28/08/2024
PESAN UNTUK KITA SEMUA!! terutama teman-teman fb, kalian harus baca ini sekali saja.
"Suara Ombak yang Tersisa di Hati"**
Pak Hasan dulunya adalah seorang pelaut yang tangguh. Selama tiga dekade, ia mengarungi samudra, menantang badai, dan merasakan dinginnya angin laut menerpa wajahnya. Di setiap pelabuhan yang ia singgahi, ia memiliki teman-teman setia—orang-orang yang memahami jiwa seorang pelaut seperti dirinya. Ia selalu membawa serta semangat kebersamaan di setiap pelayaran, dengan cerita-cerita tawa dan tangis yang ia bagi bersama mereka.
Namun, waktu berlalu, usia menua, dan kesehatannya mulai memburuk. Pak Hasan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan laut, satu-satunya dunia yang ia kenal. Kini, di usianya yang sudah hampir mencapai 60 tahun, ia tinggal sendirian di sebuah rumah keren hasil kerjanya, dekat pantai kecil di desanya. Ia kadang-kadang dirawat oleh anak gadisnya, yang sekarang sering mondar mandir ke kota. Di sinilah ia menghabiskan hari-harinya, mendengarkan suara ombak yang selalu mengingatkannya pada masa lalu.
Satu per satu, kontak yang dimiliki Pak Hasan hilang. Teman-teman lamanya yang dulu sering berkirim pesan di tengah pelayaran kini entah di mana. Ponsel lamanya sudah lama rusak, dan nomor yang baru ia beli seolah tidak ada artinya. Kesepian sering kali menyelimuti hari-harinya. Pak Hasan mulai merasa terputus dari dunia yang dulu begitu ia cintai.
Suatu hari, dengan hati yang penuh harap dan rindu, ia membuka akun Facebook lamanya yang sudah jarang ia sentuh. Di sana, ia melihat beberapa nama teman lamanya yang masih ada di daftar pertemanannya. "Mungkin mereka juga rindu, sama seperti aku," pikirnya. Dengan jari-jari yang mulai gemetar, ia mengetik sebuah pesan sederhana, mencoba merangkai kata-kata yang mungkin bisa menyentuh hati.
> “Hai, kawan-kawan. Ini Hasan. Dulu kita sering tertawa bersama di atas geladak. Aku sekarang sudah tak bisa berlayar lagi. Ponsel lamaku rusak, dan aku kehilangan semua nomor kalian. Ini nomor baruku, tolong disimpan ya. Aku ingin sekali mendengar kabar dari kalian. Rasanya, suara ombak tak cukup lagi menemani kesepianku.”
Setelah mengirim pesan itu, Pak Hasan hanya bisa menunggu dengan harapan yang bergetar. Hari berganti hari, dan tak ada balasan. Hatinya mulai dihantui keraguan. Mungkin mereka sudah lupa. Mungkin mereka sudah sibuk dengan kehidupan baru.
Namun, pada suatu pagi yang cerah, ketika matahari baru saja terbit, ponsel Pak Hasan bergetar. Satu pesan masuk. Lalu, dua. Tiga. Empat. Semakin banyak. Matanya berkaca-kaca saat melihat nama-nama yang dulu sangat akrab di hatinya muncul satu per satu di layar.
> “Hasan! Lama sekali tidak dengar kabarmu, teman!”
> “Kamu di mana sekarang? Mari bertemu, kita buat reuni kecil seperti dulu!”
> “Terima kasih sudah kirim nomor barumu. Aku kangen cerita-cerita gila kita di kapal!”
Pak Hasan menangis. Bukan tangisan kesedihan, tapi tangisan kelegaan dan kebahagiaan. Ternyata, di luar sana, masih ada yang mengingatnya, yang masih peduli. Teman-temannya mulai menelepon, bercerita tentang kehidupan mereka sekarang, tentang anak-anak dan cucu-cucu mereka. Suara mereka menjadi irama baru yang menggantikan suara ombak di hatinya.
Dan di hari itu, di sebuah rumah kecil di tepi pantai, seorang pelaut tua merasakan kembali hangatnya persahabatan yang telah lama hilang. Ia mungkin sudah tidak bisa lagi berlayar, tapi hatinya kini berlabuh di tempat yang tepat—di kenangan dan cinta dari teman-teman sejatinya.
---
Semoga cerita ini bisa menggugah hati dan memberikan inspirasi tentang pentingnya menjaga hubungan dan persahabatan, meskipun waktu dan jarak memisahkan.
Pak Hasan hanya kisah fiktif, dan photo di bawah ini juga bukan anak gadis pak Hasan, hanya pemanis.
yang paling nyata adalah setelah ganti hape hilang semua nomor dikontak kawan-kawanku, tolong wa lagi, biar silaturahmi tidak terputus
https://wa.me/6281220209772