30/09/2022
Dari Tugu Golong Gilig ke selatan, terbentang jalan Jalan Margatama yang berarti jalan menuju keutamaan. Selanjutnya adalah Jalan Maliabara (Jalan Malioboro) yang berarti penggunaan “obor” penerang, yaitu ajaran para wali.
Ke selatan lagi, antara Pasar Beringharjo menuju nol kilometer, terdapat Jalan Margamulya yang berarti jalan menuju kemuliaan. Untuk menuju ke sana, manusia harus bisa mengusir (ngurak) nafsu-nafsu yang buruk. Karena itu jalan berikutnya dinamai Jalan Pangurakan.
Sepanjang tepian Jalan Margatama hingga Jalan Margamulya ditanami pohon asam (asem) dan pohon gayam. Pohon asam melambangkan sengsem (ketertarikan) dan gayam melambangkan ayom (ketenangan). Maknanya, orang yang melewati jalanan sarat pesan kemuliaan tersebut akan merasa senang atau tertaik dan tenang atau nyaman.
–
From the southern side of The Golong Gilig Monument, lies Margatama Street meaning road to virtue, and Maliabara Street meaning the use of torches, which represents the teaching of "wali" (saint).
Heading south, between Beringharjo Market and the point of zero kilometer, there is Margamulya Street, or the road to glory. To reach glory, one must "ngurak" (expel) bad desires, hence the name Pangurakan Street for the road next to Margamulya.
Along Margatama Street to Margamulya Street, stands tamarind trees and gayam trees. Tamarind symbolizes "sengsem" (interest) and gayam symbolizes "ayom" (peace). Those who walk on the streets will receive messages of glory filled with happiness, interest, peace, and comfort.