kita, yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, terluka atau cacat, dan kerusakan sarana dan prasarana kehidupan masyarakat, selain itu terjadi longsor dan erosi serta perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri seperti :
1. Perambahan
2. Illegal logging
3. Pembakaran hutan
Mengenai ulah tangan manusia ini dinyatakan dalam Alquran Surah Ar-Rum ayat 41 :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ {الروم :٤١}
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum [30]: 41).
Timbulnya kerusakan lingkungan hidup di bumi itu menyebabkan kesengsaraan hebat umat manusia, baik pada masa kita sekarang ini, maupun kelak generasi anak keturunan kita, sebab lingkungan hidup yang juga menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup, terlebih-lebih bagi kehidupan manusia. Maka dari itu perlu kita ketahui hutan adalah sebagai Fungsi bagi kehiduman manusia yang dapat menahan dan menyimpan air untuk kehidupan dimasa kini dan mendatang. Maka kita umat Islam Indonesia sebagai warga negara yang baik, dan merupakan mayoritas penduduk Indonesia hendaknya menyadari dan merasa bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan nasional tersebut.
Keberadaan bumi sebagai ciptaan Allah, sangat banyak disinggung dalam Alquran. Tidak kurang dari 461 kata ardh ( bumi ) terdapat dalam kitab suci tersebut. Di antaranya Allah SWT menekankan dalam banyak ayat agar manusia jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Seperti tersebut dalam Surah Al-Maidah ayat 64 :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُواْ بِمَا قَالُواْ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاء وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم مَّا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُواْ نَارًا لِّلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَادًا وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan” (QS. Al-Mai’dah [5]: 64).
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Dalam menghadapi kenyataan banyaknya kerusakan lingkungan hidup, yang disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab, marilah kita umat Islam kembali kepada tuntunan Islam sebagaimana digariskan dalam Alquran dan Hadis. Dalam ayat-ayat Alquran yang tersebut tadi, Allah SWT memerintahkan kepada kita agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan serta tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
Berpedoman pada sebuah Hadis, Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda :
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Hakim)
Berdasarkan Hadis tersebut sesungguhnya setiap muslim dituntut memiliki akhlak yang mulia. Dalam Islam, akhlak mempunyai pengertian yang luas, yaitu menyangkut hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan hewan, dengan tetumbuhan, dan dengan benda-benda alam. Maka dalam konteks tema khutbah ini, hendaknya setiap muslim bersikap dan berperilaku yang baik terhapap benda-benda alam sekelilingnya.
Sebagai akhir khutbah ini saya menghimbau kepada sidang Jum’at yang berbahagia, marilah kita hindari perbuatan merusak benda-benda alam yang merupakan lingkungan hidup kita, dan sebaliknya kita justru berupaya memelihara kelestarian alam ciptaan Allah SWT yang dikaruniakan kepada umat manusia.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ الذِّكْرِالْحَكِيْمِ. وَ تَقَبَّلَ مِنِّى وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن
Program kerja sudah dalam logfram, dukungan multifihak sudah ada, dan ekosistem Batangtoru menunggu tangan - tangan trampil
Danau Tasik. Destinasi danau pada puncak bukit batu di desa Batu Nanggar tidak jauh dari Bandara Udara Aek Godang milik Barumun Nagari Wildlife Sanctuary.
Bersama dengan Owners Barumun Nagari Wildlife Sanctuary.