07/07/2018
GAMIS SYAR'I YANG TAK LAGI SYAR'I..
Masa itu jilbab dan gamis adalah ekspresi ketundukan dalam hati. Simbol lahiriah dari esensi batiniah. Mengenakannya adalah ibadah. Modelnya pun sederhana. Panjang, tebal, kalem, gelap, dan longgar.
Hingga kemudian sampailah kita di zaman yang sangat berbeda.
Inilah zaman dimana mengenakan jilbab dan gamis seperti memilih menu makanan. Mana yang dis**a dimakan, yang tidak s**a ditinggalkan. Tak ada bobot ruhiyah atau nuansa tawadhu.
Pakai gamis tak lebih dari ganti koleksi isi lemari. Hal yang bisa dilakukan tanpa harus menjemput hidayah.
Tak jarang karna terpesona pada artis dan fashion.
Setelah potensi bisnis gamis syar'i terendus oleh kapitalis indistri mode, situasi tak lagi sama. Gamis syar'i yang tadinya sederhana, auranya pun jadi berbeda.
Yang tadinya simple, jadi berimpel rimpel. Yang tadinya tebal jadi tipis. Yang tadinya longgar jadi ketat membentuk tubuh.
# Intinya , Yang tadinya untuk menutup pesona, malah jadi menebar pesona.
Duhai ukhti....
Kemana gerangan engkau mengambil teladan....???
# Mari_Kita_Lihat ....!!!!
Ketika ingin mewarnai industri mode, muslimah di provokasi untuk terbiasa berhias, tabbaruj, menebar pesona demi layak dilihat publik. Dan sebaliknya, akan tampak memalukan dan ndeso jika berpenampilan sederhana, muka polos dan pucat. Wajah yang dipoles dengan berlebihan, akan lebih mendapat apresiasi. Karena terlihat bening, bercahaya, dan mengkilat.
Saya jadi bertanya, " Sebenarnya itu WAJAH / WAJAN ?? "
Riasan yang susah payah di tempel di wajah, sayang bisa terhapus oleh air wudhu. Kasihaaaaann.....
Belum lagi ikhtilat, campur baur dengan laki laki yang bukan mahram, dan parfum yang menusuk hidung, adalah hal yang biasa dalam sebuah ajang fashion show.
Substansi ajaran islam, yang mengatur gaya hidup, diperkosa oleh misi kapitalis demi hidup yang penuh gaya.
Inilah salah satu KDRT dalam perkawinan islam dan kapitalis. Sebuah kekalahan telak yang malah ditepuk tangani oleh si pecundang dengan meriah.
Para designer pun sudah tak perduli lagi dengan esensi syar'i yang sebenarnya. Bagi industri mode sendiri, istilah gamis gaul dan gamis syar'i tak ada beda substansi. Yang penting dua duanya menghasilkan pundi pundi rupiah.
Masalah dosa, yaaa urusan nanti lah.....
Hehehe...
Tapi saya yakin, masih ada produsen dan designer yang benar benar mengangkat nilai syar'i yang sesungguhnya. Dan tidak memprovokasi orang untuk tabbaruj.
Dan saya SALUT pada pada mereka
Akhirul kalam wahai Ukhti...
Sederhana kan hijabmu. Karna kelak tidak ada tim hisab yang akan mempertanyakan seberapa mahal gamismu, dan seterkenal apa branded gamismu..
by ummu nayla wardah