Khas Minangkabau

Khas Minangkabau Raja Snack khas Minang,jualan srundeng,serundeng ubi,kripik balado,keripik ubi,kerupu jangek,kerupuk RAYA JHONI ANWAR LAPAI

Permanently closed.

OUTLET:
KOMP.INDAH PRATAMA BLOK H/1 SITEBA
Jl.Andalas no. 7 Simp Anduring Padang
JL.

Pembangunan Irigasi Sebabkan Banjir, Warga Komplek Indah Pratama Padang Protes ke Gubernur Sumbar
10/03/2023

Pembangunan Irigasi Sebabkan Banjir, Warga Komplek Indah Pratama Padang Protes ke Gubernur Sumbar

PADANG, forumsumbar —Warga Komplek Indah Pratama I, RT 006/RW 001, Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang melayangkan surat pengaduan ke Gubernur Sumbar. Surat protes warga itu, terkait pembangunan saluran irigasi buang oleh Dinas PSDA Sumbar, yang dikoneksikan ke drainase perumahan...

22/08/2022

Jakarta, 20 Agustus 2022 Kementerian Kesehatan memastikan satu warga negara Indonesia terkonfirmasi menderita monkeypox (cacar monyet). Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis sebelum tertular. Berdasarkan penelus...

16/08/2022

AWAL KEKUASAAN PORTUGIS

Awal dari kekuasaan dan penjajahan bangsa Portugis di daerah Asia Tenggara dimulai dari penaklukkan Kesultanan Malaka di bawah pimpinan dari Afonso de Albuquerque.
Sultan Mahmud Syah yang menjadi Sultan Malaka ke-8 memerintah Kesultanan Malaka hingga sampai tahun 1511.

Afonso de Albuquerque memimpin pas**an Potugis dan memulai serangannya ke ibukota Kesultanan Malaka mulai tanggal 10 Agustus 1511 dan pada tanggal 24 Agustus 1511, bangsa Portugis dapat menguasai Kesultanan Malaka. Sultan Mahmud Syah dan keluarganya melarikan diri ke Bintan dan dapat menjadikan kawasan intan sebagai pusat pemerintahan yang baru.

* ADMIRAL AFONSO DE ALBUQUERQUE

Admiral Afonso de Albuquerque yang juga dieja dengan nama Afonso d'Albuquerque
atau Alfonso de Albuquerque lahir di Alhandra,
yang berada di dekat kota Lisbon, ibukota dari Portugal sekarang, pada tahun 1453 dan meninggal dunia di Goa, 16 Desember 1515.
Admiral Afonso de Albuquerque dimakamkan di Igreja da Nossa Senhora da Graça, Lisboa, Kerajaan Portugal ( Portugis).

Admiral Afonso de Albuquerque ini menjadi seorang pelaut Portugis yang terkenal dan juga berperan dalam pembentukan pemerintahan Kolonial Portugis di wilayah Asia Tenggara.
Afonso de Albuquerque adalah Governor and Captain-General of the Seas of India, Viceroy of India dan bergelar First Duke of Goa
Jabatan sebagai Viceroy of India dan Duke of Goa digantikan oleh putranya yang bernama
Brás de Albuquerque, 2nd Duke of Goa

Pada waktu masih muda Admiral Afonso de Albuquerque dikenal dengan julukan The Great, The Caesar of the East and as The Portuguese Mars. Ayahnya, Gonçalo de Albuquerque, Lord of Vila Verde dos Francos menikah dengan Leonor de Menezes, memegang posisi yang cukup penting di pemerintahan. Dari ayahnya p**a Afonso de Albuquerque juga memiliki hubungan darah keturunan dengan keluarga kerajaan Portugal.

Pada masa kecil Afonso de Albuquerque juga sudah mendapatkan pendidikan dalam bidang matematika dan Latin Klasik di Portugal , pada masa pemerintahan dari Raja Afonso V dari Kerajaan Portugal, dan setelah wafatnya Raja Afonso V, Afonso de Albuquerque bekerja di Arzila, Morocco untuk beberapa saat. Pada saat ia kembali ia ditunjuk se estribeiro-mor atau kepala penasihat untuk Raja João II dari Kerajaan Portugal.

* SULTAN MAHMUD SYAH

Sultan Mahmud Syah atau Sultan Mahmud Syah I adalah raja kedelapan dan terakhir dari Kesultanan Malaka. Sultan Mahmud Syah dipilih sebagai raja menggantikan ayahnya, Ala'uddin Riayat Syah dari Malaka, melangkahi saudaranya yang lebih tua, Munawar Syah.

Pemerintahan Sultan Mahmud Syah atas Malaka berakhir dengan serangan Portugis yang menaklukkan Melaka pada tahun 1511. Mahmud Syah kemudian memindahkan ibu kotanya ke Bintan. Setelah ibu kota di Bintan dibumihanguskan Portugis, dia kemudian mengundurkan diri ke Kampar, tempat Sultan Mahmud Syah wafat pada tahun 1528.

Putra ke-2 Sultan Mahmud Syah, Ala'uddin Riayat Syah II dari Johor kemudian mendirikan kerajaan baru di Johor. Putra Sulung Sultan Mahmud Syah, Mudzaffar Syah kemudian mendirikan kerajaan baru di Perak

* SEJARAH KESULTANAN MALAKA HINGGA
KESULTANAN DI KEPULAUAN RIAU

Salah satu peninggalan Kerajaan Riau Lingga adalah Istana Damnah di Daik Lingga yang sampai sekarang masih ada dan dijadikan obyek wisata sejarah.

Sejarah dari kerajaan di Kep**auan Riau dan daerah sekitarnya ini terkait erat dengan beberapa kerajaan diantaranya adalah Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Malaka. Munculnya Imperium Melayu mulai dari Kerajaan Bentan (Bintan) hingga Kerajaan Riau Lingga-Johor dan Pahang menjadi penyambung warisan Sriwijaya.

Pada saat Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran, diwilayah yang saat ini bernama Kep**auan Riau telah ada Kerajaan Bintan. Tahun 1100 M telah dilantik raja Kerajaan Bintan pertama bernama Asyhar-Arya yang bergelar Raja Iskandar Syah.

Tercatat ada tiga raja Kerajaan Bentan yang namanya begitu dikenal, yakni Raja Iskandar Syah (1100-1150 M), dilanjutkan istrinya Wan Seri Beni (1150-1158 M) dan digantikan menantunya Sang Nila Utama yang bergelar Seri Tri Buana yang berasal dari Bukit Siguntang, Palembang.
Raja Seri Tri Buana memindahkan pusat kerajaan Bentan di Pulau Bentan ke Temasik yang diberi nama baru Singapura. Pemindahan dilakukan tahun 1158 M.

Raja terakhir dari kerajaan ini adalah Prameswara yang dikalahkan Majapahit tahun 1384 M. Kalah di Temasik (Singapura), ia memindahkan pusat pemerintahannya ke Malaka dan menjadi Raja Malaka pertama.
Ia masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Muhammad yang memerintah tahun 1384-1414 M. Raja Malaka selanjutnya adalah Sultan Iskandar Syah, Sultan Muzzafar Syah, Sultan Mansyur Syah, Sultan Muzzafar Syah dan terakhir Sultan Mahmud Syah. Dimasa Sultan Mahmud Syah, Malaka dihancurkan Portugis tahun 1511 dan berakhirlah Kerajaan Malaka.

Sultan Mahmud Syah yang lebih dikenal dengan nama Sultan Mahmud Syah I bersama putranya, Raja Ahmad melarikan diri ke Bintan dan selanjutnya terus ke Kampar, Riau, setelah Malaka jatuh. Mereka pindah lagi ke Kampar karena Portugis menyerang Bintan. Sultan Mahmud Syah meninggal di Kampar dan anaknya bernama Raja Ali menjadi raja bergelar Sultan Alaudin Riayat Syah. Sultan ini meninggalkan Kampar dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Johor. Ia menjadi Raja Johor pertama.

* Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang

Kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang berdiri dan berlangsung dalam rentang waktu tiga abad (1528-1819 M). Setelah Sultan Alaudin Riayat Syah (1828-1564 M), raja selanjutnya adalah Muzzafar Syah (1564-1574 M), Abdul Jalil Syah (1570-1571 M), Ali Jalla Abdul Jalil Syah (1571-1597 M), Alaudin Riayat Syah III (1597-1615 M). Selanjutnya Abdullah Muayat Syah (1615-1623 M), Abdul Jalil Syah III (1623-1677 M), Ibrahim Syah (1677-1685 M). Raja selanjutnya, Mahmud Syah II (1685-1699 M), Abdul Jalil Riayat Syah -IV (1699-1718 M), Sulaiman Badrul Alamsyah (1722-1761 M). Raka ke-13 adalah Abdul Jalil Muazam Syah (1761 M), Ahmad Riayat Syah (1761 M), dan Sultan Mahmud Syah III (1761-1819 M).

Pusat pemerintahan kembali ke Bintan dizaman Sultan Ibrahim Syah. Ia membangun pelabuhan di Sungai Carang. Setelah mangkat, ia digantikan putranya Sultan Mahmud Syah II yang baru berusia 10 tahun. Pusat pemerintahan kembali berpindah ke Johor. Ia tewas ditikam dan dimakamkan di Kota Tinggi, Johor. Kekuasan dilanjutkan keturunan Bendahara Tun Habib, bernama Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV. Ia memindahkan pusat pemerintahan ke Pancur, setelah itu kembali
ke Hulu Sungai Carang, Pulau Bintan. Selama masa pemerintahannya, ia mendapat ancaman dari Raja Kecik dari Pagaruyung. Sultan ini kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Pahang.

Raja Kecik berhasil merebut tahta Kerajaan Johor dan sultan tewas. Raja Kecik menyebut dirinya anak Marhum Mangkat Dijulang alias Sultan Mahmud Syah II yang tewas ditikam Megat Seri Rama. Raja Kecik naik tahta dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah. Kekuasaan Raja Kecik berakhir setelah ditaklukan Tengku Sulaiman yang merupakan anak Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV.
Tengku Sulaiman dapat menaklukan Raja Kecik dengan meminta bantuan lima bangsawan dari Bugis, yaitu : Daeng Marewah, Daeng Parani, Daeng Celak, Daeng Manambun dan Daeng Kemasi. Tengku Sulaiman akhirnya menjadi Sultan dengan gelar Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Sultan berkedudukan di Ulu Sungai Carang, Tumenggung di Johor dan bendahara di Pahang. Kekuasan sultan mencakup Riau Kep**auan, Johor dan Pahang.

Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah mangkat pada tahun 1760 M dan digantikan putranya, Sultan Abdul Jalil Muazam Syah. Namun, tak lama sultan meninggal dan digantikan putranya yang berusia dua tahun.Sultan muda dilantik dengan gelar Sultan Mahmud Riayat Syah alias Sultan Mahmud Syah III pada tahun 1761 M. Sultan yang berusia sangat muda memerintah dibimbing Yang Dipertua Muda III Riau, Daeng Kamboja.

Sultah Mahmud Syah III memindahkan pusat pemerintahan ke Daik Lingga tahun 1787 M. Tujuannya sebagai strategi dalam menghadapi serangan Belanda. Daik Lingga lebih susah dijangkau dan kondisi alamnya bagus untuk pertahanan. Selain membangun Daik Lingga, Sultan Mahmud Syah III juga membangun Pulau Penyengat. Pulau ini menjadi mas kawin saat sultan menikah dengan Engku Putri. Kerajaan Riau Lingga Johor dan Pahang mengalami masa keemasan dizaman Sultan Mahmud Syah III ini.

Sultan Mahmud Syah III mangkat tahun 1812 M[.Setelah Sultan Mahmud Syah III wafat, maka berturut-turut yang menggantikan kedudukann beliau adalah Tengku Abdul Rahman Syah putera Sultan Mahmud Syah III dengan permaisurinya Cek Maryam bin Datuk Syahbandar Hasan, yang dilantik sebagai Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XVII pada tahun 1812-1824 di Daik Lingga. Ketika Inggris dan Belanda membuat perjanjian di London pada 17 Maret 1824, Inggris lalu mengangkat Tengku Hussin ibni Sultan Mahmud Syah III dengan permaisurinya Encik Makoh binti Encek Jaafar Daeng Maturang sebagai Sultan Johor Singapura (Sultan Johor) ke XVIII dan bergelar Sultan Husin Syah. Maka dengan ini Sultan Abdul Rahman Syah hanya bertahan sebagai Sultan Riau-Lingga ke I tahun 1824-1832.

Ia digantikan putranya, Sultan Abdul Rahman Syah III dengan permaisuri Raja Fatimah, yang dilantik sebagai Sultan Riau-Lingga ke-2 dan bergelar Sultan Muhammad Muazzam Syah
di Daik Lingga tahun 1832-1841. Posisinya kemudian digantikan oleh putra sulungnya,
Tengku Besar Mahmud yang bergelar Sultan Mahmud Muzzaffar Syah yang memerintah dari tahun 1841-1857.

Pada tahun 1857 beliau dipecat oleh Kerajaan Belanda, kemudian meninggalkan Daik Lingga menuju Pahang dan mangkat di Pahang. Penggantinya adalah putra kandungnya yaitu : Raja Sulaiman yang kemudian dilantik sebagai Sultan Riau Lingga ke-4 pada tahun 1857-1883, bergelar Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II.

Sultan berikutnya, Raja Abdul Rahman yang merupakan putera Tengku Embong Fatimah binti Sultan Mahmud Muzzaffar Syah dengan suaminya Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi Yamtuan Muda Riau ke X.
Ia bergelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah. Beliau memerintah di Daik Lingga dari tahun 1883-1900, kemudian pindah ke p**au Penyegat tahun 1900-1911.

Belanda melengserkan Sultan Abdul Rahman II pada tanggal 3 Februari 1911.
Belanda kemudian menempatkan residennya di Dabo Singkep, Penuba, dan Tanjung Buton sehingga kekuasaan sultan semakin sempit. Sementara itu lembaga Yamtuan Dipertuan Muda dihapuskan sultan pada tahun 1900 itu juga. Secara resmi Belanda menguasai dan memerintah langsung Riau Lingga sejak tahun 1913 M. berakhirlah Kesultanan Riau Lingga.

Sumber / Referensi :

Abdul Malik, dkk, Sejarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah, Yang Dipertua Besar Kerajaan Riau-Lingga –Johor dan Pahang, 1761-1812. Pemkab Lingga, tahun 2012.

M Amin Yacob, Serajah Kerajaan Lingga: Johor-Pahang-Riau-Lingga, Unuversitas Press, 2004.

15/08/2022

Bagian 2

Majapahit pernah menguasai sebagian besar wilayah Nusantara yang kini menjelma menjadi Indonesia. Bukan tidak mungkin suatu pemerintahan yang kuat bakal tamat riwayatnya, sebagaimana yang telah terjadi dalam sejarah Majapahit. Seperti yang telah ditulis di bagian pertama, Majapahit berjaya di era Hayam Wuruk (1350-1389) dan Gajah Mada. Namun, wafatnya Gajah Mada pada 1364 menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya kemaharajaan ini. Stabilitas wilayah yang amat luas mulai goyah. Beberapa negeri taklukan yang tersebar luas di Nusantara mulai berusaha melawan untuk melepaskan diri.

Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dunia. Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005) menceritakan polemik dalam proses suksesi raja baru. Perselisihan keluarga semakin memperlemah Majapahit.

Belum lama sang raja mangkat, terjadilah Perang Paregreg. Perang saudara ini melibatkan Wikramawardhana yang mengklaim sebagai penerus takhta Majapahit melawan Bhre Wirabhumi. Wikramawardhana adalah suami putri Hayam Wuruk dari permaisuri, Kusumawardhani, sementara Bhre Wirabhumi merupakan putra Hayam Wuruk dari istri selir. Dikutip dari Pranoedjoe Poespaningrat dalam Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan: Dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru (2008), perang saudara ini menjadi salah satu faktor kemunduran Majapahit, selain tidak adanya pemimpin yang kuat setelah Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Majapahit memang masih mampu bertahan cukup lama, bahkan sempat nyaris bangkit saat dipimpin oleh Ratu Suhita (1429-1447). Namun, kerajaan ini ternyata tak sanggup seperkasa dulu. Tiada lagi raja secakap Hayam Wuruk, juga mahapatih setangguh Gajah Mada. Bahkan, Majapahit sempat mengalami kekosongan kepemimpinan antara 1453 hingga 1456.

Munculnya Kesultanan Demak pada 1475 membuat Majapahit kian merana. Kerajaan Islam pertama di Jawa menandai perubahan besar dalam periode sejarah Nusantara, yakni berakhirnya era Hindu-Buddha untuk digantikan dengan masa Islam. Sampai titik ini, punahnya Kerajaan Majapahit yang pernah mahadigdaya tampaknya tinggal menunggu waktu saja.
..Bersambung ke bagian 3...

15/08/2022

KERAJAAN LAMURI

Sumber asing menyebut nama kerajaan yang mendahului Aceh yaitu "Lamuri", "Ramni", "Lambri", "Lan-li", "Lan-wu-li". Penulis Tionghoa Zhao Rugua (1225) misalnya mengatakan bahwa "Lan-wu-li" setiap tahun mengirim upeti ke "San-fo-chi" (Sriwijaya). Nagarakertagama (1365) menyebut "Lamuri" di antara daerah yang oleh Majapahit diaku sebagai bawahannya. Dalam Suma Oriental-nya, penulis Portugis Tomé Pires mencatat bahwa Lamuri tunduk kepada raja Aceh.

Secara umum, data tentang Lamuri didasarkan pada berita-berita dari luar, seperti yang dikemukakan oleh pedagang-pedagang dan pelaut-pelaut asing (Arab, India, dan Cina) sebelum tahun 1500 M.

Di samping itu, ada beberapa sumber lokal, seperti Hikayat Melayu dan Hikayat Atjeh, yang dapat dijadikan rujukan tentang keberadaan Lamuri.

Data tentang lokasi Lamuri juga masih menjadi perdebatan. Menurut seorang ahli sejarah Belanda, menyebut bahwa Lamuri terletak di sudut sebelah barat laut Pulau Sumatera, kini tepatnya berada di Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan sumber-sumber berita dari pedagang Arab, Kerajaan Lamuri telah ada sejak pertengahan abad ke-IX M. Artinya, Lamuri telah berdiri sejak sekitar tahun 900-an Masehi. Pada awal abad ini, Kerajaan Sriwijaya telah menjadi sebuah kerajaan yang menguasai dan memiliki banyak daerah taklukan. Pada tahun 943 M, Lamuri tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Sedang, Menurut Prasasti Tanjore di India, pada tahun 1030 M, Lamuri pernah diserang oleh Kerajaan Chola di bawah kepemimpinan Raja Rayendracoladewa I. Yang Pada akhirnya, Lamuri dapat dikalahkan oleh Kerajaan Chola, meskipun telah memberikan perlawanan yang sangat hebat. Bukti perlawanan tersebut mengindikasikan bahwa Lamuri bukan kerajaan kecil karena terbukti sanggup memberikan perlawanan yang tangguh terhadap kerajaan besar, seperti Kerajaan Chola.

Berdasarkan sumber-sumber berita dari pedagang Arab, Lamuri merupakan tempat pertama kali yang disinggahi oleh pedagang-pedagang dan pelaut-pelaut yang datang dari India dan Arab. Ajaran Islam telah dibawa sekaligus oleh para pendatang tersebut., Dan pada tahun 1416 M semua rakyat di Lamuri telah memeluk Islam. Menurut sebuah historiografi Hikayat Melayu, Lamiri (maksudnya adalah Lamuri) merupakan daerah kedua di Pulau Sumatera yang diislamkan oleh Syaikh Ismail sebelum ia mengislamkan Kesultanan Samudera Pasai. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Lamiri jelas merupakan salah satu kerajaan Islam di Aceh.

Menurut Hikayat Atjeh, salah seorang sultan yang cukup terkenal di Lamuri adalah Sultan Munawwar Syah. Konon, ia adalah moyang dari salah seorang sultan di Aceh yang sangat terkenal, yaitu Sultan Iskandar Muda. Pada akhir abad ke-15, pusat pemerintahan Lamuri dipindahkan ke Makota Alam (kini dinamakan Kuta Alam, Banda Aceh) yang terletak di sisi utara Krueng Aceh. Pemindahan tersebut dikarenakan adanya serangan dari Kerajaan Pidie dan adanya
pendangkalan muara sungai. Sejak saat itu, Lamuri dikenal dengan nama Kesultanan Makota Alam.

Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada tahun 1513 M, Lamuri beserta dengan Kerajaan Pase, Daya, Lingga, Pedir (Pidie), Perlak, Benua Tamiang, dan Samudera Pasai bersatu menjadi Kesultanan Aceh Darussalam di bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M). Jadi, bisa dikatakan bahwa Lamuri merupakan bagian dari cikal bakal berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam.

14/08/2022

Kisah Belanda Menyerbu Tanah Datar

Hanya dengan kekuatan sekitar 400 infanteri dan artileri, Belanda menyerbu Pagaruyung dan daerah sekitarnya. Pada tengah hari tanggal 4 Maret 1822, serdadu di bawah pimpinan Letnan Kolonel Antoine Theodore Raaff tersebut menduduki Pagaruyung dan kemudian pusat-pusat lain di sebelah tenggara Tanah Datar.
Demikian disampaikan Sejarawan Christine E Dobbin dalam Buku ‘Kebangkitan Islam dan Ekonomi Petani yang Sedang Berubah: Sumatra Tengah, 1784-1847’ (1992)

Menurut Dobbin, kekuatan Belanda yang menyerang Pagaruyung sudah bersiap sejak Februari 1822 di dataran tinggi Sumbar.
Di buku ‘Ketika Nusantara Berbicara’, Joko Darmawan mengungkapkan, serbuan yang direncanakan dengan matang itu berhasil memukul mundur kekuatan Padri keluar dari wilayah Pagaruyung.
Setelah menguasai Tanah Datar, Raaff bersama pas**annya kemudian membangun benteng yang kemudian dinamakan Fort Van der Capellen

Nama tersebut diambil dari nama Mr. Godert Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen. Ia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa ketika benteng itu dibangun. Pimpinan tertinggi ke-41 wilayah koloni tersebut, menjadi gubernur jenderal sejak 1816 sampai dengan 1826.
Raaff yang memimpin penyerbuan adalah perwira muda Hindia Belanda. Usianya belum genap 28 tahun, saat letnan kolonel muda itu memimpin penyerbuan ke Pagaruyung.
Dobbin menulis, sebagian sekolah militer Raaff ia tempuh di Akademi Militer St. Cyr Prancis sebelum kemudian ikut kampanye Napoleon di Jerman. Ia kemudian dipindahkan dinas ke Ketentaraan Hindia Belanda dan langsung ditugaskan menghadapi Padri.

“Dia pendukung tindakan kekerasan militer dan bergerak serentak untuk menunjukkan kepada Padri bahwa Belanda bersungguh-sungguh,” tulis Dobbin.
Karena itu, setelah menundukkan Pagaruyung, Raaff dan pas**annya tak berhenti. Ia merencanakan penyerangan ke Lintau dan wilayah lainnya yang dikuasai Padri.

Mundur dari Batusangkar dan Pagaruyung bukan berarti Pas**an Padri sudah kalah. Padri menyusun kekuatan di Lintau, hanya sekitar 37 kilometer dari Benteng Fort Van der Capellen.
Serangan balasan pun dilakukan. Pada 10 Juni 1822, menurut Joko Darmawan, pergerakan pas**an Raaff di Tanjung Alam diadang kaum Padri, meski belum menunjukkan hasil maksimal.
Serangan Padri berikutnya pada 14 Agustus 1822 sudah membawa hasil. Dalam pertempuran di Baso, salah seorang perwira Belanda Kapten Goffinet menderita luka berat. Ia kemudian meninggal dunia pada 5 September 1822. Karena serangan pas**an Padri di bawah pimpinan Tuanku Nan Renceh itu, Belanda mundur kembali ke Batusangkar.
Pada 13 April 1823, pas**an Raaff kembali menyerang Lintau. Serangan ini gagal karena perlawanan sengit Padri. Belanda kembali ke Batusangkar pada 16 April.
Serangan Belanda ke pedalaman Minangkabau adalah aksi campur tangan mereka dalam Perang Padri yang sudah berlangsung sejak 1803 antara Kaum Adat dengan Kaum Padri.
Mengutip Jeanne Cuisinier (1958), Joko Darmawan menulis, Perang Padri dimulai dengan pertentangan sekelompok ulama atau kaum Padri dengan kaum adat sejak kebiasaan judi, sabung ayam, minuman keras sampai pada aspek substansi terkait matrilineal, matriakat dan warisan sesuai adat Minangkabau. Padri ingin mengubah semua kebiasaan dan hukum adat tersebut.
Zulkifli Salim Ampera dalam ‘Minangkabau dalam Catatan Sejarah yang Tercecer’ (2005) menyebutkan, tahun 1815 perselisihan itu mencapai puncak. Kaum Padri dipimpin Tuanku Pasaman menyerang pusat Kerajaan Pagaruyung yang menjadi basis kaum adat.
Karena serangan ini, Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah mengungsi ke Lubuk Jambi. Pada 21 Februari 1821, salah satu petinggi Pagaruyung Sultan Tangkal Alam Bagagar datang ke Padang dan menandatangani perjanjian dengan Residen James du Puy.
Jeffrey Hadler dalam Buku ‘Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Agama, dan Kolonialisme di Minangkabau’ (2010) menyebut, pada titik inilah Perang Padri beralih dari perang saudara antara reformis Muslim dan tradisionalis adat menjadi perang melawan pendudukan kolonial.
Setelah Belanda menguasai Pagaruyung sejak 1821, Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah kembali pada 1824. Namun, setahun kemudian ia wafat.
Letkol Raaff sendiri, setelah berhasil menguasai Pagaruyung diangkat menjadi Residen Padang pada 1823. Namun, ia meninggal dunia mendadak pada 1824 setelah sakit panas.
Sementara, di luar sudah menguasai Pagaruyung, Belanda makin kewalahan dengan perlawanan Padri. Karena itu, akhirnya pada 15 November 1825, Belanda menandatangani perjanjian dengan Padri, yang saat itu sudah dipimpin Tuanku Imam Bonjol.
Selama masa gencatan senjata tersebut, Belanda berkonsentrasi menghadapi Perang Diponegoro yang berkecamuk di Pulau Jawa sejak 1825-1830.
Darmawan menulis, Padri sendiri memulihkan kekuatan dengan merangkul kaum adat. Perbedaan antara syariat Islam dan adat Minangkabau diselesaikan dengan ‘Plakat Puncak Pato’ di Bukit Marapalam. Dari sinilah terwujud konsensus, ‘Adat basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’ yang tetap dipakai masyarakat Minangkabau hingga kini.
Episode kedua Perang Padri pasca Perang Diponegoro, adalah saat bersatunya Kaum Padri dan Kaum Adat melawan Tentara Hindia Belanda. Sebuah episode perang yang juga panjang dan memakan banyak korban. (HM)

Keterangan Foto : Ilustrasi - Gerbang militer Fort van Der Capellen tahun 1890. (Foto: KITLV/W Scheurer/digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Sumber : https://langgam.id/kisah-belanda-menyerbu-tanah-datar/

14/08/2022

Wako Hendri Septa Atasi Macet di Jembatan Siti Nurbaya

Padang - Iven sepeda Gowes Siti Nurbaya (GSN) kembali ditabuh, 13-14 Agustus 2022. Olahraga bersepeda yang masuk dalam kalender tahunan itu ramai sesak diikuti warga. Mereka antusias melewati rute yang telah ditentukan.

Begitu dilepas Wali Kota Padang Hendri Septa di depan Kantor Dispora Padang di GOR H. Agus Salim, Minggu (14/8/2022), seluruh warga yang bersepeda antusias mengikuti. Mereka mengayuh sepedanya. Melewati check poin yang ditentukan panitia.

Lebih 7000 peserta ikut memeriahkan GSN Tahun 2022. Mereka beradu tangkas, beradu cepat dan beradu kekuatan. Seperti pada kategori Fun. Kategori ini memiliki dua rute. Yakni rute pendek dan rute panjang.

Kedua rute ini memulai star di depan Dispora Padang. Rombongan rute pendek dan rute panjang akan berpisah jalur ketika melewati Jembatan Siti Nurbaya. Jalur pendek diwajibkan melewati Seberang Padang. Sedangkan peserta yang mengambil rute panjang menuju jalan baru Pantai Air Manis.

Di persimpangan dekat Jembatan Siti Nurbaya, pesepeda akan berpisah. Akibatnya di persimpangan ini terjadi macet parah. Sebab pesepeda menjadi ragu. Apakah harus berbelok ke kanan atau ke kiri.

Tumpukan pesepeda dan kendaraan lain "berkepusu" di persimpangan jalan Kampung Batu, bawah Jembatan Siti Nurbaya. Melihat kondisi itu, Wali Kota Padang Hendri Septa turun dari sepedanya. Hendri Septa kemudian mengarahkan para pesepeda yang masih tampak bingung memilih rute yang mana.

Hendri Septa tampak mengarahkan para pesepeda. Bersama petugas dari Kepolisian, Wali Kota Padang berdiri di tengah persimpangan sambil mengatur arus kendaraan.

"Langsung berbelok pak dan ibu, nanti ketemu check poin," kata Hendri Septa mengarahkan warga yang nampak bingung sambil mendorong sepedanya.

Cukup lama Hendri Septa mengarahkan para peserta. Wali Kota berdiri di tengah persimpangan sambil melambaikan tangannya mengarahkan. Tak lama kemudian, arus lalu lintas kembali lancar.

GSN tahun ini terbilang ramai dari sebelumnya. Peserta tidak saja berasal dari kabupaten/kota di Sumbar. Akan tetapi juga berasal dari luar Sumbar. Seperti dari Tangerang, Bengkulu, Jambi, serta Riau.

GSN Tahun 2022 diselenggarakan selama dua hari, 13-14 Agustus. Pada hari pertama digelar kategori adventurer di Sirkuit Indarung. Kemudian di hari kedua digelar kategori Fun dan kategori King Of Mountain (KOM).

GSN kali ini bertabur hadiah dan doorprize. Hadiah telah disiapkan sponsor dan dari OPD di Pemko Padang. Diantaranya 31 unit sepeda, lemari es, televisi, dispenser, kipas angin, dan lainnya.(Charlie Ch. Legi)

10/08/2022

Webometrics, lembaga pemeringkatan perguruan tinggi dunia merilis daftar perguruan tinggi terbaik dunia, termasuk Indonesia, Juli 2022.

10/08/2022
10/08/2022

Stasiun Pauhkambar(Pauahkamba) Padangpariaman. Tahun 1935.
Sumber KITLV Leiden.

08/08/2022

Ingatkah Anda warga kota..
Bahwa di kota kecil kita inilah Sang Merah Putih pertama kali dikibarkan di Sumatera Tengah sehabis Proklamasi. Di Diniyyah Puteri oleh Etek Amah.

Warga kota, orang tua kita yang kala ini masih belia, bahkan membuat bendera dengan kertas minyak, karena semua kain disita Jepang. Mereka memanjat pohon, memanjat atap, untuk ikut mengibarkan bendera, demi mendengar Etek Amah mengibarkan bendera.

Semua warga Padang Panjang bergetar, bergelora..

Saya tak hendak mengajari kita semua soal nasionalisasi, cuma mengingatkan sekarang adalah Agustus, saat Padang Panjang tampil mengagumkan...

___
narasi: Khairul Jasmi (Khairul Jasmi)
-- Pemred Harian Singgalang
-- Komisaris PT Semen Padang
-- Penulis buku "Rahmah El Yunusiyyah, Perempuan yang Mendahului Zaman"

07/08/2022

Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan Kurikulum Merdeka

07/08/2022

Info Penting: Jam Mengajar Guru Resmi Dikurangi Pada Kurikulum Merdeka, Apakah Tunjangan Sertifikasi Guru Juga Berkurang?

07/08/2022

YCC, Kolaborasi Anak Muda di Rakernas XV Apeksi

Padang - Youth City Changer (YCC), salah satu event baru yang bertujuan untuk motivasi, inovasi, dan hal positif lainnya untuk kaum - kaum muda di indonesia, dalam Rakernas APEKSI ini menjadi ajang kompetitif tempat anak muda yang berdaya saing dalam membangun daerah untuk menjadi lebih maju serta lebih baik.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Bima Arya selaku Wali Kota Bogor serta Ketua Dewan APEKSI di gedung Youth City Changer (YCC), Minggu, (7/8/22).

Di masa sekarang kita lebih banyak membutuhkan kaum anak muda hal tersebut mampu merubah suatu daerah lebih maju dan menjadi salah satu tuntunan agar anak muda di era sekarang untuk lebih kreatif lagi dalam membangun daerah.

"Mari bersama kita kumpulkan kaum - kaum muda untuk membangun kota, karena dari membangun kota kita mampu membangun bangsa yang kita cintai ini," Kata Bima Arya selaku Wali Kota Bogor dan Ketua Dewan APEKSI.

Dikatakannya lagi untuk membangun sebuah kota atau daerah kita harus membutuhkan kreativitas yang luar biasa, dengan demikian hal itu mampu memberi perubahan yang luar biasa dan lebih baik lagi.

"Bangkitkan kreativitas anak muda kita untuk memberikan perubahan yang luar biasa untuk daerah atau kota ini," Katanya.

Sementara itu Arif Satria selaku Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), menyampaikan agar menciptakan kreativitas serta inovasi yang luar biasa kepada kaum muda, hal tersebut harus di asupi dengan pemikiran yang positif serta agar memiliki tujuan yang bagus.

"Untuk mencapai pemikiran yang memiliki kreativitas serta inovasi yang luar biasa kepada anak muda kita ini, kita harus memiliki power trust
Percaya diri yang kuat terhadap diri sendiri," Pungkasnya.

Ditambahkannya untuk itu mari kita bersama - sama berupaya sebagai pemimpin yang sekarang untuk memberikan panutan bagi kaum muda ini, warna yang baik kepada penerus bangsa.

Disisi lain Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mendorong hal tersebut tentang memberikan kreativitas kepada kaum muda melalui IT (sosial media).

"Gunakanlah Sosmedmu (Sosial Media), untuk berkarya, agar kreativitasmu tidak terbatas jika itu bersifat positif untuk memberikan warna untuk daerah kota ini," Ucap Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat.

Beliau mengatakan juga Dorong terus semangat kaum anak bangsa ini, sehingga hal tersebut menjadikan motivasi agar apa yang dilihat saat sekarang maka itu akan pada diri kaum anak muda di masa depan.

Di sela - sela acara tersebut dimeriahkan juga dengan tanya jawab dan fashion week antara peserta dan reward yang luar biasa untuk membiaskan acara dengan meriah

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga mempertegas penyampaiannya tentang hal menggunakan digital di masa sekarang ini, sehingga upaya hal tersebut juga menumbuhkan inovasi yang lebih baik kepada bangsa dan negara kita.

"Untuk anak muda sekarang ini mari kembangkan kreativitasmu dengan membiasakan menggunakan digital, agar tumbuhnya hal hal baru dilingkungan sekitar kita," Tutur Zulkifli Hasan selaku Menteri Perdagangan.

Ditambahkannya juga di masa sekarang ini era digital lebih menonjol, sehingga pada sekarang ini kegiatan apa pun yang bisa dikaitkan dengan IT tersebut, namun itu telah menunjukan bahwa proses era digital ini telah berjalan dan telaksana dengan semaksimal mungkin di indonesia.
(Diskominfo/Rina/Dewi/Ham/Ch)

Address

Padang

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Khas Minangkabau posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Khas Minangkabau:

Videos

Share

Nearby travel agencies


Other Tourist Information Centers in Padang

Show All