Travel Umroh Sunnah Jogja

Travel Umroh Sunnah Jogja Travel Umroh Sunnah sesuai Tuntunan Salaf yang Nyaman serta Murah & Haji Plus Non Kuota 2017. Lokasi

04/11/2024
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah------------------------------------------------OlehAl-Ustadz Yazid bin ‘...
19/06/2023

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
------------------------------------------------

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas

Sepuluh hari prtama bulan Dzulhijjah merupakan hari-hari yang paling utama dibanding dengan hari-hari yang lainnya, karena Nabi bersaksi bahwa sepuluh hari tersebut adalah hari-hari yang paling utama di dunia, dan beliau juga menganjurkan untuk memperbanyak amalan shalih pada hari-hari tersebut. Semua amalan shalih yang paling utama di dunia, dan beliau juga menganjurkan untuk memperbanyak amalan shalih pada hari-hari tersebut. Semua amalan shalih yang dikerjakan pada sepuluh hari ini lebih dicintai oleh Allah dari pada amalan-amalan shalih yang dikerjakan pada selain hari-hari tersebut. Ini menunjukkan betapa utamanya amalan shalih pada hari tersebut dan betapa banyak pahalanya. Amalan-amalan shalih yang dikerjakan pada sepuluh hari tersebut akan berlipat ganda pahalanya, tanpa terkecuali.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ، يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ: "وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tidak ada hari dimana suatu amal shalih lebih di cintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah)”. Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah?” Nabi ٍShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Termasuk lebih utama dibanding jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (kemedan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid)”.[1]

Dalam lafazh lain:

مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَا أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ تَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الْأَضْحَى قِيلَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan lebih besar pahalanya dari pada kebaikan yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah”. Lalu ada yang bertanya, “Termasuk jihad di jalan Allah ?” Rasulullah bersabda,”Termasuk jihad di jalan Allah, kecuali seseorang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid)”.[2]

Diantara keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah ini yaitu:
1. Bahwa Allah bersumpah dengan sepuluh hari tersebut dalam firman-Nya.

وَالْفَجْرِ﴿١﴾وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, demi malam yang sepuluh. [al-Fajr/89:1-2]

Yang dimaksud dengan “malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu az-Zubair, Mujahid, dan lainnya dari kalangan kaum Salaf dan Khalaf.[3]

2. Sepuluh hari tersebut termasuk hari-hari yang ditentukan, yang padanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk banyak bertasbih, bertahlil, dan bertahmid. Allah Ta’ala berfirman:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
..dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rizki yang diberikan kepada mereka berupa hewan ternak..[al-Hajj/22:28].

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu berkata, “Hari-hari itu adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah”. Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir secara marfu’ bahwa ini (hari yang dimaksud) adalah sepuluh hari yang disumpah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

وَالْفَجْرِ﴿١﴾وَلَيَالٍ عَشْرٍ

(Demi fajar, demi malam yang sepuluh) [al-Fajr/89 ayat 1-2].[4]

3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersaksi bahwa sepuluh hari tersebut termasuk hari-hari yang paling utama di dunia. Beliau bersabda:

أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامُ الْعَشْرِ، يَعْنِي : عَشْرَذِيْ الْحِجَّةِ، قِيْلَ : وَلاَ مِشْلُهُنَّ فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ؟ قَالَ : وَلاَ مِشْلُهُنَّ فِيْ سَبِيْلِ اللّهِ، إِلاَّ رَجُلٌ عَفَّرَ وَجْهَهُ فِيْ التُّرَابِ

”Hari-hari yang paling utama di dunia ini yaitu hari yang sepuluh, yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah”. Dikatakan kepada beliau, “Termasuk lebih utama dari jihad dijalan Allah?” Beliau menjawab,”Termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang menutup wajahnya dengan debu (mati syahid-pent)”[5]

4. Di dalamnya terdapat hari Arafah, yang merupakan hari yang terbaik. Dan ibadah haji tidak sah apabila tidak wukuf di ‘Arafah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْحَجُّ عَرَفَةُ

Haji itu wukuf di Arafah.[6]

5. Di dalamnya terdapat hari penyembelihan qurban.

6. Pada sepuluh hari tersebut, terkumpul pokok-pokok ibadah yaitu shalat, puasa, sedekah, haji, yang tidak terdapat pada hari-hari selainnya.

AMAL-AMAL SUNNAH PADA BULAN DZULHIJJAH
Tentu banyak dari kita yang telah mengetahui bahwa di hari raya ini, ummat Islam menyembelih qurbannya dalam rangka ketaatan kepada AllahAzza wa Jalla. Akan tetapi, bagi kaum Muslimin, sesungguhnya hari raya ini tidak sekedar mengumandangkan takbir dan pergi untuk shalat ‘Ied, kemudian menyembelih qurban, lalu dimasak menjadi makanan yang lezat. Ada hal-hal lain yang perlu dilakukan, sehingga hari raya ini penuh makna dalam usaha kita meraih pahala dan ganjaran dari Allah Azza wa Jalla. Semoga hari raya tahun ini menjadi hari raya yang lebih baik dengan amalan-amalan Sunnah yang sesuai dengan tuntunan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Di dalam hadits di atas, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa amal-amal shalih pada sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah lebih utama dari amal-amal shalih di bulan lainnya. Yang termasuk dari amal-amal shalih sangatlah banyak, di antaranya:

1. Berpuasa Pada Sembilan Hari Pertama Bulan Dzulhijjah.
Mulai dari awal bulan Dzulhijjah, ternyata telah ada amalan yang disunnahkan untuk kita kerjakan. Diriwayatkan dari sebagian isteri Nabi, mereka berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari bulan Dzulhijjah, hari ‘Asyura, tiga hari pada setiap bulan, dan hari Senin pertama awal bulan serta hari Kamis.[7]

Hadits ini menganjurkan kita berpuasa pada sembilan hari bulan Dzulhijjah. Dan ini merupakan pendapat jumhur ulama. Adapun hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berikut ini:

مَارَاَيْتُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَا ئِمًا فِيْ الْعَشْرِ قَطٌّ

Aku tidak pernah sekali pun melihat Rasulullah berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.[8]

Imam Ahmad rahimahullah berkata tentang dua hadits yang bertentangan ini, “Bahwasanya yang menetapkan (puasa pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah) lebih didahulukan dari yang menafikan....”[9]

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,”Perkataan ‘Aisyah Radhiyalalahu anhuma bahwa beliau Shallallahu ‘alihi wa sallam tidak berpuasa pada sepuluh hari tersebut, mungkin beliau tidak berpuasa karena suatu sebab, seperti sakit, safar, atau selainnya. Atau ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma memang tidak melihat beliau berpuasa pada hari-hari tersebut. Tetapi tidak melihatnya ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma idak mesti menunjukkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa. Dan ini ditunjukkan oleh hadits yang pertama....”[10]

Syaikh Muhammad bin al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,”Bahwasanya itu merupakan pengabaran dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma tentang apa yang ia ketahui. Dan perkataan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam didahulukan atas sesuatu yang tidak diketahui oleh perawi. Imam Ahmad rahimahullah telah merajihkan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari tersebut. Jika hadits tersebut ditetapkan, maka tidak ada masalah, dan jika tidak ditetapkan, sesungguhnya puasa pada sepuluh hari tersebut masuk dalam keumuman amalan shalih yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Tidak ada hari dimana suatu amal shalih lebih dicintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah ).’ Dan puasa termasuk dalam amalan shalih”.[11]

2. Puasa ‘Arafah
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ

Puasa pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya....[12]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ketika ditanya tentang puasa hari ‘Arafah:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْهَا ضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
....menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya dan setahun setelahnya...[13]

Puasa ini dikenal p**a dengan nama puasa Arafah karena pada tanggal tersebut orang yang sedang menjalankan haji berkumpul di Arafah untuk melakukan runtutan amalan yang wajib dikerjakan pada saat berhaji yaitu ibadah wukuf.

Pendapat jumhur ulama bahwa dosa-dosa yang dihapus dengan puasa Arafah ini yaitu dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar, maka wajib baginya taubat. Pendapat mereka dikuatkan dengan perkataan mereka:

Karena puasa Arafah tidak lebih kuat dan lebih utama dari shalat wajib yang lima waktu, shalat Jum’at, dan Ramadhan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

Shalat yang lima waktu, shalat Jum’at sampai ke Jum’at berikutnya, Ramadhan sampai ke Ramadhan berikutnya, itu menghapus (dosa-dosa) di antara keduanya, selama dia menjauhi dosa-dosa besar.[14]

Mereka berkata:”Jika ibadah-ibadah yang agung dan mulia tersebut yang termasuk dari rukun-rukun Islam tidak kuat untuk menghapuskan dosa-dosa besar, maka puasa Arafah yang sunnah ini lebih tidak bisa lagi”. Inilah pendapat yang rajih.[15]

3. Takbiran
Ketahuilah, bahwa disyari’atkan bertakbir, bertahmid dan bertahlil pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini. Dari Abu Hurairah secara marfu’:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ اَلْعَمَلٌ فِهِيْنَّ مِنْ عَشرِ ذِى الْحِجَّةِ، فَعَلَيْكُم بِالتَّسْبِيْحِ وَ التَّهلِيْلِ وَالتَّكبِيْرِ

Tidak ada hari-hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah dari pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Maka hendaklah kalian bertasbih, bertahlil, dan bertakbir.[16]

Disyari’atkan juga bertakbir setelah shalat shubuh pada hari Arafah sampai akhir hari tasyriq, yaitu dengan takbir:

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, dan bagi Allah-lah segala puji.

4. Memperbanyak Amal Shalih Dan Ketaatan Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Yaitu dengan memperbanyak shalat-shalat sunnah, sedekah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali kekerabatan, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya, memperbanyak dzikir kepada Allah, bertakbir, membaca al-Qur’an, dan amalan-amalan shalih lainnya. Sedekah dianjurkan setiap hari, maka pada hari-hari ini lebih sangat dianjurkan lagi, begitu juga ibadah-ibadah yang lain.

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, ia berkata:

كَانَ سَعِيْدُ بْنُ جُبَيْرٍ إِذَا دَخَلَ أَيَّامَ
..Bahwa Sa’id bin Jubair jika memasuki bulan Dzulhijjah, ia sangat bersungguh-sungguh sampai-sampai dia hampir tidak mampu melakukannya. [17]

5. Haji dan Umrah
Allah Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
...kewajiban bagi manusia kepada Allah, berhaji ke Baitullah, bagi siapa yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan..... [Ali ‘Imran/3:97]

Haji dan Umrah adalah salah satu ibadah yang paling mulia dan sarana taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah yang paling afdhal. Di antara keutamaan haji dan Umrah adalah:

a. Barangsiapa yang berhaji dan umrah ke Baitullah, dia tidak berkata kotor, berbuat kefasikan, maka akan kembali seperti baru dilahirkan oleh ibunya.
b. Antara dua umrah menghapuskan dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya surga.
c. Haji menghapus dosa-dosa sebelumnya.
d. Haji mabrur termasuk seutama-utama amal setelah jihad fi sabilillah.
e. Haji dan umrah menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa.
f. Jihad yang paling bagus dan paling utama adalah haji yang mabrur.
g. Orang yang haji dan umrah adalah tamu Allah.
h. Do’a orang yang haji dan umrah dikabulkan oleh Allah.
i. Orang yang meninggal dunia ketika pergi melaksanakan haji dan umrah, akan dicatat baginya pahala umrah sampai hari kiamat.
j. Orang yang meninggal ketika dalam keadaan ihram, akan dibangkitkan di hari Kiamat dalam keadaan membaca talbiyah.[18]

6. ‘Idul Adh-ha
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu beliau berkata:”Bahwa ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: ‘dua hari apakah ini?’ Mereka menjawab: ‘Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman Jahiliyyah,’ kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى قَدْأَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada kalian dua hari yang lebih baik; ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adh-ha[19]

7. Berqurban
Di antara amal taat dan ibadah yang mulia yang dianjurkan adalah berqurban. Qurban adalah hewan yang disembelih pada hari raya ‘Idul Adh-ha berupa unta, sapi dan kambing yang dimaksudkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Laksanakanlah shalat untuk Rabb-mu dan sembelihlah kurban. [al-Kautsar/108:2].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

Barang siapa yang memiliki kelapangan namun ia tidak berqurban maka jangan mendekati tempat shalat kami.[20

Sebagian ulama berpendapat dengan dasar hadits di atas, bahwa hukum menyembelih binatang qurban bagi seseorang adalah wajib bagi yang mampu.

‘Atha’ bin Yasar bertanya kepada Abu Ayyub al-Anshari: “Bagaimana penyembelihan qurban pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?”Beliau menjawab:

كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ حَتَّى تَبَاهَى النَّاسُ فَصَارَتْ كَمَا تَرَى

Seseorang berqurban dengan seekor kambing untuk diri dan keluarganya. Kemudian mereka memakannya dan memberi makan orang-orang sampai mereka berbangga. Maka jadilah seperti yang engkau lihat”.[21]

Barangsiapa yang berqurban untuk diri dan keluarganya maka disunnahkan ketika menyembelih mengucapkan:

بِاسْمِ اللَّهِ، وَاللّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّىْ، اللَّهُمَّ هَذَا عَنِّىْ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِيْ

Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar, Ya Allah, terimalah (qurban) dariku, ya Allah, ini dariku dan dari keluargaku.

Disunnahkan bagi orang yang berqurban agar menyembelih sendiri. Jika tidak mampu maka hendaklah ia menghadiri, dan tidak diperbolehkan memberikan upah bagi tukang jagal dari hewan kurban tersebut.

Kemudian, juga tidak memotong rambut dan kuku bagi yang berqurban. Seseorang yang ingin berqurban, dilarang memotong kuku atau rambut dirinya (bukan hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai ia memotong hewan qurbannya.

Dari Ummu Salamah bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أُهِلَّ هِلَالُ ذِي الْحِجَّةِ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ

Barang siapa yang memiliki hewan yang hendak ia sembelih(pada hari raya), jika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah memotong (mencukur) rambutnya dan kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih qurbannya.[22]
Wallahu a’lam.

Semoga Allah Azza wa Jalla selalu melimpahkan shalawat, salam dan berkah-Nya kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga serta para Sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik sampai hari Kiamat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XVII/1434H/2013M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Shahih : HR al-Bukhari (no. 969), Abu Dawud (no. 2438), at-Tirmidzi (no. 757), Ibnu Majah (no. 1727) ad-Darimi (II/25), Ibnu Khuzaimah (no.2865), Ibnu Hibban (no.324, at-Taliqatul-Hisan), at-Thahawy dalam Syarh Musykilil Atsar (no.2970), Ahmad (I/224, 239, 346), al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (no.1125), Abu Dawud ath-Thayalisi dalam Musnad-nya (no.2753), Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (no. 8121), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (no. 19771), al-Baihaqi (IV/284), dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabir (no. 12326-12328), dari Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma.
[2]. Shahih : HR ad-Darimi (II/26), ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil-Atsar (no.2970) dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 3476), dari Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma
[3]. Tafsir Ibni Katsir (VIII/390). Cet. Dar Thaybah
[4]. Tafsir Ibni Katsir (V/415). Cet Dar Thaybah
[5]. Hasan : HR al-Bazaar dalam Kasyful-Atsar (II/28. No.1128) Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib (no. 1150)
[6]. Shahih : HR at-Tirmidzi (no. 889) dan lainnya
[7]. Shahih : HR Abu Dawud (no. 2437)
[8]. Shahih : HR Muslim (no. 1176)
[9]. ASy-Syarhul Mumti ‘ala Zad al-Mustaqni (VI/470)
[10]. Syarh Shahih Muslim (VIII/71)
[11]. Fatawa Fadhillati asy-Syaikh al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin fiz ZAkati wash-Shiyam (I/792 no. 401)
[12]. Shahih : HR Muslim (no. 1162 (196))
[13]. Shahih : HR Muslim (no. 1162 (197))
[14]. Shahih : HR Muslim (no. 233))
[15]. Fat-hu Dzil-Jalail wal-Ikram (VII/356) Lihat juga Tas-hilul Ilmam (III/241) dam Taudhihul Ahkam (III/530-531)
[16] HR Abu Utsman al-Buhairi dalam al-Fawa-id. Lihat Irwa-ul Ghalil (III/398-399)
[17]. HRad-Darimi (II/26)
[18]. Selengkapnya seilakan lihat buku penulis Panduan Manasik Haji dan Umrah, Cet. 4, Pustaka Imam asy-Syafi’i.
[19]. Shahih : HR Ahmad (III/103, 178, 235, 250), Abu Dawud (no. 1134), an-Nasa-i (III/179-180), Abd bin Humaid (no.1390) dan ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil Atsar (IV/131,no. 1488), al-Hakim (I/294), al-Baihaqi (III/272), dan al-Baihaqi (III/277) dan al-Baghawi (no.1098) dari Sahabat Anas Radhiyallahu anhu
[20]. Hasan : HR Ahmad (1/321), Ibnu Majah (no.3132) dan al-Hakim 9no.389), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu, Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrij Musykilatil Faqr (no.102) dan Shahih at-Targhib wat Tarhib (I/629, no. 1087)
[21]. Shahih : HR at-Tirmidzi (no. 1505) dan Ibnu Majah (no. 3147), Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil (no. 1142) dan Shahih Ibni Majah (II/203)
[22]. Shahih : HR Muslim (no. 1977)

Shared from Almanhaj.or.id for android http://bit.ly/Almanhaj

📲 *REKAMAN MP3 NGANGSU KAWRUH*(Pengajian Bahasa Jawa)Kitab al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid(Seratan ipun Syaikh Muhamma...
21/12/2020

📲 *REKAMAN MP3 NGANGSU KAWRUH*
(Pengajian Bahasa Jawa)
Kitab al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid
(Seratan ipun Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-Qar’awi)
🎙 *PEMATERI* :*Abul Aswad*
📍 OMAH SURUH, Bayat.
📥 *LINK DOWNLOAD*
▪️Pertemuan 1
“ Piwulang Tauhid Kagem Kaum Muslimin (Bagian 1) “
https://bit.ly/Piwulang1

▪️Pertemuan 2
“ Piwulang Tauhid Kagem Kaum Muslimin (Bagian 2) “
https://bit.ly/Piwulang2

▪️Pertemuan 3
“ Piwulang Tauhid Kagem Kaum Muslimin (Bagian 3) “
https://bit.ly/Piwulang3

▪️Pertemuan 4
“ Piwulang Tauhid Kagem Kaum Muslimin (Bagian 4) “
https://bit.ly/Piwulang4

▪️Pertemuan 5
“ Piwulang Tauhid Kagem Kaum Muslimin (Bagian 5) “
https://bit.ly/Piwulang5

▪️Pertemuan 6
“ Piwulang Tauhid Kagem Kaum Muslimin (Bagian 6) “
https://bit.ly/Piwulang6

▪️Pertemuan 7
“ Kautaman’e Tauhid (Bagian 1) “
https://bit.ly/Piwulang7

▪️Pertemuan 8
“ Kautaman’e Tauhid (Bagian 2) “
https://bit.ly/piwulang8

▪️Pertemuan 9
“ Mlebu Suwargo Tanpa Hisab (Bagian 1) “
https://bit.ly/Piwulang9

▪️Pertemuan 10
“ Mlebu Suwargo Tanpa Hisab (Bagian 2) “
https://bit.ly/Piwulang10

▪️Pertemuan 11
“ Wedi Saka Tumindak Syirik “
https://bit.ly/Piwulang11

▪️Pertemuan 12
” Jimat Kalimat Syahadat (Bagian 1) “
https://bit.ly/piwulang12

▪️Pertemuan 13
” Jimat Kalimat Syahadat (Bagian 2) “
https://bit.ly/Piwulang13

▪️Pertemuan 14
“ Teges Lan Surasane Kalimat Tauhid (Bagian 1) ”
https://bit.ly/Piwulang14

▪️Pertemuan 15
“ Teges Lan Surasane Kalimat Tauhid (Bagian 2) ”
https://bit.ly/Piwulang15

▪️Pertemuan 16
“ Jimat Tolak Bala (Bagian 1)
https://bit.ly/Piwulang16

▪️Pertemuan 17
“ Jimat Tolak Bala (Bagian 2) “
https://bit.ly/Piwulang17

▪️Pertemuan 18
“ Jimat Lan Ruqyah “
https://bit.ly/Piwulang18

▪️Pertemuan 19
“ Ngalap Berkah Marang Kayu Lan Watu “
https://bit.ly/Piwulang19

Mina ...Semoga  suatu saat nanti Allah memudahkan kepada kita semua untuk bisa sampai kesana Aamiin ...
31/08/2017

Mina ...

Semoga suatu saat nanti Allah memudahkan kepada kita semua untuk bisa sampai kesana

Aamiin ...

Raja Salman memerintahkan langsung untuk menjamu, merawat dan membimbing seorang Nenek berumur 104 tahun asal indonesia ...
30/08/2017

Raja Salman memerintahkan langsung untuk menjamu, merawat dan membimbing seorang Nenek berumur 104 tahun asal indonesia agar segala layanan haji diberikan kepada beliau.

Nenek itu bernama Maryam Marghani muhammad.

Semoga Allah menjaga dan memberkahi jamaah haji.

Aamiin ya Rabb
27/08/2017

Aamiin ya Rabb

MAKAN TUJUH BUTIR KURMA AJWAH DAPAT MENANGKAL RACUN DAN SIHIROlehZaki RakhmawanDalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim...
14/08/2017

MAKAN TUJUH BUTIR KURMA AJWAH DAPAT MENANGKAL RACUN DAN SIHIR

Oleh
Zaki Rakhmawan

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah bersabda.

مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ

“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir” [1]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullaah menukilkan perkataan Imam Al-Khathabi tentang keistimewaan kurma Ajwah : “Kurma Ajwah bermanfaat untuk mencegah racun dan sihir dikarenakan do’a keberkahan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap kurma Madinah bukan karena dzat kurma itu sendiri” [2]

Hadits ini mempunyai banyak sekali kandungan faedahnya, sebagaimana yang dituturkan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah dalam kitabnya ‘Ath-Thibb An-Nabawi’ [3] : “Al-Maf’uud adalah sakit yang menyerang bagian liver (hati)[4]”. Dan kurma memiliki khasiat yang menakjubkan untuk menyembuhkan penyakit ini (dengan izin Allah), terutama sekali kurma dari Madinah, khususnya jenis Ajwah. (Pembatasan pada) jumlah tujuh itu juga mengandung khasiat yang hanya diketahui rahasianya oleh Allah.

Kurma adalah jenis nutrisi yang baik, terutama bagi orang yang makanan sehari-harinya mengandung kurma seperti penduduk Madinah. Begitu juga kurma adalah makanan yang baik bagi orang-orang yang tinggal di daerah panas dan agak hangat namun memiliki temperatur tubuh yang lebih dingin.

Bagi penduduk Madinah, tamr (kurma yang kering) merupakan makanan pokok sebagaimana gandum bagi bangsa-bangsa lain. Juga, kurma kering dari daerah Aliyah di Madinah merupakan salah satu jenis kurma terbaik sebab rasanya gurih, lezat dan manis. Kurma termasuk jenis makanan, obat dan buah-buahan, kurma cocok dikonsumsi oleh hampir seluruh manusia. Dapat berguna untuk memperkuat suhu tubuh alami, tidak menimbulkan reduksi timbunan ampas yang merusak tubuh seperti yang ditimbulkan oleh berbagai jenis makanan dan buah-buahan. Bahkan bagi yang sudah terbiasa makan kurma, kurma dapat mencegah pembusukan dan kerusakan makanan yang berefek negatif terhadap tubuh.

KURMA AJWAH BERASAL DARI SURGA DAN DAPAT MENGOBATI RACUN
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

اَلْعَجْوَةُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَهِيَ شِفَاءٌ مِنَ السُّمِّ

“Kurma Ajwah itu berasal dari Surga, ia adalah obat dari racun” [4]

Imam Ibnul Qayyim memberikan komentar terhadap hadits tersebut, “Yang dimaksud dengan kurma Ajwah disini adalah kurma Ajwah Al-Madinah, yakni salah satu jenis kurma di kota itu, dikenal sebagai kurma Hijaz yang terbaik dari seluruh jenisnya. Betuknya amat bagus, padat, agak keras dan kuat, namun termasuk kurma yang paling lezat, paling harum dan paling empuk” [5]

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ فِي عَجْوَةِ الْعَالِيَةِ شِفَاءً، اَوْإنَّهَا تِرْيَاقٌ، أَوَّلَ الْبُكْرَةِ

“Sesungguhnya dalam kurma Ajwah yang berasal dari Aliyah arah kota Madinah di dataran tinggi dekat Nejed itu mengandung obat penawar atau ia merupakan obat penawar, dan ia merupakan obat penawar racun apabila dikonsumsi pada pagi hari” [6]

PENYEBUTAN ANGKA TUJUH DALAM AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
Adapun khasiat dari tujuh butir kurma memiliki makna spiritual maupun material sebagaimana yang terdapat dalam syari’at Islam.

Allah menciptakan langit dan bumi masing-masing tujuh lapis. Jumlah hari dalam sepekan adalah tujuh. Manusia mencapai tahapan kesempurnaan penciptaan dirinya ketika telah mencapai tujuh fase. Allah mensyariatkan kepada para hamba-Nya untuk berthawaf tujuh putaran. Sa’i antara Shafa dan Marwah juga sebanyak tujuh putaran. Melempar jumrah masing-masing tujuh kali. Takbir shalat Ied di raka’at pertama juga tujuh kali.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

مُرُّوْ هُمْ بِالصَّلاَةِ لِسَبْعٍ

“Perintahkanlah mereka (anak-anak kalian) untuk shalat pada usia tujuh tahun” [7]

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, beliau memerintahkan agar kepalanya disiram dengan air sebanyak tujuh qirbah. [8]

Allah pernah memberi kuasa kepada angin untuk mengadzab kaum ‘Aad selama tujuh malam.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdo’a kepada Allah agar memberikan pertolongan kepada kaumnya dengan tujuh masa sebagaimana yang diminta oleh nabi Yusuf.[9]

Allah menggambarkan sedekah seseorang dilipatgandakan pahalanya seperti tujuh batang pokok padi yang masing-masing berisi seratus butir padi. [10]

Batang padi yang dilihat oleh sahabat nabi Yusuf dalam mimpinya jumlahnya juga tujuh buah. Jumlah tahun saat mereka bercocok tanam juga tujuh.

Pelipatgandaan pahala hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih

Yang masuk surga dikalangan ummat ini tanpa hisab ada tujuh puluh ribu orang.[11]

Disamping itu ada p**a lafzh angka tujuh yang lain dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yaitu, Allah berfirman.

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [Luqman ; 27]

اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“ Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja) kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka, yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik” [At-Taubah : 80]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

اَلْمُؤْمِنُ يَأكُلُ فِي مِعً وَاحِدٍ، وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِيْ سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ

“orang mukmin makan dengan satu usus manakala orang kafir makan dengan tujuh usus” [12]

[Disalin dengan sedikit penyesuaian dari buku Kupas Tuntas Khasiat Kurma Berdasarkan Al-Qur’an Al-Karim, As-Sunnah Ash-Shahihah dan Tinjauan Medis Modern, Penulis Zaki Rahmawan, Pengantar Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Media Tarbiyah – Bogor, Cetakan Pertama, Dzul Hijjah 1426H]
_______
Footnote
[1]. HR Al-Bukhari (no. 5769) dan Muslim (no. 2047) (155)), dari Shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash
[2]. Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalany (X/239), cet. Daar Abi Hayyan 1416H
[3]. Diringkas dari Ath-Thib An-Nabawy oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, hal. 121-123, cet. Maktabah Nizaar Musthafa Al-Baaz, th. 1418H dan Shahih Ath-Thibb An-Nabawy fi Dhau’il Ma’arif Ath-Thabiyyah wal Ilmiyyah Al-Haditsah oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly, hal. 152-155 cet. Maktabah Al-Furqaan, th.1424H
[4]. HR Ibnu Majah (no. 3453) Ahmad (III/48) dari Sahabat Jabir bin Abdillah dan Abi Sa’id, demikian juga At-Tirmidzi dalam Sunnannya (no. 2066) dari Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashaabiih (IV/164/4163), dimuat juga oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dalam Shahih Ath-Thibb An-Nabawy fi Dhau’il Ma’arif Ath-Thabiyyah wal Ilmiyyah Al-Haditsah (hal. 428), cet. Maktabah Al-Furqaan, th.1424H
[5]. Ath-Thibb An-Nabawy oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (hal. 331), cet. Maktabah Nizaar Musthafa Al-Baaz, tah. 1418H
[6]. HR Muslim no. 2048 dari Aisyah
[7]. HR Ahmad (II/187), Abu Dawud (no. 494, 495), At-Tirmidzi (no. 407), Ad-Darimi (I/333) dan Al-Hakim (I/201) dari Sahabat Sabrah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah dalam kitabnya, Shahih Jami’ush Shaghir (no. 5867) dan Irwaa-ul Ghalil 9no. 247).
Riwayat selengkapnya adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memerintahkan umatnya agar mengingatkan putra-putri mereka untuk mendirikan shalat ketika telah berumur 7 tahun.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersbada, “Perintahkan anak kamu shalat, ketika berumur 7 tahun. Dan apabila sudah berumur 10 tahun belum shalat, pukullah dia”.
[8]. Berdasarkan hadits riwayat Al-Bukhari (no. 4442), dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Dengan lafazh “Guyurkan kepadaku (air) tujuh qirbah”
[9]. HR Al-Bukhari (no. 1006), dari Sahabat Abu Hurairah
[10]. Sebagaimana firman Allah : “ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-taip bulir seratus biji. Allah meliput gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui” [Al-Baqarah : 261]
[11]. HR Al-Bukhari (no. 5707) dan Muslim (no. 220) dari Shahabat Ibnu Abbas. Lafazhnya adalah : “..Dan akan masuk Surga tanpa hisab dari mereka (umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tujuh puluh ribu orang”.
[12]. HR Al-Bukhari (no. 5393), Muslim (no. 2060) dan yang lainnya dari Sahabat Ibnu Umar, juga terdapat hadits dari Abu Hurairah dan Abu Musa. Hadits ini tidak menunjukkan pada jumlah usus yang tujuh pada orang kafir namun adalah permisalan (majaz) sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al-Qaadhi Iyadh (yang dinukilkan oleh Imam An-Nawawy dalam Syarah Shahiih Muslim (XXIII/24), cet. Daar Ibnu Haitsam) bahwa hadits ini untuk menggambarkan bahwa orang kafir itu makan dan minumnya banyak, sedangkan orang mukmin adalah sederhana dalam makan dan minum. Lihat lengkapnya di Fathul Baari (IX/536-540)

Bagi yang berminat, tafadhol PM via FB atau langsung klik chat whatsapp >>>>>>> https://is.gd/kurmaajwah

Address

Yogyakarta City

Telephone

08112655799

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Travel Umroh Sunnah Jogja posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category